Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.
Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25 gaduh
Jam baru saja menunjukan pukul 15.45. Namun, tidak biasanya Aldan, pria itu pulang kantor lebih awal dari hari biasanya.
Dan kini pria itu tengah menarik langkahnya memasuki kediamannya. Tepat memijakkan kakinya di pintu utama, Aldan membuka jas kantornya yang masih melekat di tubuh tegapnya, tak lupa setelah itu Aldan menggulung lengan kemeja putihnya sampai siku.
"Iihh! Meong emana cih, ayo dong main cini cama Bulbul!" kesal Bulbul bermonolog, sembari merangkak diteras ruang tamu, mencari anak kucing miliknya, yang kemungkinan berada bersembunyi dibawah sofa.
Mendengar suara Bulbul, Aldan yang berniat langsung ke kamarnya, pria itu urungkan. Dan mencari terlebih dahulu dimana asal suara Bulbul.
"Bul? Kamu lagi ngapain sayang?" tanya Aldan setelah menemukan keberadaan anaknya itu.
Bulbul menolehkan kepalanya terlebih dahulu ke belakang menatap siapa yang bertanya. Lalu mengubah terlebih dahulu posisinya menjadi duduk sambil menekuk wajahnya dongkol.
Kemudian Bulbul mendongakkan kepalanya sedikit menatap Aldan. "Bulbul lagi cali ci meong, Papa! Dali tadi Bulbul nyaliin meongna tapi endak ketemu-ketemu, Papa!" jelas Bulbul kesal, taklupa dengan kebiasaanya, yakni, bibirnya yang mengerucut kesal.
"Sini." pinta Aldan sambil mengulurkan tangannya agar Bulbul menghampirinya. "Nyarinya jangan sambil ngerangkak-rangkak gitu dong!"
"Bulbul, kan lagi cali ci meong, Papa!"
Aldan mendengus pelan, dan menyimpan terlebih dahulu jasnya pada sandaran sofa disana. Dan mendudukan bokongnya di sofa itu juga.
"Iya, tapi jangan gitu juga, kalo lantainya kotor gimana? Nanti tangan Bulbul bisa gatel-gatel, mau?" tanya Aldan.
Mendengar itu, Bulbul menggelengkan kepalanya sampai kedua kuncirnya ikut bergerak. "Endak mau!" jawabnya, "Telus Papa liat meongna Bulbul endak?" lanjutnya bertanya.
Aldan terkekeh, dan mengangakat tubuh anaknya itu, membantu Bulbul untuk duduk di sebelahnya, di sofa yang sama. "Enggak dong Bul, kan Papa baru pulang."
Bulbul memanyunkan bibirnya. "Bulbul cebel deh cama ci meong, dali kemalin-kemalin Bulbul mau main cama meongna tapi dia ilang telus!" adunya diiringi tangisan kecil diakhir ucapannya.
"Udah jangan nangis. Coba deh, tanya sama Bang Jojo, siapa tau meongnya dikamar Bang Jojo kaya kemarin," saran Aldan, sambil menyeka kedua mata Bulbul.
Bulbul mengusap matanya terlebih dahulu. "Oh iya, Bulbul ke kamal Bang Jojo dulu, deh!" ujarnya dan turun dengan susah payah dari sofa itu
Anak itu berlari, naik ke lantai dua. Dimana kamar Kenzo berada.
"Jangan lari Bul! Nanti jatoh!" peringat Aldan setengah berseru, menatap Bulbul yang susah payah menaiki satu persatu anak tangga.
Namun, Bulbul tak mengindahkan apa yang diucapkan Aldan dan memilih mempercepat larinya agar segera sampai di kamar Kenzo.
Bulbul mendorong pintu kamar Kenzo yang tidak tertutup rapat dengan kasar, sampai-sampai menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.
"Abang?" panggil Bulbul, sudah berada di dalam kamar Kenzo. Gadis itu memandangi Kenzo yang tengah asik dengan handphonenya.
Merasa tidak ada sahutan, Bulbul menatap dongkol Kenzo dengan tangan berkacak pinggang, dan pipi yang sengaja di kembungkan. "Iihh! Abang!" panggilnya lagi.
Kenzo melirik sejenak Bulbul, dan menatap kembali layar ponselnya. "Naon!"
"Abang!"
"Naon!"
"Ihhh! Abang?!" ulangnya kesal.
Kenzo berdecak kesal, "Heuh, naon, Bulbul!"
(Iya apa, Bulbul!)
Bulbul menggaruk pipi kanannya tidak mengerti apa yang dikatakan Kenzo. "Abaaang!" pangilnya lagi.
Kenzo menarik napasnya kesal, menyudahi terlebih dahulu bermain gamenya. Dan menatap malas si pengganggu. "Astagfirullah! Apaan sih, Bul!"
Bulbul menghampiri Kenzo yang tengah duduk di sofa yang tersedia di kamar itu, dan tak jauh dari Bulbul berdiri. "Abang liat ci meong endak?" tanya Bulbul sambil sedikit memiringkan kepalanya.
Kenzo menatap kesal Bulbul. Apa-apaan anak itu menggangunya yang tengah asik bermain game, hanya untuk menanyakan kucing nakal itu?
"Kagak tau, lah, orang itu kucing bandel periharaan kamu, kok nanyain sama Abang!"
"Tapikan kemalin duga ci meong ada di kamal Abang, bobo cama Abang lagi," sahut Bulbul dengan bibir kembali mengerucut.
Kenzo yang melihat Bulbul mengerucutkan bibirnya, seketika menyentil bibir itu. Dan berujar. "Abang kagak suka kucing! Apalagi kucing bandel kaya kucing kamu. Sono dah, carinya di kamar Mama aja!"
Bulbul memegangi bibirnya yang terasa cukup sakit. "Iihh! Abang, atit!" Bulbul menatap kesal Kenzo. "Bulbul bilagin Papa! Bial Abang dimalahin!" ketusnya sambil memutar bola matanya, lalu berbalik badan berjalan keluar dari kamar Kenzo.
"Sono! Papa jam segini belom pulang!" sahut Kenzo sambil mengibaskan tangannya mengusir.
Bulbul menghentikan langkahnya, mentap Kenzo kembali. "Dangan co tau Abang! Papa udah pulag huh! Awas loh, Bulbul bilangin cama Papa, Abang nakalin Bulbul!"
Sementara Kenzo yang mendengar penuturan Bulbul, merotasikan bola matanya bodo amat, sambil memenye-menye ucapan Bulbul.
"Bodo amat, sonoh!"
Bulbul melanjutkan langkahnya, yang sempat terhenti dengan kaki yang dihentak-hentakan ke atas lantai kesal.
"PAPA!"
"PAPA! BANG JOJO JAHATIN BULBUL! MACA BANG JOJO NAMPAL BIBIL, BULBUL, PAPA!" adunya dengan berteriak, mengeluarkan suara khasnya, sambil berjalan menuju kamar Aldan.
Seketika Kenzo mendongak, memalingkan lagi pandangannya dari layar ponselnya, setelah mendengar teriakan apa yang dilontarkan Bulbul.
"HEH! APAAN DAH!" Kenzo pun menanggapinya dengan sama-sama berteriak. "Gini nih ciri-ciri Adek yang mendzolimi Abangnya sendiri. Ngadunya pake acara di lebih-lebihin lagi!" lanjut Kenzo bermonolog sambil mengusap dadanya sabar.
"PAPA!" panggil Bulbul lagi sambil menggedor kamar Aldan. "AYO MALAHIN ABANG JOJO!"
Tak lama pintu itu terbuka menampilkan sosok Aldan yang masih mengenakan kameja putihnya. "Astagfirullah, Bul, jangan digedor-gedor juga."
"Ada apa, hemm?" sambung Aldan.
"Maca ci Abang Jojo, nampal bibil Bulbul, kan atit, Papa!" adunya tak lupa bibirnya yang dimanyunkan.
"Apaan dah, bohong Pa, ulah didengekeun, tong percaya!" timbrung Kenzo tiba-tiba, menatap kesal Bulbul.
(Jangan di dengerin, jangan percaya!)
Aldan melenggakan kepalanya menatap Kenzo, yang sudah berdiri tak jauh darinya. "Budak leutik tara ngabohong, siah, Jo!" sahut Aldan, malah mengikuti bahasa yang Kenzo gunakan.
(Anak kecil gak pernah bohong loh Jo)
"Idih beneran dah, Jo hanteu mabuk biwir si Bulbul! Ngada-ngada si Bulbul mah!"
(Jo enggak nampar bibir si Bulbul!)
Bulbul yang mendengarkan ucapan keduanya, merengut kesal, pasalnya ia tidak mengerti bahasa itu. "Iihh! Papa malahin Bang Jojo, nya dangan peke bahasa itu Bulbul endak elti!" protesnya memandangi kesal Aldan.
Aldan terkekeh dan menatap Bulbul, "Iy, entar Papa marahin Bang Jojo nya," sahut Aldan tangannya terulur menjitak pelan kepala Kenzo. Dan melanjutkan ucapannya kembali. "Papa mandi dulu. Bulbul mending cari meong dulu sana, belum ketemukan?"
Sementara Kenzo mendengkus sembari menatap kesal Aldan.
Bulbul menganggut, "Ya udah, Bulbul mau cali meong dulu!" sebelum pergi, anak itu menatap Kenzo dan menjukurkan lidahnya mengejak. "Wlekk!" Setelah itu, ia memilih pergi dari sana turun ke lantai bawah.
"Astagfirullah! Sabar, orang sabar pantatnya lebar!" gumam Kenzo menatap kesal Bulbul yang akan menuruni tangga, sambil mengelus dadanya sabar.
"MAMA!" panggil Bulbul pada Winda akhirnya, dengan berteriak. Yang kemungkinan wanita itu berada di dapur.
••