Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengambil Ibu
Setelah menelpon istrinya, Rasya menghubungi kakaknya, seperti yang dikatakan istrinya ternyata kakaknya itu sudah membuka blokir kartunya yang selama 3 tahun ini di blokirnya.
"Ya hallo sya". Ucap Rania dengan lembut.
" Dimana ibu tinggal, aku akan menjemputnya sekarang". Ucap Rasya tanpa basa-basi.
"Kamu tidak menanyakan kabar kami??
"Tidak perlu, beritahukan saja dimana ibu tinggal, aku kan menjemputnya sekarang". Ucapnya dengan dingin.
"Nanti kakak kirim alamatnya lewat pesan".
"Baiklah kalau begitu, kirim sekarang karena aku akan kesana". Ucap Rasya tanpa basa-basi.
Dia masih mengingat jelas bagaimana keadaannya ketika seluruh keluarganya kabur ditengah dirinya berjuang untuk perusahaannya.
"Kau harus mengembalikan semua uang kami pak Rasya, kami tak mau tahu".
"Tunggu pak, saya sedang berusaha membuat perusahaan membaik, tolong berikan saya waktu".
"Saya memberi anda waktu satu minggu untuk mengembalikan semua uang kami, jika tidak anda kami penjarakan".
"Terima kasih pak". Ucap Rasya menunduk memijit pelipisnya.
Sekarang dia harus berjuang untuk memulihkan perusahaannya, karena perbuatan keluarganya membuat Maya murka dan menarik semua saham dan kerjasama mereka ditambah lagi Marsya juga tak mau tahu dengan perusahaan Erlangga karena kebenciannya pada sang ibu.
"Aku harus kerumah, sapa tau mereka punya tabungan atau perhiasan yang bisa membantuku, jika rumahku dijual dan ditambah rumah Erlangga serta yang lainnya aku yakin bisa membuat perusahaan kembali". Dia bergegas berangkat menuju rumah keluarganya.
Saat Dia datang kerumah besar keluarga Erlangga untuk meminta bantuan, barangkali mereka mau membantunya untuk mengembalikan perusahaan tapi nyatanya dia malah ditinggal seorang diri.
"Kenapa kalian lakukan ini padaku??". Rasya menghempaskan meja di hadapannya.
"Kalian meninggalkan aku karena perusahaan bangkrut dan bahkan ibu yang kubela mati-matian selama ini memperlakukan aku seperti ini". Tangisnya pecah tidak percaya dan terpuruk.
Selama ini mereka lah yang menggunakan uang perusahaan dengan jumlah banyak tapi saat mengetahui perusahaan bangkrut mereka meninggalkan nya seorang diri.
"Ya Tuhan ini kah karma yang kudapatkan dari semua perbuatanku pada anakku selama ini, aku yang selalu menuruti perkataan orangtua dan kakakku sampai anakku membenciku malah meninggalkan aku terpuruk sendirian".
Rasya menghapus air matanya tiba-tiba menetes, penyesalan dan karma tak henti dia dapatkan, bukan hanya kehilangan perusahaannya, dia juga kini mengidap gagal ginjal dan harus segera mendapatkan ginjal yang cocok, Dibenci anak sendiri dan paling membuatnya menyesal karena dirinya ditolak kehadirannya oleh anak-anak nya sendiri.
Dia ingat kata-kata terakhir Rara waktu itu yang mengatakan jika kehadirannya hanya akan membahas luka pada anaknya lebih baik dia tak menampakkan wajahnya selamanya dihadapan mereka.
Itu sakit sekali, sebagai seorang ayah yang telah menyesal dan ingin memperbaiki segalanya, tolakan atas kehadirannya lebih menyakitkan daripada dihajar kedua anaknya.
Dia bergegas menaiki mobilnya dan menjemput sang ibu dan akan membawanya kerumah sakit untuk diperiksa agar mereka tidak membohonginya.
"Kamu sudah datang sya". Sambut Rania begitu melihat adiknya itu.
Rasya tidak menjawab dan langsung masuk kedalam rumah mencari keberadaan ibunya, dia bisa melihat ibunya duduk di kursi Roda dengan mulut miring habis terkena struk.
"Sya". Cicit bu Rana pelan matanya berbinar melihat anak lelaki yang begitu dia rindukan.
Rasya tidak menjawab melainkan mengambil seluruh pakaian ibunya dan membawanya keluar untuk ditaruh di mobil tanpa memperdulikan kehadiran ketiga saudaranya yang lain. kemudian dia masuk lagi mengambil ibunya dan mendorongnya keluar untuk segera keluar dari rumah itu tanpa sepatah kata pun, wajahnya juga datar dan menahan amarah.
Melihat sikap acuh tak acuh Rasya kepada mereka membuat mereka menelan ludahnya kasar, mereka tidak menyangka Rasya bahkan tak menganggap mereka ada.
Rasya masuk kembali kedalam dan akan bicara pada keluarganya untuk terakhir kali karena dia sudah muak kepada mereka.
"Sya kamu masuk lagi, ayo duduk dulu". Ajak Rania dengan senyuman melihat adiknya mendekati mereka.
"Saya tak mau basa-basi ini yang pertama dan terakhir aku berbicara pada kalian". Radya memandang mereka tatapan kebencian.
"Jangan gitu dong Sya, kami ini kakakmu loh". Ucap Rama tidak terima perkataan adiknya itu.
Rasya hanya menatap datar dan dingin kepada mereka.
" Dengarkan ini baik-baik jangan pernah kerumahku dalam keadaan apapun kecuali jika ibu meninggal karena sejak kalian pergi tiga tahun lalu meninggalkanku seorang diri tanpa belas kasihan maka itu juga membuat hubungan kita berakhir".
"Kami hanya menyelamatkan diri Sya, kan kami telah kembali dan bisa membantumu lagi, kami bisa kok bekerja di perusahaan lagi".
"Perusahaan yang mana kalian maksud??". Tanyanya dengan geram.
"Perusahaan yang kamu kelola dong sya, memang ada lagi". Ucap Rayanza
"Perusahaan Erlangga sudah tidak ada dan perusahan itu adalah milik Marsya, kalian pikir setelah semua perbuatan kalian Marsya menerima kalian??, Mimpi kalian ketinggian". Ucap Rasya dengan tatapan merendahkan.
"Jangan bicara seperti itu sya, biar bagaimanapun kami ini kakakmu, kau harus tetap memperhatikan kami". Ucap Rania todak terima.
"Terus saat aku terpuruk dan berjuang sendiri, kalian dimana??, Dimana kalian sialan, perusahaan bangkrut karena kalian selalu mengeruk uang dengan tidak masuk akal, dan setelah bangkrut kalian malah pergi tapi pernah kalian datang membantuku dan mengatakan kami ini kakakmu?? Ucap Rasya dengan sinis,.
"Aku kesini untuk ibu, lagian kalian hanya sodara seayah bukan sodara seibu ku, jadi jangan berharap aku menganggap kalian sodara, kedua adikku saja sudah berlepas diri dari keluarga ini sejak lama, jadi aku juga akan melakukannya". Ucap Rasya pergi meninggalkan mereka yang memandangnya dengan penuh amarah dan membanting pintu rumah itu dengan sangat keras.
Melihat anaknya membuka mobil dengan kasar menyurutkan bu Rana mengeluarkan suaranya, tadinya dia ingin berbincang-bincang dengan anaknya tapi melihat ekspresi anaknya itu, dia diam seribu bahasa.
"Jaga sikap ibu jika dirumah istriku, jika tidak akau akan mengirim ibu kembali kerumah itu". Ucap Rasya membuka pembicaraan pada ibunya.
"Maaf nak, jangan bawah ibu kesana lagi, mereka sudah mengambil semua milik ibu". Ucapnya terbata-bata dan tidak terlalu jelas karena keadaannya.
"baiklah, jadi jaga sikap ibu dirumah istriku, sudah bagus dia mau menerima ibu setelah apa yang ibu lakukan selama ini". Rasya mendengus kasar.
"Iya maafkan ibu nak". Ucapnya terbata-bata dan tidak jelas.
Tapi Rasya mengetahui apa yang akan dikatakan ibunya walau terbata dan tidak jelas.
"Aku tidak butuh permintaan ibu, yang kubutuhkan bukti dan pastikan ketiga orang itu tidak datang kerumah istriku, apalagi mengganggu keluargaku, sudah cukup apa yang kalian lakukan padaku dan kedua istri dan anak-anak ku". Ucap Rasya dengan dingin.
Dia memang harus menegaskan tentang segala hal pada ibunya, dia sekarang menumpang dengan keluarga Maya jadi sebisa mungkin ibunya harus menjaga sikapnya pada mereka.
tapi kita perlu tau sebelum membuat masalah untuk orang lain maka jangan lah membuat luka kepadanya ... karena menyembuhkan luka sangat sulit , kita bsa bilang iya kita maafkan tapi dihati kita juga terselip kalimat " kenapa ini harus terjadi ? teramat sulit untk memaafkan karena luka lama dipendam bertahun sulit untk dilupakan.
wajar sich sonya marah besar. umur dia masih kecil banget tp disiksa cinta pertamanya and keluarganya puncaknya diusir dr rumah secara kasar. jadi traumanya pasti dalem banget n dia jauh lebih hancur drpd sasya yg lebih besar