NovelToon NovelToon
Penjahat As A Sister

Penjahat As A Sister

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cerai / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Blesssel

Pantas saja dia sudah merasa curiga pada sampul buku itu yang tidak biasa. Alih-alih sekedar buku cerita biasa, ternyata itu adalah buku kehidupan terbuka dari masa depan beberapa orang, termasuk Victoria Hain. Sebuah tokoh dengan nama yang sama dengannya.
Sebuah tokoh yang kini dihidupi oleh jiwanya.

“Astaga, jadi aku adalah kakaknya antagonis?”
Adalah informasi paling dasar dalam cerita ini.

Alih-alih sebagai pemeran utama, Victoria Feyar berakhir menjadi kakak dari antagonis perempuan bernama Victoria Hain, yang akan mati depresi karena sikap dingin suaminya.

“Baiklah, mari kita ceraikan Kakak protagonis pria sebelum terlambat.” Adalah rencana Victoria, demi melindungi dirinya dan adik pemilik tubuh dari dua Kakak beradik pencabut nyawa.

Untungnya ini berhasil, meski bertahun kemudian Victoria dibuat kesal, karena mereka tidak sengaja kembali terlibat dalam situasi utama pada konflik cerita itu dimulai.

“Kakak Ipar, mohon bantu kami....”
-
“Dalam mimpimu.” -- Victoria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blesssel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

Selesai memandikan tubuh barunya, kini Victoria sedang memilih-milih pakaian. Dilihatnya koleksi pemilik tubuh yang menurut standar fashion-nya sangatlah rendah, ditambah beberapa masalah ukuran yang tidak muat. Tapi untungnya ada satu yang menyenangkan hati Victoria sebuah dress dengan motif loreng yang mencolok.

Seleranya yang tidak masuk standar normal ini langsung mendapat komentar Estella.

“Kakak yakin akan keluar dengan pakaian seperti itu? bisa-bisa para pelayan kurang ajar itu akan menertawakan Kakak loh.” Khawatirnya.

Memang bukan rahasia, bahwa hubungan pemilik tubuh dan suaminya yang buruk berimbas pada minimnya penghormatan yang diterima pemilik tubuh.

Tapi Victoria tidak peduli. “Jika mereka berani tertawa, aku akan memberikan mereka didikan yang tidak akan mereka lupakan.” --- “Hiaaaaaaaaattttttt.”

Estella melengos dan memutar bola matanya jengah. Dia sudah sangat jengah melihat Kakaknya yang lemah, kini melakukan beberapa gerakan bela diri seolah dia benar handal. “Sudah ah Kak. Ingat saja jangan mengacau agar tidak didengar Kak Raphael. Soal pelayan-pelayan itu, jika mereka berani macam-macam biar aku yang mengurus.”

Tapi Victoria tidak peduli yang dikatakan Estella. Setelah melakukan beberapa gaya bela diri sederhana sebagai contoh, dia kembali melanjutkan make-upnya. Menggunakan riasan mata yang berat dan lipstik merah, Victoria akhirnya merasa siap untuk turun.

“Ingatkan aku untuk pergi mengganti warna rambut nanti,” ujarnya sebelum berdiri

Estella iya-iya saja. Tapi sejujurnya dia sangat khawatir sekarang. Dia khawatir karena ini baru akan menjadi kali kesekian Victoria turun dari kamar setelah sekian lama. Hal ini dimulai saat Kakaknya menikah dan diacuhkan sang Kakak ipar, sejak itu Kakaknya telah menjadi maniak kamar. Selalu mengurung diri dan melakukan aktifitas di dalam kamar, mulai dari makan bahkan sampai belanja pun online dari dalam kamar.

Sementara tidak peduli dengan psikologis Estella yang tertekan, Victoria mengangkat kepalanya tinggi-tinggi saat menuruni tangga. Para pelayan yang melihat Nyonya mereka yang jarang turun segera berkumpul. Tapi ini bukan perkumpulan yang penuh hormat, tapi jenis perkumpulan yang berisikan ejekan secara terbuka.

Victoria pun masih mempertahankan senyumannya di tengah bisik-bisik yang terlalu kuat untuk menjadi bisikan itu. Dia kembali mengingat masa-masa perjuangannya sebelum menjadi wanita bawah tanah yang gemuk dan kaya. Sebelum itu semua, dia adalah seorang petarung jalanan yang handal.

Estella sendiri sudah bersiap hendak memarahi para pelayan, sebelum kalah cepat oleh Victoria.

“Dimana sujud salam untukku?”

Para pelayan saling memandang satu sama lain. Mereka dengan terbuka tertawa, karena memang sangat meremehkan Victoria. Sang Nyonya yang tidak diakui oleh Tuan mereka.

“Senang sekali Nyonya turun, apa Nyonya akhirnya sarapan di luar hari ini?” Kata seorang pelayan, yang tampak masih muda. Walau tidak ada cela di ucapannya, tapi senyuman wanita muda itu penuh ejekan.

“BRENGSEK KAU MENGEJEK KAKAKKU!”

“Shutttt.” Tahan Victoria pada Estella, dengan jari telunjuk.

“Kak?”

Victoria menggoyang jarinya, tanda agar Estella tidak membantah.

Sementara para pelayan yang melihat ini, kembali tertawa. “Tolong jangan berteriak di kediaman ini Nona, ini bukan tempat dimana anda berasal dan bisa seenaknya.” Mereka mengejek latar belakang Victoria dan Estella.

Estella hendak meledak lagi, tapi ditahan oleh Victoria lagi. “Dimana kepala pelayan?” tanya Victoria.

Seorang pelayan yang cukup senior segera menjawab, “Kepala pelayan sedang sakit saat ini jadi tidak masuk. Tapi kalau Nyonya perlu sesuatu katakan saja pada kami. Karena kalau Kepala Pelayan, dia hanya khusus melayani Tuan atau tamu penting saja.” Lagi-lagi ucapan senada ini, diakhiri para pelayan dengan tawa. Menunjukkan remehan terbuka mereka.

Lama Victoria terdiam memperhatikan orang-orang di depannya. Pada zaman dahulu jika seseorang bicara seperti ini, maka perkelahian fisik akan langsung terjadi. Tapi kini, di masyarakat yang mungkin lebih modern adab pasti diutamakan, pikirnya.

Tapi Victoria menyungging senyum. Teringat bahwa dia tidak perlu adab, karena dia bukan masyarakat modern.

“Aku datang dari zaman yang kejam,” ujarnya tiba-tiba.

Semua mereka semakin aneh dengan perkataan Victoria yang tak masuk akal, dan semakin aneh mendengar ucapannya berikut. “Jadi aku menginginkan sujud salam. Kalian akan bersujud dan memberi salam kepadaku.”

Mereka semua terdiam dan saling memandang, sebelum pecah dalam tawa bersama. Tapi tawa itu tidak berlangsung lama, ketika Victoria menendang lutut salah satu mereka dan membuat pelayan itu tersungkur padanya. Semua terjadi begitu cepat hampir tidak dilihat mata, ketika dia kembali melakukan hal yang sama pada yang lainnya.

“Bagus, jadi kalian tahu caranya.”

“Nyonya anda tidak bisa melakukan ini pada kami, anda menyalahi kontrak pekerjaan. Kami bisa melaporkan anda!” Kata salah seorang yang sudah menangis, saking sakitnya tendangan Victoria

Mendengar ini, Victoria mengangkat sebelah alisnya lalu mendudukkan diri di kursi beludru dekat situ. “Melaporkan aku? Nyonya kediaman ini begitu? Maksudmu mempermalukan Keluarga Hain begitu?”

“Ya, kami akan melakukannya. Tuan pasti akan membela kami. Tidak pantas bagi seorang Nyonya keluarga Hain menggunakan kekerasan seperti ini.”

Mendengar ini Victoria langsung tertawa sampai bertepuk tangan. Dia ingat betul karakter dua Tuan muda di keluarga ini dalam deskripsi buku. Mereka dikatakan mencintai nama baik, dan pasti akan melakukan apapun untuk melindungi diri dari rasa malu.

Estella yang sempat terkejut, akhirnya juga pulih. Dia setuju dengan yang dikatakan para pelayan, bisa-bisa Kakak Iparnya membela para pelayan karena pria itu membenci Kakaknya.

Estella menghampiri Victoria. “Kak, aku tidak percaya yang aku lihat baru saja, tapi aku serius, aku rasa yang dikatakan mereka bisa saja—-”

“Shutttt! Aku peringatkan untuk tidak berbicara dengan gaya lemah begitu lagi. Kau ini benar antagonis atau bukan?” heran Victoria.

Estella semakin tidak berdaya. Dia benar-benar tidak mengerti yang sedang dilakukan atau dikatakan Kakaknya ini.

Victoria kembali menatap para pelayan.

“Sebenarnya kalian benar. Seorang Nyonya Hain tidak bisa melakukan kesalahan, karena akan mempermalukan keluarga. Tapi jika terlanjur maka Tuan Hain tidak punya pilihan selain membereskan kekacauan, bukan?”

Melihat setiap wajah serius mendengarkan, Victoria mengejek. Dia sebenarnya hanya menakuti. “... Dunia orang kaya tidak sesederhana pikiran kalian. Salah bergerak, kalian bisa menjadi jenis kekacauan yang perlu dibersihkan. Hampir seperti mengepel lantai, bisa menjadi sangat bersih. Tentu saja itu karena semua anggota tubuh manusia bernilai.”

Estella menutup mulutnya dari menganga karena tidak percaya. Bertanya-tanya lagi, apa wanita di depan benar-benar Kakaknya? Kenapa terlihat sangat licik dan kejam.

Para pelayan itu hendak melawan kembali, dan mereka semakin berani ketika melihat Tuan Muda kedua dari mansion ini, Remi Leraic. Adik ipar Victoria, yang seusia dengan Estella.

Berbeda dengan kakaknya, Remi masih memperlakukan Victoria dengan sopan. Karena bagaimanapun dia dan Estella sudah menjadi teman sebelum menjadi keluarga. Jadi disini, Victoria memiliki sedikit potensi kemenangan.

“TUAN MUDA, TUAN TOLONG! NYONYA MEMUKULI SAYA SAMPAI TIDAK BISA BERDIRI.” Histeris seorang pelayan tua.

Tidak sampai disitu, yang lain juga meneriakan hal yang sama, membuat Remi rasanya tidak percaya.

Melihat ini Estella dengan gugup segera menghampiri Remi. “Bohong Rem, mana mungkin Kakakku melakukan hal itu. Kau tahu sendiri betapa lemahnya Kakakku bukan?”

Victoria yang mendengar ini tertawa kecil. Akhirnya dia bisa melihat sedikit sisi yang merupakan bibit karakter antagonis Estella, yang bisa menjadi manipulatif.

“Este Este, kau berbohong dengan baik tapi berhenti mengatakan hal seperti itu lagi.”

Estella terkejut dengan ketidak setujuan Victoria, dan menjadi panik seketika. Sementara Remi sendiri, dia malah teralih fokus.

“Aku baru tahu kalau Kak Victoria memanggilmu dengan panggilan yang lucu seperti itu, Este?”

Wajah Estella menjadi merah padam. Dia sebenarnya tidak suka namanya disingkat seperti itu. Tapi begitu yang dia pikirkan saat ini hanyalah menyelamatkan Victoria. “Rem, para pelayan ini dengan berani menentang dan menertawakan Kakakku, mereka bersekongkol untuk—”

“Itu tidak benar Tuan Muda, Nyonya lah yang bertindak keterlaluan. Dia memukuli kami semua, sehingga—”

BUF.

Lemparan buku tepat pada wajah pelayan itu, membuat semua orang histeris. Remi yang juga sempat sangat tenang, memegang dadanya karena terkejut. “Kakak ipar ….”

Victoria berdiri dari duduknya, menghampiri Remi. “Adik iparku sayang, karena kau tampan dan baik maka Kakak ipar menyayangimu. Dibandingkan para pelayan ini, kita memiliki sesuatu lebih penting untuk dibicarakan.”

Remi pun masih belum pulih. Kini dia menatap Victoria dari kepala sampai kaki, dan menemukan keanehannya.

“Eiih jangan menatapku begitu,” kata Victoria dengan nada yang benar-benar tidak biasa bagi mereka.

“Rem tolong jangan dengarkan Kakakku tampaknya dia sedang sakit saat ini,” mohon Estella hampir kehabisan ide. Tidak menyangka, akan dimarahi Victoria lagi.

“Este, apa kau ingin dihajar?! Bukankah aku sudah menyuruhmu bersikap penurut? sekarang tutup mulutmu dan biarkan Remi menghubungi Kakaknya “

Mendengar ini Remi benar-benar tersesat. “Kakak?”

Victoria tersenyum melembut. “Iya, Kakakmu. Cepat hubungi dia. Katakan istrinya membutuhkan pembelaan. Hahaaa ….” Tawa pecah Victoria membuat suasana semakin tidak wajar.

“Tuan, bagaimana dengan kami….”

“Shuttt!!!” Siapa sangka kini para pelayan terdiam dengan satu kata Victoria.

1
Blesssel
Walaupun nggak komen, jangan lupa di like, di vote di hadiah ayo apa kek terserah! biar penulis tahu ada yang nunggu update
D'nindya Idsyalona
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!