Elise, Luca dan Rein. Mereka tumbuh besar disebuah panti asuhan. Kehidupan serba terbatas dan tidak dapat melakukan apa-apa selain hanya bertahan hidup. Tapi mereka memiliki cita-cita dan juga mimpi yang besar tidak mau hanya pasrah dan hidup saja. Apalah arti hidup tanpa sebuah kebebasan dan kenyamanan? Dengan segala keterbatasannya apakah mereka mampu mewujudkannya? Masa depan yang mereka impikan? Bagaimana mereka bisa melepaskan belenggu itu? Uang adalah jawabannya.
Inilah kisah mereka. Semoga kalian mau mendengarkannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeffa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Memilin dan Memilin
Elise duduk dengan perut kelaparan sejak tadi. Menunggu Isabella membawa sepanci penuh kentang yang entah diolah menjadi seperti sup itu. Elise mengambil antrian lebih dulu. Perutnya sangat kelaparan sejak tiba dipanti tadi siang. Elise memakannya dengan cepat seperti orang kelaparan yang tidak pernah menyentuh makanan sama sekali. Rein menyodorkan mangkuknya untuk Elise yang terlihat masih kelaparan. Elise mengambilnya tanpa mengucapkan terima kasih.
"Lihat, dia seperti monster kelaparan." cibir Rein membuat Elise menjitak kepala Rein dengan keras tanpa sepatah katapun.
"Hei sakit tahu!!" teriak Rein tapi dengan cepat dilerai Luca saat Rein ingin membalasnya.
"Sudahlah. Ayo kita makan dengan tenang. Ingat tadi Carla mengatakan untuk istirahat yang cukup hari ini." Mereka menurut, kembali makan dengan tenang. Memang benar Carla menyuruh anak-anak yang tadi ikut ke sungai untuk segera istirahat. Karena jika rumput air yang sedang dijemur oleh Carla sudah kering mereka harus segera membantu Carla memilinnya.
"Ayo selesaikan makan siang dan mengecek kebun." Luca segera menyelesaikan makan siangnya diikuti oleh Rein dan Elise. Mereka bergegas pergi kearah kebun.
...****...
Sudah tiga hari berlalu, Elise sudah kesal sekali. Apalagi jika bukan karena rumput air itu ternyata membutuhkan waktu yang lama untuk benar-benar kering keseluruhan. Elise kira hanya membutuhkan waktu seharian karena matahari bersinar sangat cerah akhir-akhir ini. Elise menghela nafasnya berat. Menatap Carla yang sibuk memasak. Rasanya Elise selalu melihat Carla dan Clarissa di dapur. Mereka selalu memasak begitupun Bu Violet yang duduk memotong sayur.
"Carla, kenapa rumput air lama sekali mengeringnya." tanya Elise mulai bosan.
"Elise bersabarlah. Sesuai namanya Rumput itu dipenuhi oleh air dibatangnya. Sehingga membuatnya membutuhkan waktu yang cukup lama hingga benar-benar kering seutuhnya." jelas Carla.
"Bagaimana jika kalian bermain saja di kebun seperti biasa." Elise pun pergi tanpa perlu diusir lagi. Dirinya bosan. Tidak ada yang seru belakangan ini sejak terakhir mereka pergi ke sungai untuk mengumpulkan Rumput Air
...****...
Elise berlarian sejak pagi hari, menuruni tangga dengan bersenandung. Membuat Carla dan Bu Violet berteriak menyuruhnya berhati-hati. Sudah hari keempat akhirnya rumput air sudah kering keseluruhan. Carla memberi tahunya pagi-pagi sekali saat membangunkannya. Memang Elise yang meminta Carla untuk memberitahunya pertama kali jika rumput itu sudah kering. Maka setelah Carla mengeceknya pagi tadi Carla segera menyuruh Elise bangun dan melihatnya sendiri.
Elise sudah tiba digudang tempat penyimpanan makanan. Disana terdapat setumpuk Rumput Air yang sudah terlihat berwarna coklat dan kering keseluruhan. Carla berdiri dibelakang Elise tersenyum.
"Apakah ini sudah bisa dibuat keranjang?" Tanya Elise sungguh tidak sabaran.
"Tentu, ayo kita panggil anak lain untuk membantu membuatnya." tanpa disuruh dua kali Elise segera memanggil anak panti untuk membantu. Mereka semua segera menjadi sibuk sejak pagi hari.
Beberapa anak mengangkutnya dan menumpuknya menjadi tumpukan kecil di halaman panti. Anak-anak lainnya dengan segera duduk mendekati Carla. Dengan tangan yang terampil, Carla memotong Rumput air menjadi ukuran yang sama, lalu memulai proses memilin tumpukan Rumput Air yang sudah dipipihkan terlebih dahulu dengan gilingan batu. Setelah memilin hingga membentuk tali yang memanjang.
Setiap helai tali disusun dengan hati-hati, membentuk pola yang unik dan menarik.
Saat matahari mulai meninggi membuat cuaca dipanti terasa panas, keranjang tersebut mulai terbentuk. Carla menambahkan lapisan demi lapisan, mengencangkan anyaman dengan sulur dari Rumput air yang juga dibuat dengan cara yang sama hanya ukurannya saja yang lebih kecil. Keranjang itu semakin cantik, seperti sebuah karya seni alami. Setelah selesai, Carla memandang keranjangnya dengan bangga.
"Sudah jadi. bagaimana?" tanya Carla. Lupa jika dirinya sedang mengajarkan anak-anak panti untuk membuat keranjang.
"Bagus Carla, tetapi memakan cukup banyak waktu ya untuk satu keranjang saja." keluh Loren. Begitupun dengan Elise yang sudah menyerah diawal.
"Apakah kita bisa membuatnya sebagus itu tepat waktu?" tanya anak lainnya.
"Tentu. Aku akan mengajarkan kalian semua dari tahap awal. Ayo semuanya semangat!!" Carla menyuntikkan semangat membara kepada anak-anak panti.
"Baiklah. Aku tidak akan kalah dari Carla." jawab Elise tidak mau kalah.
"Akupun begitu. Lihat saja nanti." sahut anak yang lainnya.
Jadilah hari itu Carla mengajarkan anak-anak panti dengan sabar bagaimana membuat keranjang dari Rumput air. Mulai dari memotong, memilin, menganyam, dan juga mengencangkan. Anak-anak terlihat antusias membuatnya. Beberapa kali terjadi kendala tapi itu tidak membuat mereka mudah menyerah.
Anak-anak menggunakan kegiatan ini sebagai sarana hiburan membuat suasana terasa menyenangkan. Mereka juga berharap bisa menjual hasil kreasi mereka dipasar nanti. Seperti Loren yang membuat vas bunga, Rein membuat keranjang baju, Luca membuat topi bahkan Elise membuat tas anyaman dan masih banyak lagi. Karena Carla mengajarkan berbagai macam bentuk barang yang bisa dibuat hanya dengan Rumput air.
Tidak terasa Matahari mulai condong ke arah barat menyisakan warna kemerahan dilangit sore. Membuat Carla menyudahi kegiatan mereka hari ini. Setidaknya mereka sudah menyelesaikan sepuluh keranjang yang akan digunakan untuk mengangkut sayur ke pasar. Carla tersenyum senang melihat banyaknya kreasi yang dihasilkan anak pantinya.
"Ahahhaa lihat dia menggunakan sendal kebesaran." teriak salah satu anak dan membuat yang lain tertawa.
"Baiklah, sekarang kita bergegas mandi dan persiapan makan malam lebih cepat karena kita tadi melewatkan makan siang. Ayo cepat." anak-anak pun segera berlarian meninggalkan Elise,Rein,Luca dan juga Carla.
"Kami akan merapikan ini semua Carla barulah kami akan mandi." Elise menjelaskan. Carla mengangguk.
"Jangan lama-lama ya. Aku akan menunggu di ruang makan." jawab Carla kemudian pergi meninggalkan mereka yang membereskan pekerjaan ini.
"Asik, setidaknya mulai besok kita sudah bisa berjualan kan? Tanganku sudah gatal ingin mendapatkan uang." bisik Elise pelan.
"Tentu. Aku juga. Setelah mendapat uang aku akan membuat kamar mandi. Lihat saja." jawab Rein semangat.
"Eh omong-omong kamar mandi. untung Clarissa tidak tanya tentang aku yang mandi di semak-semak tempo hari." Elise menghela nafas lega.
"Sudah kubilang. Bilang saja kamu malu. mudahkan." jawab Rein santai.
"Tidak, Clarissa itu tidak mudah dibohongi." jawab Elise keras kepala.
"Clarisa itu—"
"Aku kenapa ?" tanya Clarissa tiba-tiba membuat Elise terkejut.
"Eh itu, anu." Ucap Elise gugup. Mencari jawaban cepat yang diperlukan.
"Memang aku kenapa ? Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Clarissa tidak sabaran.
"Itu, Elise malu makanya dia mandi di semak-semak dan kamu memergokinya. Dia bingung bilang ke kamu bagaimana." jelas Rein tampak santai menjelaskan.
"Oh Elise, tidak usah malu. kan hanya aku yang melihatmu. Kecuali Loren. Aku yakin dia akan mengejekmu jika itu dia. Jadi tenang saja." jawab Clarissa dengan senyum polosnya.
"Lihat, dia tidak mempermasalahkannya. Kamu saja yang terlalu takut." cibir Rein.
"Ada perlu apa Kamu disini?" tanya Luca sebelum Elise dan Rein kembali memulai pertengkaran.
"Aku disuruh Carla untuk membantu kalian agar cepat selesai dan kita bisa mulai makan malam." jawab Clarissa mulai menggendong tumpukan rumput air kering sisa yang belum selesai dipilin.
"Baiklah. Kalo begitu ayo cepat selesaikan." teriak Luca bersemangat. Meninggalkan Elise yang masih bermuka masam ke arah Rein yang sangat menyebalkan baginya.