Deskripsi
Perjalanan hidup seorang gadis perantauan, hidup dikota dengan harapan bisa merubah ekonomi keluarga nya.
Sebut saja Aisha, dia terkenal dengan sikap nya yang terkesan dingin, tak pandai berteman dan sering memilih untuk menyendiri.
Kesendirian itulah yang membuat nya bertemu dengan gadis cantik keturunan Korea.
Pertemuan itu pun akhirnya membuat Aisha nyaman dan memilih untuk berteman dengan gadis Korea yang sebenarnya tidak terlihat oleh mata teman-teman kerja nya.
Bagaimana kisah Aisha yang berteman dengan hantu?
Ikuti keseruan ceritanya hanya di novel karya putri cobain.
Silahkan membaca, ditunggu like komen dan jangan lupa subscribe nya, biar semangat update nya 😃😃🙏 terima kasih sebelumnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertangkap nya Asti dan Sari
Hari itu juga, Aisha bersama dengan pak Hadi pergi ke kontrakan Aisha, dimana saat itu, Aisha bermaksud untuk mengambil buku harian Ara.
Dibantu oleh pak Hadi, Aisha pun berhasil mengambil buku harian Ara, dan langsung pergi kerumah sakit.
"Bagaimana Sha, apa buku harian Ara ada?."
Tanya Rey yang langsung bertanya pada Aisha.
"Ini udah gua bawa, memang nya ada apa dengan buku harian Ara, semua petunjuk sudah gua dan Aska telusuri."
Jawaban Aisha yang langsung memberikan buku harian itu.
"Coba gua lihat, pasti ada sesuatu yang bisa menunjukkan jalan keluar dari masalah ini."
Jawab Rey yang terpaku pada tulisan berbahasa Korea.
Ternyata, Rey bisa membaca nya tulisan Korea itu, dan langsung membuang nafas nya dalam-dalam.
"Rey, apa ada sesuatu?."
Tanya Aisha yang melihat expresi wajah Rey.
"Tidak ada, hanya tulisan Korea, gua mana bisa baca."
Jawab Rey yang melihat wajah Sean.
"Kalau begitu, coba tanya kan saja pada Sean, mungkin dia tahu arti nya."
Ujar Aisha yang langsung memberikan tulisan itu pada Sean.
Sean pun terkejut saat membacanya, ternyata ritual itu bisa gagal jika saksi memilih mati sebelum ritual selesai.
"Kenapa gua nggak tahu, kenapa Ara tidak memberi tahu."
Ujar Sean yang terlihat sangat menyesal.
"Sesuatu apa Sean?, apa arti tulisan tangan Ara?."
Tanya Aisha yang terlihat penasaran.
Sean pun melihat ke arah Rey, dan terlihat Rey memberikan kode agar Sean tidak memberi tahu pada Aisha.
"Tidak ada yang spesial Sha, ini hanya ungkapan hati Ara saja."
Jawab Sean yang terpaksa berbohong pada Aisha.
"Ungkapan apa, apa bisa bantu bacakan?."
Pinta Aisha yang masih penasaran dengan tulisan Ara.
"Ara hanya menulis, jika dia bahagia bisa bertemu dengan gua, dia juga berkata kalau dia juga menaruh harapan."
Ucap Sean yang seakan bersungguh-sungguh membaca setiap jengkal kata.
"Hem, romantis nya Ara, pasti seseorang itu lu, iya kan Sean?."
Tebak Aisha yang tersenyum pada Sean.
Baru saja bisa tersenyum sedikit, mereka pun harus kembali bersedih, saat petugas memberi tahu jika Aska siap untuk di kebumikan.
Pak Hadi pun langsung mengambil alih, pak Hadi yang sudah kenal dekat dengan Aska pun langsung bergegas untuk mengambil jenazah Aska.
Keesokan harinya, Aisha, Rey, dan Sean pun ikut dalam proses pemakaman Aska, perpisahan untuk sahabat dekat mereka.
"Selamat jalan Aska, kita semua akan selalu mengingat mu."
Ucap Sean yang memegang batu nisan bertuliskan nama Aska.
"Next, kita bakal ketemu lagi, tapi bukan saat ini, gua janji Ka, gua bakal selesain masalah ini."
Kata-kata Rey yang sudah tidak memiliki satu pun teman dekat nya.
Betapa hancur hati Rey, baru saja kehilangan Adit, dan Andi, kini dia harus kembali kehilangan Aska, lengkap sudah derita Rey.
"Sabar Rey, gua tahu apa yang lu rasain saat ini."
Ucapan Sean yang perihatin pada Rey.
Rey yang melihat Aisha sedang berbicara dengan pak Hadi, menggunakan waktu itu untuk berbicara dengan Sean.
"Ternyata lu takut mati, dan biarin orang yang lu sayang pergi untuk selamanya."
Ucap Rey pada Sean.
"Gua nggak ngerti saat itu, jika gua tahu, gua udah lakuin hal yang sama seperti yang lu pikir kan."
Jawab Sean yang melihat wajah Rey.
"Serius kah?, pengecut lu Sean!."
Teriak Rey yang terdengar oleh Aisha dan pak Hadi.
"Gua nggak tahu Rey, gua nggak tahu kalau itu bisa membuat mereka selamat."
Jawab Sean yang kaget saat melihat Aisha yang menghampiri mereka berdua.
"Ada apa, kenapa kalian berdua ribut."
Tanya Aisha pada Rey dan Sean.
"Ini bukan urusan lu Sha, ini nggak ada sangkut pautnya dengan lu."
Jawab Sean yang langsung pergi meninggalkan mereka.
Melihat Sean pergi, Aisha pun langsung menanyakan pada Rey, namun hal yang sama pun dikatakan oleh Rey.
Mendengar ucapan dari mulut kedua temannya yang seakan menyembunyikan sesuatu, Aisha pun memilih untuk diam, dan tidak melanjutkan apa yang ada didalam pikiran nya.
Kini Aisha kembali berbicara dengan pak Hadi, tentu saja ingin mencari jalan agar apa yang sedang di alami nya bisa di hentikan.
"Sebaiknya kamu kembali ke pabrik, itu mungkin bisa membantu kamu Sha."
Ucap pak Hadi yang memberi saran pada Aisha.
"Apa yang bisa saya lakukan pak, sedang kan pabrik itu sudah terbakar."
Jawaban Aisha yang membuat pak Hadi tersenyum.
"Aisha, bukan pabriknya, tapi ada sesuatu yang harus kamu lakukan di sana."
Jawab pak Hadi yang seakan sudah tahu sesuatu yang terjadi di sana.
"Baiklah pak, jika memang itu yang terbaik, kenapa juga tidak kita coba."
Ucap Aisha yang melihat ke arah Rey dan Sean yang terlihat berjauhan.
Sementara itu, ditempat pak Doni menyekap teman-teman Aisha, terjadi sesuatu yang sangat besar.
"Asti, selamat bergabung dengan teman kamu."
Ucap pak Doni yang membuka pintu ruangan tempat teman Asti di sekap.
"Dan kamu Sari, kamu akan saya tempatkan di tempat yang berbeda."
Ujar pak Doni yang langsung menutup pintu ruangan itu setelah menyuruh Asti masuk.
"Pak!, Sari mau dibawa kemana, jangan sakiti Sari."
Teriak Asti yang berteriak dari dalam ruangan.
"Nikmati saja hari-hari terakhir kalian, buat lah rencana jika kalian bisa."
Jawab pak Doni yang langsung menarik Sari agar ikut bersama nya.
Teriakan histeris Asti pun tidak didengar oleh pak Doni, entah apa yang sedang direncanakan nya untuk Sari.
Diruangan lain, pak Doni pun langsung menginterogasi Sari, dia bermaksud untuk mencari informasi tentang teman-teman lamanya.
"Sari, aku bisa selamat kan kamu jika kamu mau membantu ku."
Ucap pak Doni yang berkata pada Sari.
"Apa yang kamu inginkan, aku tidak sudi untuk memberi tahu kamu!."
Jawaban Sari yang langsung di jawab dengan pukulan keras dari pak Doni.
"Berani sekali kamu!, sepertinya kamu ingin mati seperti mereka."
Ujar pak Doni yang terus memukuli Sari.
"Ampun pak, cukup, ini sangat sakit."
Jawab Sari yang merintih kesakitan.
Bagaimana tidak sakit, pukulan keras pak Doni membuat wajah Sari biru lebam, bahkan sampai keluar darah dari mulut dan hidung nya.
"Itu akibat tidak mau bekerja sama dengan ku!."
Bentak pak Doni yang langsung menyuruh anak buahnya membawa Sari.
Kembali lagi pada Aisha, masih berpikir keras bagaimana cara nya agar dia bisa masuk ke dalam pabrik yang saat ini sedang di awasi oleh kepolisian.
"Aku akan pergi ke sana pak, aku bisa lewat belakang."
Jawab Aisha pada pak Hadi.
"Kamu tidak bisa masuk sembarangan Sha, polisi masih memantau kondisi di sana."
Ujar pak Hadi yang memberi tahu pada Aisha.
"Kapan kamu kesana?, apa perlu kamu ajak mereka berdua?."
Tanya pak Hadi yang melihat ke arah Sean dan Rey.
"Tidak pak, aku saja yang akan kesana."
Jawab Aisha penuh dengan semangat.
Setelah beberapa lama kemudian, Aisha pun berpamitan untuk menginap di pondok pesantren, karena merasa tidak aman jika berada di kontrakan nya.
Sementara itu, Sean dan Rey pun memilih untuk kembali pulang ke rumah mereka masing-masing.
Tepat di jam tengah malam, Aisha yang ditemani oleh beberapa murid pak Hadi, mulai menyelinap ke dalam pabrik.
"Aisha!, kenapa hanya diam saja!."
Tanya Alvin salah satu dari murid pak Hadi.
"Aku tidak kuat melihat nya, aku tidak bisa melanjutkan ini."
Jawaban Aisha yang membuat semua nya bingung.
"Ada apa Sha, kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran."
Tanya dokter pak Hadi yang melihat langkah kaki Aisha yang terhenti.
"Bagaimana aku bisa kuat, jika aku melihat wajah teman-teman ku yang terbakar hidup-hidup di sana."
Jawab Aisha yang membuat semuanya ikut terdiam.
Mereka mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Aisha, sehingga mereka pun memutuskan untuk kembali mengurungkan niat untuk masuk ke dalam pabrik.
lanjutkan semangat menulis dan berkarya selalu