Berbisnis Di Isekai

Berbisnis Di Isekai

Bab 1. Pertemuan

Seorang bayi perempuan yang masih sangat mungil menatap langit-langit kamar dengan ekspresi takjub dan tidak percaya. Meskipun menangis keras seperti genderang perang, bayi itu berada dalam gendongan seorang wanita paruh baya yang tersenyum hangat menatapnya. Wanita itu memeluk tubuh kecilnya dengan lembut, menenangkan bayi tersebut dari ketakutan. Tangan mungil bayi itu terlihat kurus, namun sorot matanya yang lembut menunjukkan kesadaran yang mendalam. Bayi itu seperti menyadari keberadaannya di tempat yang asing baginya. Hal ini mengejutkan, karena kesadaran seperti itu biasanya dimiliki anak-anak berusia tujuh atau lima tahun. Wanita paruh baya tersenyum lembut, memandang bayi itu dengan penuh kasih sayang. Tidak berusaha memikirkan hal lain selain menyelamatkan bayi itu dari dinginnya air hujan yang membasahi pakaiannya. Bayi itu ditemukan didepan sebuah rumah panti asuhan Sunshine didesa Carugon dalam kondisi basah kuyup.

"Elise Aurellia, itu namamu sekarang. Aku berharap kamu menjadi anak kuat dan bijaksana, nak."

"Carla, tolong cepat ganti pakaian bayi ini sebelum anak ini demam." Sambung wanita itu. Gadis yang dipanggil Carla mendekati dan mengambil bayi dari gendongan .

"Baik, Bu Violet."

...****...

Namanya adalah Elise Aurellia. Bayi perempuan yang ditemukan didepan panti asuhan. Saat ini alisnya berkerut melihat keadaan sekitar. Semuanya terlalu asing untuk dirinya jika memang ini masih dibumi walaupun berada dibagian yang lain. Maka dari itu Elise  mulai mengumpulkan informasi sekecil apapun. Masalahnya Elise  berreinkarnasi sebagai anak bayi. Apa pula yang bisa lakukannya. Bahkan tangan mungilnya masih belum bisa menggenggam apapun. Langkah pertama yang dilakukan Elise untuk beradaptasi dengan dunia ini adalah dirinya akan mengecek kekuatan magis. Apakah ada atau tidak. Tapi apa ini? Mana yang dimilikinya hanya 5. Yang bahkan untuk membunuh slimepun belum tentu bisa. Ah ya apakah ada slime didunia ini Elise bahkan tidak tahu. Tapi setidaknya bukankah angka 5 itu bahkan terlalu kecil. Elise hanya bisa berharap akan sebuah keajaiban. Dirinya sudah hidup sejauh ini sungguh keterlaluan jika memang dirinya tetap menjadi manusia yang tidak berguna. Seperti masa lalunya. Elise menghela nafas pelan. Tangannya meraung-raung menatap mainan bayi usang yang menggantung diatas sana.

Sebenarnya tidak ada yang spesial dengan keseharian Elise. Selain  dirinya hanya makan dan tidur saja. Diselingi dengan belajar menggerakkan tubuh mungilnya. Dan setiap pagi Elise yang masih bayi akan diberi susu hasil perahan sapi. Itupun satu hari sekali sisanya Elise akan makan sup encer yang rasanya tidak enak sama sekali. Hambar tidak berasa. Penyiksaan pertama bagi Elise yang manusia modern.

"Ayo, Elise. Kamu harus makan agar cepat besar." Itu ucapan Carla saat Elise pertama kali memakan sup encer hambar itu yang berkali-kali Elise tendang ataupun tumpah kan. Membuat Carla kewalahan mengurusinya. Hingga beberapa hari kemudian Elise tak kunjung mau memakannya membuat tubuh kecilnya semakin kecil.

"Elise sayang. Kamu harus hidup,nak. Kemu bayi yang kuat. Karenanya makanlah untuk hidup." Nasihat Violet, wanita paruh baya itu dengan mata keriputnya yang terlihat berkaca-kaca melihat kondisi Elise yang memprihatinkan dalam gendongannya. Elise sadar dirinya tidak akan bisa bertahan hidup jika terus menerus menyusahkan dan memilih hal-hal yang tidak disukainya. Maka sejak saat itu Elise tetap menelan apapun yang disuguhkan didepannya hingga tidak bersisa membuat Carla dan Bu Violet senang. Setidaknya bayi mungil ini mampu bertahan hidup dengan segala kekurangannya.

...****...

Waktu berlalu dengan cepat, benar-benar tidak terasa umur Elise sudah empat tahun dengan keseharian yang tidak ada bedanya dengan bayi lainnya. Elise tidak melakukan hal-hal ajaib seperti loncat masa pertumbuhan. Bisa dibilang pertumbuhannya lambat jika dibandingkan anak pada umumnya. Bu Violet sebagai Kepala panti mengatakan kemungkinan ini terjadi karena mana yang dimiliki Elise  hanya sedikit dan juga malnutrisi. Bu Violet tahu bahwa mana Elise sejak kecil memang hanya sedikit. Dan besar kemungkinan Elise dibuang karena alasan itu. Untuk malnutrisi yang dialami Elise juga entah apa yang perlu dilakukannya karena apa pula yang mau diharapkan dari sup encer tanpa gizi itu. Masih hidup saja sudah syukur saat ini. Elise bukanlah anak yang bisa  ngeluhkan hal-hal seperti itu. Lebih baik mensyukurinya saja.

Dua bulan setelah ulang tahun Elise  datang dua orang anak, Satu laki-laki dan satunya perempuan bersamaan. Anak laki-laki itu memiliki rambut berwarna merah dengan bola mata hitam pekat . Seolah-olah seluruh warna akan terhisap kedalam matanya sedangkan anak perempuan itu memiliki rambut berwarna abu-abu dengan bola mata biru jernih. Pipi mereka chubby sekali. Kepala panti menduga bahwa mereka saudara kembar hanya karena ditemukannya diwaktu yang bersamaan. Duduk berdua didepan pintu panti. Mereka pintar tidak menangis dan juga tidak berteriak yang seharusnya jika seumuran mereka akan menangis dan meminta kembali ke orang tua masing-masing. Elise sudah bisa berjalan dan bahkan berlari serta membawa barang-barang ringan seperti kayu bakar dan juga melakukan tugas kebersihan  panti. Elise tidur dikamar yg sama dengan kedua anak itu. Dan saat ini Elise sedang menatap wajah mereka satu persatu dari balik kursinya.

"Umul mu belapa?" Elise menepuk jidatnya kesal karena hingga saat ini dirinya masih belum bisa mengucapkan huruf r dengan baik. Mereka saling tatap dan mengangkat bahu tidak tahu.

"Apa pentingnya umur. Bukankah lebih penting belajar mengucapkan huruf r." Ucap anak perempuan itu menghina. Elise mengerutkan alis merasa tersinggung dengan ucapannya.

"Tapi aku yang duluan disini. Jadi aku kakaknya. Kalian adik. Jadi kalian harus sopan." Ucap Elise terdengar sinis. Padahal setengahnya Elise malu karena dengan percaya dirinya mengucapkan sesuatu dengan cadel.

"Bukannya kami yg lebih tua daripada kamu. Liat badanmu saja hanya setengah dari tinggiku." Ucap anak perempuan itu lagi masih tidak terima dengan kelakuan Elise. Pipinya menggembung kesal.

"Sudah Rein jangan bertengkar." Ucap anak laki-laki itu menengahi. Ternyata anak perempuan itu bernama Rein.

"Dia menyebalkan. Luca."  Dan anak laki-laki itu bernama Luca.

"Apa untungnya bertengkar dengan anak kecil Rein. Kita yang dewasa harus mengalah." Elise melotot kepada Luca saat dia mengatakan itu. Jujur saja ini percakapan yang lucu jika dipandang dari sudut pandang orang dewasa modern berusia 24 tahun bukan.

"Lihat, lihatlah. Bagaimana tingkahnya? Dia harus di beri pendidikan sopan santun." Rein terlihat marah sekali tapi ditahan oleh Luca agar dia tidak menjitak kepala Elise. Elise tertawa kecil melihatnya. Sebenarnya siapa yang harus diberikan pendidikan sopan santun.

"Ayolah Rein, dia masih anak-anak."

"Diam!! Aku bukan anak-anak." Teriak Elise kesal. Mukanya merah seperti tomat. Alisnya kerut dalam menatap Rein yang menyebalkan.

"Lihat bagaimana kelakuan nakalnya itu." Ucap Rein seraya melempar bantal kewajah Elise hingga dirinya jatuh terpelanting ketanah. Hiks... Dan Elise menangis kencang. Suaranya kembali menggelegar.

"Huwaaaaa.... Itu sakit kau tahu." Ucap Elise disela tangisannya.

"Astaga Rein apa yang kau lakukan." Teriak Luca seraya mendekati Elise yang masih menangis.  Mencoba menenangkan Elise dengan pelukannya.

"Sudah. Sudah Elise. Tolong maafkan Rein." Ucap Luca menenangkan.

"Kepalaku sakit sekali telkena lantai." Adu Elise masih sesenggukan.

BRAK... pintu kamar terbuka. Terlihat Carla yang panik setelah mendengar suara tangisan Elise yang berlarian dari lantai dasar ke lantai dua. Nafasnya tersengal sebelum akhirnya menatap Elise yang dipelukan Luca.

"A-da a-pa?" Ucap Carla dengan nafas yang masih tersengal. Carla mencoba mengatur nafasnya.

"Elise terjatuh dari kasur. Tapi sepertinya tidak apa apa." Ucap Luca menjelaskan.

"Bagaimana bisa?" Tanya Carla pelan saat nafasnya sudah lebih baik.

"Aku telpeleset Calla. Tidak apa-apa, aku kan kuat." Ucap Elise masih dalam pelukan Luca. Membuat Rein dan Luca saling pandang.

"Baiklah. Hati-hatilah saat bermain. Kalau begitu aku akan kembali mengeceknya lagi. Tapi lebih baik kalian tidur. Sudah larut malam." Ucap Carla kemudian berlalu pergi. Dirinya terlalu sibuk hari ini. Walaupun setengah hatinya masih khawatir dengan keadaan Elise tetapi masih banyak perkerjaan yang harus dilakukannya. Dengan minimnya orang dewasa di panti sulit untuk tidak sibuk setiap harinya.

"Sudah, tidak usah beltengkal. Nanti bisa kena hukum. " Ucap Elise santai menjelaskan kepada mereka yang masih menatap kelakuan aneh Elise. " Aku Elise." Sambung nya lagi.

"Aku Luca dan dia Rein. Umur kami 5 tahun. Mungkin. Kami juga tidak tahu persis umur kami. Tolong maafkan Rein. Dia anak yang sensitif." Ucapnya santai. Rein hanya mendengus sebal mendengarnya. Tidak berminat membantah bagaimanapun Elise telah membantunya. Jika Elise tadi mengadu sudah pasti dirinya akan mendapat hukuman dan itu awal yang buruk baginya. Dihari pertama masuk kepanti ini sudah mendapatkan masalah. Dan akan dicatat dalam berkas pribadinya sebagai catatan yang akan mengurangi poin dirinya jika nanti ada yang berminat mengadopsi nya. Yah walaupun Rein terlihat tidak peduli tentang peradopsian itu.

"Baiklah. Ayo beldamai. Aku Elise dan aku umul 4 tahun. Kata Bu Violet tentunya. Hehe" ucap Elise terlihat bangga.

"Baiklah Elise. Mari kita jadi kakak adik yang akrab." Ucapnya seraya tersenyum manis.

"Jadi kalian kembal?" Tanya Elise penasaran. Mereka ditemukan bersamaan kemungkinan kembar bukan? Begitulah menurut Bu Violet sebagai kepala panti ini.

"Tidak. Rein lebih dulu tiba kemudian aku. Hanya saja—" ucap Luca sedikit bingung.

"Hanya saja apa?" Tanya Elise ikut bingung.

"Hanya saja aku tidak ingat siapa yang membawaku kesini. Begitu pula Rein. Kami hanya ingat tiba-tiba sudah ada didepan panti." Ucapnya murung. Tanpa tahu apa yang terjadi bukanlah sudah jelas jika mereka dibuang oleh orang tua mereka.

"Tapi Rein beruntung. Saat ditinggalkan ada barang yang tertinggal di tubuhnya. Sedangkan aku tidak." Ucapnya sedih. Rein menepuk bahunya menenangkan.

"Mungkinkah kalian bangsawan?" Tanya Elise asal. Mulut Elise memang sejak dulu selalu begitu. Asal menyebutkan sesuatu tanpa tahu dampak apa yang akan terjadi dari perkataannya.

"Eyy tidak mungkin. Lihat saja aku dan Rein biasa saja. Pakaian kamipun lusuh. Bagaimana mungkin." Jawab Luca ragu.

"Aku tidak tahu dunia lual tapi mungkin saja. Tapi sepeltinya kita jangan belharap banyak."

"Kamu dewasa sekali." Ucap Rein tiba-tiba.

"Namanya juga hidup. Bukannya kita halus dewasa jika mau hidup nyaman dipanti." Ucap Elise menasihati. Bagaimanapun Elise merupakan  senior mereka yang lebih tau pahit manisnya kehidupan disini. Semakin nakal dirimu maka semakin sulit kehidupanmu.

"Jadi lebih baik belsikap baik-baik." Mereka berdua menggangukan kepala setuju. Itulah mengapa Elise tadi membantu mereka dengan sedikit berbohong.

Hari semakin larut, Rein dan Luca sudah mengantuk begitu pula Elise. Maka mereka mulai berbaring dan tertidur lelap. Perkenalan singkat ini berjalan baik. Menyisakan langit malam yang bertaburan bintang. Cahaya lilin sudah dimatikan oleh Luca. Rein dan Elise sudah bergelung didalam selimut tipisnya masing-masing.

"Selamat malam, Rein, Elise." Senyum simpul terukir dibibir kecil Luca saat mengatakannya sebelum akhirnya ikut bergelung didalam selimutnya.

...****...

Terpopuler

Comments

aku tiga

aku tiga

Semangat authooor... ditunggu update selanjutnya..

2025-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!