Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Otw kondangan
Pulang dari kantor, Rayhan langsung menemui Maminya. Ia ingin menanyakan perihal gaun Nazwa.
Tok tok tok
"Siapa?"
"Ray, Mi. "
"Buka saja, bang. Nggak dikunci kok."
Rayhan pun membuka pintu kamar orang tuanya. Ia masuk ke dalam menemui Maminya yang saat ini duduk santai sambil nonton acara kuis di TV. Sedangkan Papi, duduk di balkon kamar sambil minum kopi.
"Baru pulang, bang? "
"Iya Mi."
Rayhan mencium punggung tangan Mami.
"Ada apa?"
"Em... apa Mami sudah membelikan gaun untuk Nazwa?"
"Sudah, tadi Mami ke butik sama Nazwa dan anak-anak pulang dari sekolah."
"Warna apa bajunya Mi?"
"Navy."
"Oh, ya sudah. Terima kasih Mi. Uangnya nanti Ray ganti."
"Eh nggak usah. Dikasih gratis sama adikmu."
"Hem, berarti Ray harus berterima kasih sama dek Rifka."
"Iya betul. "
"Ya sudah Mi, Ray mau balik ke kamar dulu."
"Iya, bang."
Rayhan pun keluar dari kamar Maminya. Sementara Mami senyum-senyum sendiri melihat antusias Rayhan menanyakan soal gaun.
Keesokan harinya.
Di waktu Nazwa bersuci karena masa harinya sudah habis. Ia melakukan shalat Shubuh sendiri di kamarnya. Setelah selesai shalat, Nazwa membereskan tempat tidurnya. Setelah itu, ia pergi mencuci pakaian ke tempat mesin cuci yang berada di samping dapur. Ia sengaja tidak membangunkan si kembar karena hari ini mereka libur. Saat tengah asik memasukkan pakaiannya ke dalam mesin cuci, Tiba-tiba Rayhan datang dengan membawa setelan baju kotornya.
"Ehem... "
"Eh, Pak."
"Mana bibi'?"
"Sudah selesai nyuci Pak, lagi di tempat jemuran."
"Oh..."
"Mari sini Pak, biar saya yang cuci sekalian dengan punya anak-anak."
"Ti-tidak perlu, biar nanti bibi' saja."
"Kasihan bibi' kalau harus cuci lagi. Nggak pa-pa sini saya bantu."
"Baiklah."
Rayhan menyerahkan baju kotornya kepada Nazwa, namun ternyata ada sesuatu yang jatuh. Keduanya sama-sama menyadarinya.
Rayhan buru-buru memungutnya dan menyembunyikannya dalam genggamannya. Ia lupa untuk memisahkan benda itu.
"Eh itu, sudah itu saja . Terima kasih."
Rayhan buru-buru meninggalkan Nazwa. Ia merasa malu karena kejadian barusan, segitiga pengamannya jatuh.
Nazwa hanya mengulum senyum melihat tingkah es baloknya.
"Ada-ada saja." Ucapnya.
Nazwa memasukkan pakaian kotor Rayhan ke dalam mesin cuci. Setelah memasukkan ke dalam mesin pengering, Nazwa membawa cuciannya ke tempat jemuran.
Mami yang sedang menyiram bunga di taman belakang, dapat melihat Nazwa.
"Uluh-uluh sudah nyuci-in baju calon suaminya. Pelan tapi pasti kalian pasti akan sadar dengan perasaan kalian. Semoga Engkau mempermudah urusan kalian." Batin Mami.
Setelah selesai menjemur, Nazwa membangunkan si kembar dan mengurus mereka.
Sedangkan Rayhan, setelah memberikan pakaian kotornya, ia tidur lagi karena semalam ia lembur di depan laptop.
Saat sarapan, Rayhan tidak turun. Mami mengira mungki ia sedang sibuk. Tapi ternyata ia ketiduran. Akhirnya Rayhan sarapan pada jam 9.
Malam harinya.
Nazwa sengaja mengajar ngaji si kembar setelah shalat ashar, karena malamnya ia akan pergi ke kondangan bersama Rayhan. Jadi, setelah selesai shalat Magrib, Nazwa segera bersiap. Ia tidak ingin membuat Rayhan menunggu lama.
"Baju ini terlalu mewah untukku. Tapi mau gimana lagi." Lirihnya.
Nazwa segera menganti pakaiannya dengan gaun tersebut. Ia bercermin dari depan samping hingga belakang. Setelah itu, ia memoles sedikit wajahnya. Ia memang tidak suka berdandan menor. Namun tetap saja ia kelihatan cantik dan elegan. Nazwa pun memakai hijab segi empatnya
lalu menyematkan bros di lehernya.
Di ruang tamu, Rayhan menunggunya. Ia baru saja selesai bersial. Rayhan memakai baju batik warna navy dengan kombinasi warna hitam dan celana hitam. Sudah lama Mami tidak melihat Rayhan seperti ini.
"Sudah mau berangkat, Bang?"
"Iya, Mi. Mana Nazwa?"
"Bentar lagi juga turun."
Tak lama kemudian si kembar turun. Mereka ingin melihat Nany dan Papanya berangkat kondangan.
"Waw Papa keren."
"Makasih, sayangnya Papa."
Nazwa memakai high heel dan menenteng tas kecil yang diberikan Mami tadi sore. Dengan ragu-ragu Nazwa keluar dari kamarnya.
"Nah itu dia yang kita tunggu." Ujar Mami saat melihat Nazwa keluar.
Rayhan langsung menoleh ke arah Nazwa. Nazwa berjalan sambil menunduk. Ia merasa kurang percaya diri saat ini. Sedangkan Rayhan terpaku di tempatnya. Padahal ia belum melihat wajah Nazwa.
"Nany cantik." Anggun dan Anggi berlarian memeluk kaki nany nya.
"Makasih, kalian juga cantik."
"Sudah Mami duga pasti tas dan high heel nya serasi. Ya sudah sana berangkat. Nanti kemaleman."
"Iya Bu." Ujar Nazwa seraya tersenyum.
Melihat senyum dari wajah cantik Nazwa, Rayhan semakin terhipnotis.
"Berlian yang tersembunyi, terlalu cantik. Hanya laki-laki bodoh yang menyia-nyiakannya. " Batinnya.
"Hei, Bang!" Mami melambaikan tangannya di depan wajah Rayhan."
"Astagfirullah... i-iya Mi." Sahut Rayhan kikuk.
Mami memberi kode kepada si kembar. Dua-duanya mengacungkan jempol. Mereka ikut keluar menunggu Rayhan dan Nazwa berangkat.
Rayhan membukakan pintu untuk Nazwa. Melihat gaun Nazwa yang melilit melebihi batas kursi, Rayhan membantunya membenarkan.
"Awas gaunnya kejepit."
"Terima kasih, Pak."
Rayhan pun duduk di kursi kemudian lalu mulai tancap gas. Nazwa melambaikan tangan kepada si kembar dan Mami.
Setelah mobil menghilang dari halaman rumah, Mami dan kedua cucunya ber-tos ria.
"Yeay berhasil. "Ujar Anggi
"Lihat sendiri tadi Papa nggak kedip ya Kak." Sahut Anggun.
"Calon Mami kalian itu memang cantik sekali. Papa kalian pasti bentar lagi nggak bisa tidur Haha.... "
Paling yang baru saja datang dan mendengarkan obrolan mereka hanya bisa menggelengkan kepala.
Kembali ke Nazwa dan Rayhan.
Rayhan melirik Nazwa yang nampak sedang gugup.
"Jangan gugup. Kamu harus buktikan saat ini kamu lebih bahagia."
"Hem... saya hanya takut mereka justru memutarbalikkan fakta dengan menuduh saya-lah yang selingkuh dengan anda."
"Coba saja kalau berani. Aku tidak akan membiarkan mereka menghinamu lagi."
Rasanya hati Nazwa sedang berbunga-bunga. Seorang laki-laki tampan, mapan dan dermawan di sampingnya yang merupakan calon suaminya itu sedang membelanya.
"Terima kasih, Pak."
"Ehem... bisa tidak ubah panggilan mu itu?"
"Hah, maksudnya?"
"Ck... masa sama tunangan sendiri panggil Bapak. Setidaknya rubah untuk malam ini saja."
"Ba-baiklah, maaf."
Rayhan tersenyum dalam hati. Akhirnya ia bisa menyampaikan unek-uneknya itu meskipun dengan paksaan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya mereka sampai di gedung pernikahan. Rayhan masuk ke area parkiran dan memarkirkan mobilnya.
Nazwa ingin membuka pintu mobil, namun Rayhan mencegahnya.
"Tunggu, biar aku yang buka."
Rayhan pun turun dari mobil lalu membukakan mobil untuk Nazwa.
Sudah banyak tamu undangan yang berdatangan. Mereka berpasangan dan bergandengan tangan. Melihat hal tersebut membuat Nazwa dan Rayhan menjadi kikuk.
"Ehm... tidak perlu bergandengan seperti mereka, asal jalan di sampingku. Aku tetap akan menjaga marwahmu sebagai perempuan yang masih dalam masa iddah."
"Terima kasih, Mas."
...****************...
menjelang lebaran bunda author sibuk, semangat 💪🙏😊
Si Rendra begitu disiplin yaa, krn bisa ikut sarapan tepat wkt dan tdk ada drama bangun kesiangan,😂😂😂