Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Jihan Ketakutan
"AAAGGGHHHHH!"
Jihan hampir kehabisan udara. Jihan membuka mata, wajahnya tertutup bantal. Seseorang berusaha membuat Jihan kehabisan napas. Jihan sekuat tenaga mencubit bagian pinggang orang itu.
"Berengsek!" Orang itu melepaskan tangannya dan keluar dari ruangan Jihan.
Jihan melempar bantal asal. Jihan memegang dadanya yang sesak, pandangan matanya berkunang-kunang. Jihan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Jihan mengambil ponselnya dan menghubungi Alan.
"Kak Alan, tolong!" Jihan dengan napas yang tersengal.
Alan, Erwin dan Arsen masuk ke dalam ruangan Jihan.
"Yank, ada apa?" Arsen duduk di samping Jihan.
"Yank, tadi ada orang yang menutup wajahku dengan bantal," Jihan memegang dadanya.
"Maaf Jihan, kami meninggalkanmu," Erwin penuh penyesalan.
"Apa kamu melihat orang itu?" tanya Alan.
"Aku cuman mendengar suaranya. Dia seorang wanita," jawab Jihan.
"Siapa lagi! Duh Dek sengsara amat nasib kamu. Gak di sana gak di sini, ada aza orang yang ingin menyakitimu," sesal Erwin.
Jihan meminta mereka bertiga agar tetap di sana. Jangan pernah lagi meninggalkan Jihan sendiri. Jihan takut orang jahat itu akan datang kembali mengganggu Jihan.
Malam itu, Arsen, Alan dan Erwin menjaga Jihan. Jihan selalu gelisah. Jihan dibayangi ketakutan. Jihan terjaga semalaman. Berbeda dengan Alan, Arsen dan Erwin yang larut dalam mimpi indah mereka. Jihan selalu mendengar suara auman singa di telinganya.
Keesokan paginya, Jihan meminta pulang ke rumah. Melihat kondisi Jihan yang tidak tenang, Dokter memberikan izin Jihan berobat jalan. Jihan ingin cepat-cepat keluar dari rumah sakit.
Belum lagi hilang trauma Jihan karena singa, kini Jihan kembali dihantui ketakutan bertemu orang banyak. Jihan takut salah satu dari mereka adalah orang yang ingin berbuat jahat kepadanya.
Jihan teringat akan Leena dan Juga Novita. Apa mungkin salah satu dari mereka adalah orang yang mencoba membunuhku di rumah sakit, tanya Jihan dalam hati.
Kenapa Jihan memikirkan Leena dan Novita, karena motif mereka berdua sama yaitu mengumpankan Jihan kepada singa.
"Yank, aku ingin makan batagor, cireng, lumpia pisang, bakpao. Belinya di perempatan jalan sebelum rumah," pinta Jihan.
"Win, tolong mampir dulu ya," kata Arsen.
Erwin melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit. Erwin mampir di perempatan jalan. Arsen turun dari mobil menuju pedagang yang ramai berjejer menjual jajanan.
Jihan dengan sabar menunggu Arsen di dalam mobil. Jihan ingin turun dari mobil menyusul Arsen. Tapi setelah melihat orang banyak, Jihan mengurungkan niatnya.
Jihan melihat orang-orang yang lewat berjalan kaki di samping mobil mereka. Di mata Jihan, mereka semua melotot ke arah Jihan. Mereka seolah mendekati mobil Jihan dan berusaha masuk ke dalam.
Jihan mulai gelisah. Keringat dingin mulai bercucuran. Jihan menutup wajahnya dengan bantal. Tubuhnya mulai gemetar menahan takut.
"Dek, tumben pengen nyemil pagi-pagi," Erwin menatap Jihan dari balik kaca spion.
"Dek, kamu kenapa?" Erwin berbalik ke belakang memegangi Jihan.
Jihan gemetar, tubuhnya tiba-tiba demam tinggi. Tidak berapa lama Arsen masuk ke dalam mobil.
"Sen, bagaimana ini?" Erwin panik.
Arsen menaruh semua belanjaan di kursi depan. Arsen duduk di samping Jihan. Arsen langsung memeluk Jihan.
"Pulang ke rumah. Jihan harus istirahat di rumah," jawab Arsen.
Erwin membawa mobilnya ke rumah Arsen dan Jihan. Erwin juga menelpon dan meminta Alan yang masih di rumah sakit mengirim perawat untuk Jihan. Erwin menjelaskan kondisi Jihan kepada Alan.
Setibanya di rumah, Arsen membaringkan Jihan di atas tempat tidur. Arsen mengambil handuk kecil dan mengompres kening Jihan untuk menurunkan suhu panas tubuhnya.
Jihan sama seperti sebelumnya gelisah. Jihan terus mengigau, "Jangan, jangan, pergi, pergi,"
Erwin masuk bersama seorang perawat wanita yang dikirimkan Alan. Perawat itu memeriksa Jihan. Jihan kembali dipasangi selang infus. Perawat itu dengan telaten menjaga Jihan.
"Ibu Jihan hanya syok. Mungkin ibu Jihan masih trauma akan sesuatu. Sebaiknya Ibu Jihan beristirahat di rumah dulu. Setelah infusnya habis saya akan kembali ke rumah sakit," kata perawat.
Setelah beberapa menit berlalu. Infus Jihan mulai habis, panas Jihan sudah turun. Perawat melepaskan selang infus Jihan. Dia juga memberikan obat-obatan yang sudah diresepkan oleh Dokter.
"Obat ini diminum 3x sehari, saya permisi," perawat itu berpamitan.
Erwin mengantar perawat itu sampai depan pintu. Erwin kembali masuk ke dalam rumah. Erwin membantu Arsen membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan Jihan yang tertunda.
Jihan mulai sadar. Dengan perlahan Jihan keluar dari kamarnya. Jihan duduk di ruang keluarga bersama Erwin. Jihan mulai mencicipi jajanan yang baru saja disiapin Erwin.
"Ka, aku kenapa?" tanya Jihan.
"Seharusnya Kaka yang nanya, kamu tadi kenapa?" Erwin nanya balik.
"Aku melihat orang-orang yang ada di sekitar mobil berusaha masuk dan mencekikku," jawab Jihan.
"Nggak kok, itu semua hanya perasaan kamu. Kamu belum sehat Dek," Erwin juga menikmati cemilannya.
Arsen masuk ke ruang keluarga membawa minuman ringan untuk mereka. Entah mengapa Jihan melihat seekor singa besar melompat ke arahnya.
"AAAAAAAAA!" Jihan berlari jatuh bangun meninggalkan ruang keluarga.
"Yank, ada apa?" Arsen berlari mengejar Jihan.
"Sen, jangan dikejar!" teriak Erwin.
"Tapi kenapa!"
"Jihan takut melihat lu!"
Jihan terus berlari menaiki anak tangga ke lantai dua rumahnya. Erwin juga ikut mengejar Jihan. Jihan berteriak histeris.
"Yank, kamu kenapa?" Arsen mengetuk pintu kamarnya.
Arsen yang sangat mengkhawatirkan Jihan memaksa mendobrak masuk pintu kamarnya. Jihan tersentak, Jihan mundur beberapa langkah. Kembali Jihan melihat seekor singa perlahan mendekat. Singa itu kemudian menyerang Jihan.
Jihan berlari menuju balkon kamarnya dan spontan melompat dari lantai dua masuk ke dalam kolam renang yang ada di samping rumah mereka.
BYUUUURRR!
Jihan dengan cepat masuk ke dalam kolam. Jihan tidak dapat menggerakkan badannya. Tiba-tiba saja kaki dan tangannya kram. Jihan tenggelam.
Arsen yang melihat Jihan tenggelam, nekat menceburkan diri dari balkon kamarnya. Lagi-lagi Jihan melihat seekor singa berenang ke arahnya. Jihan berusaha menolak Arsen. Kepala Jihan terbentur dinding kolam renang. Jihan kembali tidak sadarkan diri.
Arsen mengangkat Jihan ke permukaan. Erwin membantu mengeluarkan Jihan dari kolam renang. Erwin memompa dada Jihan. Arsen membantu dengan napas buatan. Jihan terbatuk mengeluarkan air kolam yang telah banyak tertelan.
Jihan kembali menatap Arsen. Dan lagi-lagi Jihan melihat suaminya dengan wujud seekor singa kelaparan. Jihan kembali berteriak. Erwin dengan cepat menarik Arsen ke kamar mandi agar menjauh dari Jihan.
"Win, apa-apaan lu!" Arsen menghentakkan tangannya.
"Jihan takut liat lu Sen. Gue udah peringatin lu tadi beberapa kali. Lihat setelah lu menjauh Jihan sedikit tenang," kata Erwin.
"Gue harus bagaimana sekarang? Gue suaminya," ada perasaan kecewa di hati Arsen.
"Gue juga gak tau. Sekarang gue bantu Jihan dulu, kasian Jihan kedinginan," Erwin kembali ke tepi kolam renang membantu Jihan.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Masa Jihan takut melihat gue. Ah, mungkin hanya perasaan Erwin. Gak mungkin Jihan takut sama suami sendiri."
Arsen kembali melangkahkan kakinya ke kolam renang. Erwin membantu Jihan berdiri. Jihan menatap ke arah Arsen.
"Sayang," panggil Arsen.
"AAAAAAAAAAA!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...