NovelToon NovelToon
Skandal Perawat Cantik

Skandal Perawat Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Selingkuh / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mahkota Pena

Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?

ikuti kisah selanjutnya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesepian

Mika telah berada dalam mobil ojek online, dengan sesekali nafasnya masih terasa sesak lantaran sikap Ali kepadanya.

Tampak dari luar mobil Ali berusaha untuk menghalangi kepergiannya, namun Mika tetap memberikan komando kepada supir ojek untuk segera melajukan mobilnya.

“Jalan, Pak.” Mika menyuruh bapak supir untuk melajukan mobilnya.

“Baik, Neng.” Tampak sedikit ragu Bapak supir itu tetap mengarahkan tongkat persneling dan segera melajukan mobilnya. Ia juga melihat Ali mencoba untuk menghentikan mobilnya.

Mika menoleh kearah Ali yang sedang mencoba menghalanginya, supaya Ali saja yang mengantarkannya sampai ke Asrama.

Namun rupanya mobil telah pergi meninggalkan Ali. Tinggallah Ali sendirian.

Dengan hati kesal ia menendang dengan kencang pot bunga kesayangan mamanya hingga pot tersebut pecah terbelah menjadi tiga bagian.

Segera ia memasuki rumahnya dan membanting pintu utama dengan sangat kencang.

Tampak Ali bersungut kesal, ia pun mengacak-acak rambut cepaknya..

“Yassalam, kenapa jadi seperti ini urusannya?” Arrrrrrrgggghhhhhh!!!!!!”

Terlihat Ali menjadi tidak bersemangat, padahal ia sudah meluangkan waktunya untuk berniat mengantar Mika kembali pulang ke Asrama.

Segera ia membanting tubuhnya ke atas kasur, ia menatap langit-langit kamar.

Pikirannya berkecamuk tidak karuan. Ia sangat menyesali perbuatannya kepada Mika.

***

“Mika, kenapa kamu baru masuk? Kamu sakit ya?” tanya Diva berlari memeluk Mika yang baru saja memasuki kamar asramanya.

Mika menggelengkan kepalanya dengan sangat lemas sembari menyambut pelukan Diva dengan pasrah. Ia segera meletakkan beberapa tas nya kedalam lemari dan tidak lupa untuk menguncinya.

Diva mengernyitkan dahinya, dan sedikit memicingkan kedua matanya.

“Ada yang aneh sama kamu, Mika. Kamu kenapa? Cerita-cerita dong!” Diva mendekati Mika tampak penasaran.

“Nggak apa-apa, Diva. Alexa dan Amira kemana?” Tanya Mika menanyakan keberadaan Alexa dan Amira.

“Oh, mereka ada kelas pagi.”

“Hmm.. begitu…”

“Eh Mika, dengar-dengar kamu sudah jadian ya sama Bang Zaki?”

Mendengar nama Zaki, Mika seketika teringat bahwa ia belum memberikan kabar untuk Zaki kalau ia sudah sampai Asrama.

Segera ia meraih ponselnya yang berada di dalam tas jinjing. Kemudian ia mengirim pesan ke Zaki bahwa ia telah sampai Asrama. Tidak luput ia memberikan kabar kepada kedua orang tuanya.

Hanya satu yang belum ia berikan kabar, yaitu Ali.

“Iya, Diva. Jangan berisik ya. Aku malu.”

“Kenapa harus malu? Kan kamu sudah dewasa, Mika. Bebas menentukan masa depan dengan siapa yang kamu inginkan.”

Benar. Ketika sudah dewasa kita berhak untuk menentukan dengan siapa nantinya kita akan menjalani hari-hari di masa depan.

“Lalu, kamu sama teman Zaki bagaimana? Sudah pedekate?” saatnya Mika yang menginterogasi Diva.

“Hahahhaaa aku masih bimbang, Mik. Tapi Bang Danu sudah beberapa kali telpon aku sih.”

“Cieeeee, jangan kasih kendor ah.” Goda Mika pada Diva. Diva tersipu malu Ketika Mika terus saja menggodanya. Boneka beruang telah Diva lemparkan ke wajah Mika. Mika tidak mau kalah ia juga membalas melemparkan bantal tidurnya kepada Diva. Mereka saling bercanda untuk melepas rindu karena terpisah selama beberapa hari.

Mood Mika tampaknya sudah sedikit mulai kembali normal. Setelah sebelumnya ada masalah dengan Ali.

“Hai.. Hai.. kalian sedang apa?” sapa Alexa, ia datang bersama Amira yang rupanya baru saja menyelesaikan kelas pagi.

“Ah, Mika. Aku kangen banget sama kamu. Kenapa baru kembali ke Asrama? Sepi tahu nggak ada kamu.” Amira berlari memeluk Mika.

Mika menyambut pelukan Amira. Alexa juga menyusul untuk memeluk Mika.

“Iya, aku kemarin saat akan kembali ke Asrama tiba-tiba tidak badan.” Jawab Mika supaya teman-temannya tidak penasaran lagi.

“Oh begitu ya, Mika? Lalu sekarang sudah sembuh?” tanya Amira sembari melepaskan almamaternya. Dan menggantungkan pada hanger.

“Pacaran mulu kali sama Zaki? Iya kan, Mik?” Alexa menyenggol Pundak Mika dengan Pundak nya.

“Ih, apa sih kamu Lex? Sudah jelas-jelas Mika bilang dia sedang tidak enak badan.” Sahut Diva yang tidak terima jika Mika dituduh yang tidak-tidak.

“Bercandaaaaa.. Mikaaaa.” Peluk Alexa kembali pada Mika.

Mika hanya tersenyum simpul. Ia tidak dapat menjelaskan secara jujur kepada teman-temannya mengapa ia baru bisa kembali ke asrama.

“Aku lapar, kalian pada lapar nggak? Kita makan, yuk.” Ajak Amira kepada ketiga teman-temannya.

“Oke. Aku juga lapar.” Sahut Diva dan beranjak dari bibir Kasur.

“Ayo Lex, Mik.” Ajak Amira pada Alexa dan Mika.

Mereka berempat berjalan menuju kantin. Kantin dua puluh empat jam non stop selalu buka. Kenapa buka dua puluh empat jam non stop? Karena banyak mahasiswa dan mahasiswi yang tengah malam kelaparan atau sekedar ingin jajan.

*

Ting!

Ponsel Mika berbunyi tanda ada notifikasi pesan masuk.

Ketika melihat sebagian pop-up pesan masuk, tertera pesan dari Ali. Yang menanyakan apakah ia sudah sampai asrama atau belum.

Mika hanya menjawab singkat jika dirinya telah sampai ke asrama sekitar satu jam yang lalu.

Segera Mika memasukan ponselnya kedalam kantong jaketnya. Dan kembali bercengkrama dengan teman-temannya.

“Mika, Bang Ali itu ganteng banget ya, Mik. Keren pula. Badannya kekar, macho, tinggi pokoknya idaman aku banget deh.” Celoteh Amira yang tampak mengagumi Ali. Disambut gelak tawa Diva dan Alexa. Mika hanya tersenyum melihat Amira sebegitu terpesonanya kepada Ali.

“Kamu suka sama Bang Ali ya, Mir? Bukannya Bang Ali sudah punya pacar?” Sahut Alexa memandang Amira kemudian melemparkan pandangannya kepada Mika.

“Iya, tapi hubungannya nggak jelas. Kak Janice sering berkhianat sama Bang Ali.” Jawab Mika untuk menjelaskan tentang Ali kepada Alexa, Diva dan Amira.

“Nah, cocok tuh Mir, kalau kamu mau pedekate sama Bang Ali, biasanya kalau cowok lagi bosan dengan ceweknya, pasti ketika ada cewek yang mendekati langsung diladenin.” Diva tampak antusias menyuruh Amira untuk mendekati Ali.

“Memang begitu ya?” tanya Amira kembali sambil memikirkan kembali ucapan Diva.

“Tergantung lah bagaimana iman cowoknya.” Alexa menyahuti.

“Betul, semua tergantung bagaimana iman si cowok. Kalau si cowok iman nya nggak kuat. Ya, bisa saja terlena dan melupakan cewek aslinya.” Mika turut menambahkan.

Tidak lama datang lah pesenan mereka. Empat mangkuk bakso sesuai dengan pesanan masing-masing.

Mereka melanjutkan mengobrol sambil menikmati bakso yang telah berada dihadapannya.

***

Seharian ini Ali hanya berdiam seorang diri dirumah. Banyak panggilan masuk yang ia abaikan. Bahkan pesan dari Janice pacarnya pun tidak ditanggapi.

Ia berusaha untuk memejamkan matanya, namun bayangan Mika selalu muncul dalam fikirannya.

Ia segera meraih ponselnya, namun tidak ada pesan satu pun dari Mika.

“Mika, maaf atas kesalahanku. Semoga kamu mau memaafkan aku ya.” Gumamnya sambil melihat dan memperhatikan foto profil di profil Mika.

Drrttt…

Tiba-tiba panggilan masuk ke ponsel Ali.

Ternyata dari Janice pacar Ali.

“Hallo, sayang. Kenapa kamu tidak ada kabarnya sih? Aku kangen banget nih sama kamu. Kamu nggak dinas ya, sayang?”

Belum Ali mengucapkan salam Janice rupanya sudah memberondongi banyak pertanyaan.

“Aku izin tidak dinas dulu. Kenapa memangnya?”

“Nggak apa-apa sih? Kenapa kamu nggak dinas?”

“Lagi kurang enak badan.”

“Oh, kamu sakit ya? Mau aku rawatin nggak?”

“Nggak perlu, minum obat lalu istirahat juga sudah cukup, nanti akan sembuh sendiri.”

“Ih, kamu pasti kelelahan bekerja ya, sayang, kamu sudah makan belum?”

“Sudah tadi, ya sudah aku mau istirahat dulu ya, assalamu’alaikum.” Ali segera memutuskan sepihak panggilan dari Janice.

Ali sebenarnya sangat enggan untuk mengangkat telpon dari Janice. Ketika ia telah mengetahui Janice pergi dengan pria lain. Hati Ali kepada Janice sudah sedikit memudar. Namun anehnya hubungan mereka tidak ada kata perpisahan atau putus.

Saat ini pikirannya masih mengarah pada Mika.

Apakah Mika sudah tidur atau belum?

Ali tampak tidak nyaman, segera ia mengetik pesan untuk Mika untuk menanyakan apakah Mika sudah tidur atau belum.

(Ali: Assalamu’alaikum)

Tak membutuhkan waktu lama Ali menunggu balasan dari Mika, hanya jeda satu menit saja pesannya telah dibalas oleh Mika.

(Mika: Wa’alaikumsalam)

Ali terkejut dan melotot bahwa pesannya telah dibalas oleh Mika.

(Ali: Mika, maafkan aku ya. Aku sudah melakukan kesalahan yang membuat kamu sampai semarah ini. Aku menyesal, Mika. Aku boleh terima hukuman apa saja dari kamu)

(Mika: Aku mengantuk, aku mau tidur dulu, Assalamu’alaikum)

Ali menghela nafas dengan panjang.

(Ali: Wa’alaikumsalam, selamat tidur sepupuku sayang, selamat malam semoga mimpi indah)

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!