JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jengkel
Dhev menutup telinganya menggunakan bantal dan Amira yang merasa sudah sangat kesal itu menarik bantal tersebut untuk memukuli anaknya seraya mulut yang terus menyerocos,
"Apa ini yang mamah ajarkan? Kamu telantarkan anak sendiri, kamu tau, mamah tidak akan pernah tega menelantarkan anak sendiri, mamah masih ingat betul waktu kamu masih kecil, waktu kamu sakit, mamah juga sakit karena mamah selalu begadang jagain kamu dan kamu setelah dewasa tidak menjaga anak yang kamu buat, apa tanggung jawab mu, Dhev?" teriak Amira yang kemudian melemparkan bantal itu ke lantai dengan jengkelnya.
"Astaga," batin Dhev seraya mengusap telinganya.
"Tanggung jawab apa, Mah? Makan sudah Dhev carikan, tempat tinggal untuk berteduh, pendidikan sudah Dhev penuhi semua," jengkel Dhev seraya bangun dari ranjang, ia meninggalkan Amira yang menangis di kamarnya.
"Pagi-pagi nggak bisa tenang," gerutu Dhev seraya berjalan cepat menuruni tangga. Entah kemana Dhev pergi tidak ada yang tau.
Dhev pergi sebelum mandi dan sarapan, bahkan masih menggunakan piyama.
****
Sementara Amira, ia meneriaki Dhev dari balkon kamar Dhev.
"Dhev! Jangan jadi anak durhaka kamu!" teriak Amira yang kemudian terduduk lemas.
"Ya Tuhan, kenapa anakku jadi seperti ini?" tangis Amira seraya mengusap dadanya.
"Aku harus carikan istri untuknya, siapa tau akan mengobati luka hatinya karena telah ditinggalkan oleh Ana," batin Amira.
"Aku tidak boleh sakit, aku harus sehat, setidaknya kalau aku harus pergi dari dunia ini, anakku sudah kembali menjadi Dhev yang penyayang, menjadi Dhevano Putra Abraham!" ucap Amira seraya bangun dari duduknya.
Teringat dengan Kenzo yang sedang sakit, Amira segera turun dan menemui cucunya yang malang.
Baru saja dibuat kesal oleh anaknya sekarang Amira harus dibuat pusing oleh Ken yang merajuk.
Ken melemparkan nasi goreng hangat yang baru saja sampai dan masih berada di nampan. Tumpahan nasi goreng itu jatuh tepat di kaki Amira membuat Amira semakin merasakan sesak di dadanya.
Dan terngiang-ngiang di telinga Ken kalau makanan itu adalah bentuk tanggung jawab dari seorang Dhev.
"Maafkan Ken, Bi."
"Tidak apa-apa, Nyonya," jawab bibi yang sudah terbiasa dengan sikap Ken.
"Ken, kenapa sayang? Tadi Ken minta nasi goreng?" tanya Amira seraya berjalan mendekati Ken yang sedang duduk di tepi ranjang.
Ken yang tadi mencari Amira itu ternyata sempat mendengar ucapan Dhev dan itu membuat hati Ken terluka, karena yang Ken butuhkan adalah pelukan hangat keluarga, terutama ayahnya.
Tetapi lagi-lagi Ken mendengar kalau Dhev selalu mengungkit materi.
"Mau Omah suapin?" tanya Amira seraya mengusap rambut tebal Ken.
Ken tidak menjawab, anak kecil itu bersedekap dada dengan bibir yang mengerucut.
"Nanti kita jalan-jalan, mau?" tanya Amira seraya membawa Ken ke dalam pelukan, Amira tau betul kalau Ken membutuhkan pelukan dan kasih sayang.
****
Brak!
Dhev mendorong pintu rumahnya yang penuh kenangan bersama dengan Ana dan Ken.
"Siapa bilang aku tidak perduli dengan anak itu! Kalau aku tidak perduli sudah ku buang dia di panti asuhan!" teriak Dhev yang tidak terima dengan tuduhan Amira yang mengatakan kalau Dhev tidak bertanggung jawab.
Sementara Dhev yang tanpa sadar memasuki rumah itu seolah mengalami dejavu, di mana cinta pertamanya itu masih berada di sisinya. Sekarang Dhev masuk ke ruang tengah.
Dhev seolah sedang menonton video lamanya yang terlihat jelas di setiap sudut ruangan rumah itu, lelaki tampan yang terlihat lusuh itu melihat kenangan Ana yang sedang menggantikan Kenzo pakaian dan bersiap untuk berangkat ke acara pesta ulang tahun teman Ken. Air mata Dhev menetes saat teringat dengan Ana yang begitu sempurna.
Cantik, bukan hanya cantik fisiknya tetapi juga hatinya.
"Istriku sangat sempurna, bagaimana mungkin aku akan menggantikan posisinya di hatiku dengan wanita lain," ucap Dhev seraya mengusap air matanya.
Perlahan kaki Dhev melangkah ke kamar, di sana Dhev melihat kehangatan keluarganya, di kamar itu ada dirinya, Ana dan Kenzo yang masih kecil berusia 4 tahun berada diantara orang tuanya.
Dhev teringat dirinya selalu berebut untuk memeluk Kenzo dengan Ana walau Dhev akan selalu kalah karena Kenzo begitu lengket dengan Bundanya.
Dhev mengelitiki Ana dan Kenzo sehingga suara tawa renyah dalam ruangan itu terdengar pecah.
Kenangan itu membuat lutut Dhev terasa lemas dan tak mampu untuk digerakkan. Dhev terduduk dan menangis di pintu kamarnya.
Menangis karena merasa telah gagal dalam menjaga cintanya.
Sehingga penyesalan itu akan terus ada di hatinya.
****
Nala merebahkan badan mungilnya di kasur lantai, gadis itu baru saja selesai mengolah bahan masakan untuk di jual nanti malam.
Merasa lelah dan mengantuk membuat Nala segera terlelap, saking lelahnya, Nala sampai tidak menyadari kalau hari sudah sore.
Nala terbangun karena kaget, Nala merasakan ada sesuatu yang mengusap kepalanya.
Tersadar Nala mengambil ponselnya yang sudah retak. "Astaga, jam 5!"
Nala segera bangun dan pergi untuk mandi, secepat kilat dan tak perlu berlama-lama di depan cermin seperti kebanyakan gadis pada umumnya.
Nala hanya menggunakan bedak bayi dan mengoleskan lipgloss di bibirnya.
Setelah itu, Nala segera bangun dan menata dagangannya ke gerobak.
Dan karena terburu-buru Nala merasa lelah sebelum berangkat.
Nala memilih untuk mengatur nafas sejenak, duduk lesehan di lantai teras, terlihat banyak retakan di ubin terasnya itu.
Merasa sudah puas dengan duduknya, Nala segera mengunci kontrakan lalu membaca doa sebelum mendorong gerobaknya.
Di perjalanan, Nala bertemu dengan pemuda langganannya, pemuda itu segera menepi dan memarkirkan motornya, ia segera turun dan menawarkan bantuan untuk Nala.
"Dek, biar saya bantu," ucap pemuda itu yang terlihat rapi, tidak seperti biasanya terlihat dengan seragam kerjanya yang berwarna biru.
"Tidak usah, saya tidak mau merepotkan," ucap Nala seraya menganggukkan kepala. Nala pun melanjutkan langkahnya.
****
Di rumah Amira, ia baru saja pulang dari rumah adiknya, wanita yang dipaksakan kuat itu membawa Ken untuk bermain dengan cucunya yang lain.
Merasa lelah, Amira jatuh pingsan lagi.
"Omah! Omah!" teriak Kenzo yang melihat Amira pingsan.
Kenzo merasa trauma apabila melihat orang yang pingsan, trauma Kenzo berawal ketika melihat Ana tak mau membuka mata lagi. Kenzo menangis dengan kerasnya terus memanggil omahnya.
Semua orang yang ada di rumah Amira segera berlari untuk membantu Amira dan Kenzo yang masih berada di ruang tamu.
Dan pengasuh Ken mencoba menenangkan Kenzo. Memeluknya seraya meyakinkan kalau Amira akan baik-baik saja.
Mang Dadang yang ikut membantu memindahkan Amira ke kamar itu segera menelepon Dhev, tetapi Dhev sangat sulit untuk dihubungi.
Dhev masih tertidur di rumah impiannya, di sana Dhev sedang bermimpi bertemu dengan Ana.
Dalam mimpi itu, Ana meminta pada Dhev untuk memperhatikan keluarganya.
Dhev menangis dalam tidurnya. Bahkan sampai ke alam mimpi pun tidak ada yang dapat mengerti perasaannya, semua hanya meminta Dhev untuk memerhatikan orang-orang di sekitarnya.
Bersambung.