NovelToon NovelToon
Mencintaimu Bu, Dokter!

Mencintaimu Bu, Dokter!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Keluarga / Dendam Kesumat
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Naga Rahsyafi

Fariq Atlas Renandra seorang pria yang berprofesi sebagai mandor bangunan sekaligus arsitektur yang sudah memiliki jam terbang kemana-mana. Bertemu dengan seorang dokter muda bernama Rachel Diandra yang memiliki paras cantik rupawan. Keduanya dijodohkan oleh orangtuanya masing-masing, mengingat Fariq dan Rachel sama-sama sendiri.

Pernikahan mereka berjalan seperti yang diharapkan oleh orang tua mereka. Walaupun ada saja tantangan yang mereka hadapi. Mulai dari mantan Fariq hingga saudara tiri Rachel yang mencoba menghancurkan hubungan itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naga Rahsyafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Belas

"Mas, Ariq." Rachel sangat bahagia apalagi melihat senyuman itu lagi. Senyuman yang walaupun baru beberapa jam padam sangat ia rindukan.

"Kenapa?" tanya Rachel. "Mas perlu sesuatu?"

Fariq tidak berucap, rasanya masih susah untuk mengeluarkan kata-kata, ia hanya memberikan senyuman kecil.

"Kenapa sayang. Kamu butuh apa?" tanya Rita.

Akhirnya Rita bisa bernapas lega, melihat mata anaknya terbuka membuat dia ikut gembira. Walaupun Fariq masih dibilang cukup lemah karena pria itu tidak sepenuhnya membuka mata.

Setelah menatap ibunya, Fariq kembali menoleh kearah Rachel. "Mas mau apa hm?"

Rachel melihat jika bibir pria itu bergerak seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun tidak bisa ia ucapkan sama sekali. Kecelakaan itu memang parah, bahkan membuat Fariq trauma karena untuk pertama kalinya mengalami kejadian tersebut.

"Mau peluk?" tanya Rachel.

Fariq mengerjapkan matanya tanda mengiyakan. Rachel pun segera membungkukkan badan dan memeluk pria itu. Dia juga mengusap-usap kepala Fariq.

Rita yang melihat suasana tersebut ikut terharu, kepercayaan bertambah besar untuk menitipkan anak laki-lakinya kepada wanita yang pengertian seperti Rachel.

Wanita paruh baya itu meletakkan telapak tangannya tepat pada punggung Rachel. "Mami keluar dulu ya."

Tinggallah Rachel dan Fariq berdua di dalam ruangan tersebut. Setelah memeluk tunangannya, Rachel mengambil kursi memposisikan dirinya di samping pria itu.

Genggamannya pada telapak tangan Fariq begitu tulus. "Mau makan?"

Fariq hanya menggeleng perlahan.

"Terus apa lagi hm?"

"Ekhem ..." Fariq masih mencoba untuk mengeluarkan suaranya. "Jangan—" ucapan Fariq terhenti.

"Jangan apa?" tanya Rachel.

"Saya—"

Rachel terus menatap pria itu untuk mendengar perkataan yang akan keluar dari mulut Fariq. Ia tersenyum guna memberikan semangat pada tunangannya.

"Kenapa hm?"

"Saya ... Jangan, tinggalkan saya."

"Maafin aku, Mas. Harusnya aku percaya sama, Mas."

"Saya ... Saya tidak punya ... Selingkuhan."

"Iya ... Aku tau, Mas. Aku yang salah karena udah nyakitin Mas."

"Jangan pergi. Saya mencintai kamu Bu, Dokter."

"Aku nggak akan pergi ... Mas cepat sembuh ya. Katanya mau menikah cepat."

"Kamu ... Ma-mau menikah dengan sa-saya?" ucapan Fariq masih terbata-bata.

"Aku mau ... Tapi Mas harus janji, cepet sembuh. Aku tunggu." Rachel tersenyum lebar kepada calon suaminya.

Fariq pun ikut tersenyum. "Cium."

"Heh ... Lagi sakit malah mikirin itu."

Fariq terkekeh geli, ia hanya menggoda wanita itu bukan maksud apa-apa. "Nanti kalau udah nikah. Aku kasih."

"Mau," lirih Fariq.

"Nanti ... Makanya cepat sembuh ya. Biar nikah."

Fariq membawa tangan Rachel kearah wajahnya. Tau akan maksud pria itu, Rachel pun mengelus pipi Fariq. Sebisa mungkin ia akan memberikan kasih sayang pada pria yang sudah berstatus menjadi tunangannya tersebut.

[] [] []

Keadaan Fariq Atlas Renandra mulai membaik, setelah empat hari berselang dia bisa pulang ke rumah. Namun pria itu belum sembuh sepenuhnya, seperti saat ini dia masih berada di kursi roda untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari.

"Rachel mana ya. Kenapa nggak datang-datang juga," ucapnya pada diri sendiri.

Tiada hari tanpa kedatangan tunangannya, seperti sekarang ini Rachel Diandra sudah sampai di depan rumah Rita. Sepertinya Fariq sudah mengetahui kedatangannya hingga pria itu berada di teras sambil tersenyum menatapnya.

"Assalamualaikum ..."

"Waalaikumsalam ...," jawab Fariq. "Kirain tadi nggak datang."

"Memangnya kenapa?" Rachel berjongkok dihadapan pria itu.

"Saya bosan di rumah."

"Bisa nggak ganti ucapan Mas. Nggak usah pake saya."

"Terus pake apa?" tanya Fariq.

"Ya terserah. Asalkan jangan itu."

"Eummm ... Mas bosan, pengen keluar sama kamu."

Rachel pun memegang tangan calon suaminya. "Mas, Ariq mau kemana?"

"Kemana aja ... Mas mau keluar, nggak mau disini. Nggak enak."

"Kita jalan-jalan sekitaran sini aja. Mau nggak?" tanya Rachel.

Fariq mengangguk cepat.

Fariq bukannya lumpuh, hanya saja untuk berjalan dia belum stabil akibat kecelakaan itu. Maka dari itu Fariq harus difasilitasi kursi roda, supaya bisa berpindah tempat sendiri ketika tidak orang di rumah mereka.

Perlahan-lahan Rachel mulai mendorong kursi roda tunangannya tersebut. Mereka mulai keluar dari halaman rumah menyusuri jalanan kompleks itu.

Sepanjang jalan Rachel mendorong kursi roda. Mungkin ia merasa lelah, tapi dia sama sekali tidak masalah akan hal itu. Karena yang saat ini ia inginkan kesembuhan calon suaminya.

"Mas, Ariq. Kita duduk di taman aja ya."

"Boleh ..."

Rachel memposisikan kuris roda Fariq menghadap kearahnya, mereka pun beristirahat di bawah pohon yang menyejukkan suasana.

"Rachel ..."

"Kenapa hm?"

Tatapan Rachel begitu dalam, hingga sampai sekarang dia masih merasa bersalah kepada tunangannya. Rachel mengakui dirinya bahwa kecelakaan yang menimpa Fariq karena ulahnya.

"Nanti kalau Mas udah sembuh. Mas bawa kamu beli cincin yang baru ya. Mas minta maaf, cincin yang kemarin hilang."

"Siapa bilang hilang," ucap Rachel.

Wanita itu memperlihatkan kalungnya yang tersembunyi di area kerah bajunya. "Ini cincin pemberian Mas, Ariq," ucap Rachel memperlihatkan cincin tunangannya yang ia kaitkan dengan kalungnya.

"Cincinnya nggak hilang?"

"Enggak ... Waktu Mas Ariq kecelakaan, cincin ini malah jatuh di dekat kaki aku"

Fariq tersenyum. "Cincin aja tau kita berjodoh."

"Beneran Mas mau nunggu sembuh dulu baru nikah?" tanya Rachel. "Kalau aku maunya kita langsung nikah aja seperti kemauan, Mas ... Biar aku bisa jagain Mas."

"Terima kasih ya ... Makasih karena udah sayang sama Mas, udah perhatian juga sama Mas."

"Iya ... Calon suaminya, Rachel."

"Gimana sama hari ini? Pekerjaan kamu lancar?" Fariq menyelipkan beberapa helai rambut Rachel kearah belakang telinga wanita itu.

"Lancar, Mas."

"Pasiennya bandel nggak?"

"Ada beberapa, Mas. Tapi aku harus sabar demi kesembuhan mereka."

"Cantik luar dalam ternyata calon istri Fariq ini."

Pria itu mencolek ujung hidung Rachel.

Dia memerhatikan sekeliling mereka seperti sedang memantau keadaan membuat Rachel ikut menoleh kearah yang dituju Fariq.

"Mas kenapa?" tanyanya setelah kembali menatap sang tunangan.

Fariq menekan-nekan pipinya dengan menggunakan jari telunjuknya. Kelakuan pria itu malah membuat Rachel ingin tertawa karena baginya itu adalah hal lucu. Mengingat seperti biasa Fariq akan melakukan tindakan tanpa persetujuannya. Namun kali ini Fariq hanya memberikan kode saja.

"Pipi Mas sakit?" tanya Rachel.

"Bukan, Rachel."

"Terus kenapa?" tanya Rachel seolah tak paham.

"Ck!" Fariq berdecak kesal, ia sangat yakin jika Rachel mengerti dengan kode yang dia berikan.

"Marah sama aku?"

"Enggak."

Fariq pun membuang mukanya, Rachel menatap pria itu namun Fariq mencoba untuk menghindari kontak mata dengan calon istrinya.

"Nggak mau lihat aku hm?" tanya Rachel.

"Mau."

"Terus kenapa buang muka?"

Fari pun akhirnya kembali menatap Rachel. Dia tidak suka dengan senyuman yang diperlihatkan oleh wanita itu, seperti mengejeknya saja.

"Kuli bangunan ngambek."

"Bukan kuli. Mas 'kan punya anak buah."

"Sama aja," ucap Rachel.

Rachel memperhatikan sekeliling mereka, sepertinya tidak terlalu ramai untuk melakukan sesuatu yang menantang di depan umum. Kemudian ia kembali menatap Fariq, wanita itu menarik dagu calon suaminya dan memberikan kecupan singkat.

Cup!

"Udah 'kan jatah hari ini."

"Kok sebentar?"

"Tempat umum, Mas."

"Kita pulang sekarang. Mas maunya lama."

"Kalau mau lama, nikah dulu," ucap Rachel membalas colekan Fariq di hidungnya tadi. "Hahaha ..."

Kembali Fariq memasang raut wajah cemberut. Sikap Rachel kali ini sungguh menjengkelkan sekali.

"Boleh ya, sayang."

"Nikah dulu."

Rachel beranjak dari tempat duduknya, ia mendorong  kursi roda Fariq dari arah belakang. "Kita mau kemana? Masih mau diluar, Rachel. Bosan di rumah," ujar laki-laki itu.

Rachel tidak menjawab apapun yang dikatakan oleh tunangannya, dia terus saja mendorong kursi itu tanpa memperdulikan perkataan Fariq.

Kini keduanya sudah berada di rumah lagi. Rachel pun menarik dagu Fariq dan meninggalkan kecupan dibibir pria itu.

Cup!

"Aku pulang dulu ya. Aku masih banyak kerjaan. Mas harus jaga kesehatan ya." ucap Rachel mengusap-usap kepala Fariq.

"Oke, sayang. Hati-hati di jalan."

1
ay Susie
kenapa gak bilang lgsg kl dia sodara tiri , bikin mulek
Khusnul Khotimah
ayah yg goblok,,,,,
Buaya Darat: kak🥲 mohon bersabar
total 1 replies
Khusnul Khotimah
pria bertanggung jwb apaan,,,,,KLO tahu batasan ada perempuan disampingmu za biarin yg nolong calonmulah toh cuman jatuh doang,,,,,,bilang aja tebar pesona,,,,,g masuk akal bgt
Naga Rahsyafi: sabar kak🥲 kena ke penulisnya lagi
total 1 replies
Naga Rahsyafi
Jangan lupa tinggalkan jejak jari sebelum pergi
Buaya Darat
🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!