Guruku Adalah Pacarku
Genius High School, sebuah lembaga pendidikan bergengsi yang dikenal luas sebagai tempat berkumpulnya para elite sosial dan anak-anak berprestasi. Dalam lingkungan sekolah yang gemerlap ini, tidak ada ruang bagi kehadiran anak-anak dari kalangan ekonomi rendah.
Setiap siswa yang bersekolah di Genius High School dipastikan berasal dari keluarga berkecukupan dan memiliki prestasi gemilang.
Sekolah ini menjadi simbol kemewahan dan keunggulan, tempat di mana para siswa tidak hanya dipersiapkan untuk meraih kesuksesan akademis, tetapi juga untuk menjalani kehidupan di tengah kemapanan finansial.
Dibawah kepemimpinan seorang tokoh ulung yang penuh kejeniusan, Genius High School telah meraih predikat sebagai sekolah paling bergengsi di seluruh Indonesia.
"Dengan ini saya resmi membuka Genius High School," ucap seorang pria dewasa sembari memotong sebuah pita yang melintang di depan bangunan sekolahnya.
Dengan fasilitas modern yang lengkap dan kurikulum yang inovatif, sekolah ini berhasil mencetak generasi penerus yang siap bersaing di kancah global.
Prestasi gemilang yang diraih oleh siswa-siswanya menjadi bukti nyata akan keunggulan pendidikan yang diberikan oleh Genius High School. Dengan reputasi yang tak tertandingi, sekolah ini layak disebut sebagai raja di antara sekolah-sekolah bergengsi lainnya.
Tak ...
Tak ...
Tak ...
Astaga. Semua siswi di sekolah itu dengan cepat mendekat ke arah asal suara ketika mendengar langkah kaki mendekat.
"Kae, haii,"
"Kaesang,"
"Kae, ih ganteng bangett. Papi aku aja kalah. Kae,"
"Kaee,"
"Hai, Kae, hari ini kamu tambah ganteng, kayak dewa Yunani,"
"Jadi artis aja apa Kae, kamu cocok hehe."
"Kaesang,"
Semua wanita mengerumuni pria itu. Pria tampan dengan seragam sekolahnya, menampilkan wajah yang dingin namun tetap begitu tampan. Dialah Kaesang Abi Permana, sosok yang menjadi idola di lingkungan sekolah.
"Basi, nggak guna. Konyol banget!" gumam Kaesang dalam hati sambil melempar pandangan tajam ke arah para wanita di sekitarnya.
Sebagai anak dari pemilik sekolah, Kaesang dikenal sebagai siswa yang pintar dan selalu meraih nilai tinggi. Tidak hanya itu, ia juga menjadi incaran para wanita karena pesonanya yang tak tertahankan, serta keberadaannya yang kaya raya.
Papanya, selaku pemilik sekolah, merupakan seorang pengusaha terkenal dan tersukses nomor satu se-asia tenggara.
Sejak papanya, Indra jaya Permana, mendirikan sekolah itu banyak dari anak-anak yang berusaha untuk sekolah di sana. Dari yang kalangan bawah hingga orang-orang terkenal dan pejabat pemerintah.
Semua orang sangat menghormati Indra dan tahu siapa dia. Perusahaannya ada di mana-mana, sukses, dan tentu saja telah meraih prestasi gemilang dalam dunia bisnis.
Putranya yakni Kaesang adalah pria dingin dengan julukan pria kutub atau kulkas seribu pintu, memiliki pesona yang memikat baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Banyak perempuan yang suka kepadanya. Ketika dia datang di sekolah banyak perempuan yang menyambutnya layaknya Dia adalah seorang artis dan memberinya banyak hadiah.
Bunga, coklat, bahkan juga perhiasan mahal pernah beberapa perempuan berikan kepada Kaesang di sekolah itu. Kaesang tentu menerimanya tapi setelahnya dia membuang semua barang itu di tempat sampah.
"Pengen muntah! nggak jelas banget!" kata Kaesang.
Seperti hari ini, ketika dia tiba di sekolah dan mulai memasuki koridor, banyak sudah perempuan yang mengerumuninya dan mengikuti langkahnya hingga akhirnya sampai di kelasnya.
"Kae, aku ada hadiah buat kamuu, ini biskuit dari Jerman, Kae, aku kasih khusus buat kamu,"
"Ini coklat buat kamu, Kae,"
"Kaesang, Kae,"
"Kae, aku suka sama kamu, terima bunga dariku,"
Kaesang sama sekali tidak memperdulikan para perempuan cantik itu. Hanya saja ketika dia tiba di depan kelasnya dan akan masuk, tiba-tiba ada tiga orang gadis menyebalkan yang mencegatnya di tengah jalan.
Salah satu dari gadis itu berdiri di depan pintu kelas Kaesang dan merentangkan kedua tangannya. Gadis itu tersenyum dan menghampiri Kaesang.
Dengan penampilannya yang bagi Kaesang sangat norak, perempuan itu sedikit mengibaskan rambutnya ke belakang, dia melirik kearah kedua temannya yang berdiri di belakangnya, lalu memalingkan wajahnya kembali ke arah Kaesang.
"Kae, aku ada hadiah nih buat kamu, coklat sama jam tangan. Kemarin papa aku udah beliin aku coklat ini dari Italia, tapi aku nggak suka. Kamu mau ya coklat dari aku, rasanya enak loh. Kamu pasti suka," perempuan itu memberikan coklat dan sebuah jam tangan kepada Kaesang.
"Nih, Kae," imbuh perempuan itu.
Tapi Kaesang yang sama sekali tidak menyukai perempuan itu segera menepis pemberian darinya dengan kuat, hingga semua barang itu jatuh ke lantai.
"Gue nggak butuh hadiah dari Lo! minggir, gue mau masuk!" Dengan sedikit judes dan dingin Kaesang mendorong perempuan itu, hingga perempuan itu sedikit bergeser ke samping dan Kaesang masuk ke dalam kelasnya.
Setelah Kaesang pergi, perempuan itu dengan geram menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Dia memungut kembali barang-barang yang sebelumnya telah diberikannya kepada Kaesang. Semua barang mahal itu dia ambil dan dia berikan kepada kedua temannya.
"Nih buat kalian aja, gue nggak butuh lagi barang sisa!" kata perempuan itu.
Salah satu dari temannya menjawab. "Ehm, beneran Zef? ini masih utuh loh, Lo beneran nggak mau? belum Kaesang sentuh tadi."
Zefanya Felicia Natalie, atau kerap dipanggil Zefa itu segera menatap tajam kearah temannya, Lina.
"Udah Lo nggak usah banyak ngomong. Tinggal terima apa susahnya sih?! gue mau ke kantin, kalian nggak usah ikut gue, gue mau sendiri." Dengan tanpa balasan dari kedua temannya, Zefa bergegas pergi dari sana, menuju ke kantin.
Kedua teman Zefa, Lina dan Zelyn segera pergi ke kelasnya yakni kelas yang sama dengan kelas Kaesang berada. Setelah keduanya masuk, mereka melihat Kaesang sedang duduk di bangkunya dan membaca buku.
Mereka tidak memperdulikan Kaesang, mereka segera duduk di bangku mereka. Beberapa saat kemudian Zefa masuk kedalam kelas, dia ingin kembali menggoda Kaesang seperti sebelumnya, tapi sesaat dia akan berjalan kearah meja Kaesang, tiba-tiba, seorang Guru masuk.
Guru muda, cantik dan manis itu menatap kearah semua muridnya sembari tersenyum. Senyum yang sangat manis.
"Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya adalah Zarina Tyas Ayushita, saya adalah Guru baru di Genius high school dan mengajar dalam bidang bahasa Inggris. Kalian bisa memanggil saya Bu Tyas, atau Miss Tyas," ucap guru itu memperkenalkan diri.
Salah satu dari murid di kelas itu mengangkat tangannya. "Iya?" sahut Tyas.
"Kalau saya manggil ibu Bu cantik bisa nggak Bu?" tanya murid itu.
Tyas mengerutkan keningnya. "Kenapa begitu?" tanya Tyas tak mengerti. Bingung juga kenapa muridnya akan memanggilnya seperti itu.
Murid yang tadi bertanya segera membalas sembari tersenyum dan menoleh kearah temannya. "Karena ibu itu cantik banget. Masih muda lagi, jadi bisa kan saya panggil ibu guru itu Bu cantik?" goda murid itu.
Dengan senyum malu-malu, Tyas sedikit menggelengkan kepalanya. "Bisa aja kamu. Yaudah kamu boleh panggil saya itu. Kalian bisa panggil saya apapun, saya tidak melarang. Ehm, ada pertanyaan lain?"
Tyas memalingkan wajahnya ke arah seluruh muridnya. Tak seorang pun dari mereka yang bersuara atau bertanya lagi. Suasana menjadi hening, dengan semua mata tertuju pada Tyas.
"Baiklah kalau tidak ada bisa kita mulai ya pelajarannya," kata Tyas.
Pelajaran pun dimulai. Tyas menjelaskan setiap materi yang akan dipelajari hari itu, memberikan contoh yang jelas, dan merangkumnya dengan ringkas agar mudah dipahami oleh seluruh muridnya.
Setelah pemaparan materi selesai, Tyas memberikan tugas-tugas yang menantang kepada setiap muridnya. Ia memberikan arahan yang detail dan memberikan kesempatan bagi murid-muridnya untuk bertanya jika ada yang kurang jelas.
Setelah tugas-tugas diserahkan, Tyas duduk di mejanya sambil memberikan waktu bagi muridnya untuk mengerjakan tugasnya.
Tidak berselang lama, Kaesang bangkit dari duduknya, berjalan ke depan sambil membawa bukunya. Setibanya di depan dia memberikan buku itu kepada Tyas.
"Saya sudah selesai," ujar Kaesang dengan sikap cool dan cuek, hampir tanpa ekspresi yang terlihat di wajahnya.
Tyas tersenyum dan menerima buku Kaesang. "Wah kamu cepat sekali. Hebat," puji Tyas.
Kaesang tak menghiraukan sama sekali. Dengan tenang, ia berbalik dan kembali ke kursinya untuk duduk.
Semua murid disana saling berbisik-bisik setelah melihat Kaesang menyelesaikan tugasnya dengan mudah dan cepat. Semua dari mereka tahu jika Kaesang adalah murid paling pintar di sekolah, tak heran jika Kaesang dapat menyelesaikan tugas itu dengan cepat.
Dulu saja dia pernah mengikuti sebuah olimpiade besar di Eropa dan mendapatkan juara satu. Sungguh prestasi yang mengagumkan, anak yang jenius, tapi kurang dalam hal cinta.
Sejak lahir hingga sekarang Kaesang tidak pernah memiliki satupun pacar, meskipun banyak sudah perempuan yang menyatakan cinta padanya. Bahkan mengemis-ngemis layaknya orang gil4.
Beberapa jam kemudian jam istirahat pun berbunyi, Kaesang keluar dari kelas, menuju ke perpustakaan. Seperti biasa, di sepanjang lorong ke perpustakaan banyak perempuan yang mengerumuninya, mereka tidak lelah mengejar Kaesang, bahkan setelah Kaesang memasuki perpustakaan pun tetap saja ada yang mengikutinya.
"Gue artis apa ya disini kok banyak banget yang ngerumunin gue, heran." batin Kaesang ketika menyadari banyak siswi mengikutinya masuk kedalam perpustakaan, tapi begitu tiba di area perbukuan sebagian dari mereka keluar, pergi dari perpustakaan.
Kaesang mengambil sebuah buku dan duduk di pojok perpustakaan yang berdekatan dengan jendela. Tak lama setelah itu seorang Guru datang. Tyas, dia pergi mengambil buku dan duduk tak jauh dari kursi tempat Kaesang duduk.
Keduanya saling cuek dan fokus pada buku masing-masing. Hingga tiba-tiba pulpen yang ada di tangan Tyas terjatuh dan menggelinding kearah Kaesang. Kaesang yang melihat pulpen itu segera mengambilnya dan memberikannya kepada Tyas.
"Pulpen ibu jatuh," celetuk Kaesang sambil mengulurkan pulpen milik Tyas ke arahnya.
Tyas menoleh dan menerima pulpen itu. "Ah, makasih ya." jawab Tyas sembari menyunggingkan senyumnya, lalu memasukkan pulpen miliknya kedalam saku seragam gurunya.
Kaesang mengangguk dan kembali kepada buku bacaannya.
Setelah lama menghabiskan waktu di perpustakaan, jam masuk pun berbunyi. Kaesang berdiri dari duduknya, mengembalikan buku yang di pegangnya ke tempatnya lalu pergi ke kelasnya.
Di kelas, Kaesang duduk di bangkunya dan mulai memperhatikan pelajaran yang diajarkan oleh Bu Siska, Guru matematika. Hari itu adalah jamnya matematika, pelajaran yang dibenci oleh kebanyakan siswa, tapi tidak dengan Kaesang. Dia pandai dalam pelajaran itu.
Mungkin tingkat kepandaiannya hampir setara dengan Jerome Polin. Atau mungkin melebihinya. Entahlah. Dia sangat pandai.
Setelah beberapa jam yang membosankan dengan menghitung puluhan rumus matematika, pelajaran pun berakhir, Kaesang segera meninggalkan kelas dan pergi ke lapangan basket.
Dia suka bermain basket untuk melepaskan stres dan melupakan semua drama di sekolah. Namun, kali ini dia tidak sendirian. Zefa, Lina, dan Zelyn mengikuti Kaesang ke lapangan basket dan mencoba mendekatinya.
"Maaf ya, Kae. Tadi pagi aku udah bikin kamu marah. Aku cuma pengen ngasih kamu hadiah aja," ucap Zefa dengan suara lembut.
Kaesang menatap Zefa dengan tatapan dingin. "Gue nggak butuh hadiah dari Lo!" jawab Kaesang tanpa ekspresi.
Zefa merasa sedih dan kecewa. Dia tidak mengerti mengapa Kaesang begitu dingin padanya. Dia mencoba untuk mendekati Kaesang, tapi Kaesang terus menjaga jarak dan tidak memberikan kesempatan padanya.
Sementara itu, Lina dan Zelyn mencoba untuk mengalihkan perhatian Kaesang dari Zefa. Mereka yang notabenenya adalah anak basket dan jago bermain basket mencoba untuk mengajak Kaesang bermain basket bersama, tapi Kaesang menolak dengan sopan.
"Sorry, gue pengen bermain sendiri. Mending Lo berdua bawa temen Lo itu pergi dari sini!" ucap Kaesang sambil meninggalkan lapangan basket.
Zefa, Lina, dan Zelyn merasa frustasi dan lelah. Mereka tidak tahu bagaimana cara mendekatkan Kaesang dengan Zefa tanpa membuat Kaesang marah. Mereka, terutama Zefa merasa tertekan dengan sikap dingin Kaesang dan tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
"Si4lan!!!" gerutu Zefa dengan ekspresi kesal. Tanpa banyak bicara, merekapun meninggalkan tempat tersebut dan melangkah menuju parkiran untuk pulang. Waktu pulang sudah tiba, dan mereka pun bersiap-siap untuk kembali ke rumah.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments