“Namamu ada di daftar eksekusi,” suara berat Carter menggema di saluran komunikasi.
Aiden membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto dirinya dengan tulisan besar: TARGET: TERMINATE.
“Ini lelucon, kan?” Aiden berbisik, tapi tangannya sudah menggenggam pistol di pinggangnya.
“Bukan, Aiden. Mereka tahu segalanya. Operasi ini… ini dirancang untuk menghabisimu.”
“Siapa dalangnya?” Aiden bertanya, napasnya berat.
Carter terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Seseorang yang kau percaya. Lebih baik kau lari sekarang.”
Aiden mendengar suara langkah mendekat dari lorong. Ia segera mematikan komunikasi, melangkah mundur ke bayangan, dan mengarahkan pistolnya ke pintu.
Siapa pengkhianat itu, dan apa yang akan Aiden lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Mulai Mencari
“Kau yakin sudah aman?” tanya Tasya, menatap Aksara dengan sorot waspada.
Aksara mengangguk pelan, tangannya memegang detektor kecil yang baru saja ia gunakan. “Ya, tubuhmu bersih. Tidak ada chip atau alat pelacak apa pun.”
Tasya menghela napas lega. “Aku sempat khawatir. Kalau sampai mereka menanamkan chip itu tanpa sepengetahuanku…”
“Mereka hanya menanam chip pada agen khusus seperti aku,” potong Aksara. “Dan chip itu tidak hanya untuk melacak, tapi juga menghancurkan. Jika agen seperti aku dianggap membelot, mereka bisa memicu ledakan kapan saja.”
Wajah Tasya menegang. “Kau serius?”
“Lihat ini.” Aksara membuka laptopnya dan menunjukkan sebuah rekaman hasil retasan. Di layar terlihat laporan tentang jasad seorang agen yang ditemukan hancur akibat ledakan internal. Chip yang pernah tertanam di tubuh Aksara sebelumnya kini telah dipindahkan ke korban kebakaran seperti yang ia rencanakan. Dan benar saja, chip itu sudah meledak, mengonfirmasi bahwa organisasinya menganggap Aiden telah dimusnahkan.
“Mereka benar-benar tidak ingin ada yang keluar hidup-hidup, ya?” gumam Tasya, masih belum bisa menyembunyikan keterkejutannya.
“Itulah sebabnya aku harus mencari tahu apa sebenarnya tujuan mereka selama ini,” ujar Aksara tegas. “Mereka tidak hanya sekadar organisasi intelijen. Ada sesuatu yang lebih besar dari ini semua.”
Tasya mengangguk pelan, pikirannya kembali pada percakapan lama yang pernah ia dengar saat masih aktif di lapangan. “Aku pernah mendengar bisik-bisik dari beberapa agen senior. Mereka bilang ada proyek rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang di puncak organisasi. Tapi aku tidak tahu apa detailnya.”
Aksara menatapnya dengan tajam. “Proyek rahasia? Kau yakin?”
“Ya. Mereka menyebutnya ‘Project Origin’ kalau tidak salah.”
Nama itu membuat Aksara terdiam sejenak, pikirannya berputar cepat. Ia pernah mendengar nama itu sekali, lama sebelum ia dicurigai sebagai pengkhianat. Namun, saat itu, ia tidak diberi akses lebih jauh untuk mengetahui apa pun tentang proyek tersebut.
“Aku harus masuk lebih dalam,” kata Aksara akhirnya. “Jika ada proyek sebesar itu, pasti ada tujuan besar di balik semua ini. Dan aku yakin, ini lebih dari sekadar menjalankan misi biasa.”
***
Malam semakin larut ketika Aksara dan Tasya terus bekerja tanpa henti. Di layar laptopnya, deretan kode-kode dan data-data rahasia muncul satu per satu. Aksara dengan lihai menelusuri setiap celah keamanan sistem organisasi yang pernah menjadi tempatnya bernaung.
“Ini aneh,” gumam Aksara tiba-tiba, membuat Tasya menoleh.
“Ada apa?”
“Ada file yang terkunci dengan protokol tertinggi. Bahkan aku tidak pernah melihat protokol seperti ini sebelumnya.”
“Bisa dibuka?”
Aksara tersenyum tipis. “Tentu saja. Butuh waktu, tapi aku pasti bisa membukanya.”
Tasya menghela napas, menyesap kopi dinginnya yang hampir habis. “Kita sudah sejauh ini, Aksara. Kau yakin ingin melanjutkan? Ini bukan hanya soal membongkar pengkhianat lagi. Kita mungkin akan menghadapi sesuatu yang jauh lebih berbahaya.”
Aksara menatap layar laptopnya dengan penuh tekad. “Aku sudah tidak punya apa-apa lagi, Tasya. Jika aku tidak melanjutkan ini, hidupku akan terus diburu bayang-bayang masa lalu. Aku ingin tahu siapa sebenarnya mereka, dan apa yang mereka sembunyikan dariku selama ini.”
Tasya tidak menjawab, hanya menatap temannya itu dengan rasa hormat yang semakin dalam. Di balik wajah barunya, Aksara tetaplah Aiden yang ia kenal: seorang pejuang yang tidak pernah mundur menghadapi bahaya.
Namun sebelum percakapan mereka berlanjut, tiba-tiba layar laptop Aksara menampilkan pesan peringatan.
“Peringatan intrusi sistem. Seseorang mencoba melacak kita,” ujar Aksara cepat, jemarinya segera bergerak mengatasi peringatan itu.
“Bagaimana mereka bisa tahu kita ada di sini?” bisik Tasya panik.
“Entahlah. Tapi yang jelas, kita harus segera pergi dari sini,” jawab Aksara tegas. “Tempat ini sudah tidak aman lagi.”
Aksara segera mengetik cepat di atas keyboardnya, menelusuri sumber peringatan yang muncul di layar monitor. "Tenang, ini bukan serangan langsung," ujarnya tenang.
Tasya yang sudah bersiap mengambil tas hanya bisa menatap bingung. "Apa maksudmu?"
“Ini kode keamanan lama yang dibuat oleh tim internal. Sepertinya ada sistem otomatis yang aktif saat aku mencoba membuka file dengan protokol tinggi tadi,” jelas Aksara sambil terus bekerja di laptopnya. “Aku bisa melewatinya. Tidak ada yang melacak kita.”
Tasya menghela napas lega. “Kukira kita harus kabur lagi.”
“Belum, setidaknya untuk sekarang,” jawab Aksara dengan senyum tipis. Ia mematikan Alarm di sistem dan berhasil menonaktifkan protokol pelacak. Setelah beberapa menit bekerja dalam diam, akhirnya layar menampilkan data yang selama ini ia cari.
Namun, tatapan Aksara tiba-tiba berubah ketika sebuah nama muncul di layar. Ia membeku sejenak, matanya menatap tajam huruf-huruf yang tertera di sana.
“Miska…” bisiknya pelan, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.
Tasya menoleh, mendengar nama itu membuatnya ikut terkejut. “Miska? Maksudmu Miska, mantan agen senior itu? Bukankah dia sudah menghilang bertahun-tahun lalu?”
Aksara mengangguk pelan, pikirannya berputar cepat mengingat kembali sosok Miska. Dulu, Miska adalah salah satu agen terbaik di organisasi. Dia menghilang secara misterius setelah terlibat dalam sebuah misi rahasia yang bahkan Aksara tidak tahu detailnya.
“Kenapa namanya ada di sini?” tanya Tasya penasaran.
“Entahlah. Tapi ini mencurigakan. Jika dia masih hidup dan terlibat dengan proyek ini, maka ada sesuatu yang jauh lebih besar dari yang kita duga,” jawab Aksara dengan nada serius.
Tasya menyadari bahwa momen ini adalah titik balik dari pencarian mereka. Nama Miska bukanlah sekadar nama biasa. Jika dia benar-benar terlibat, maka perjalanan mereka akan menjadi jauh lebih berbahaya.
“Apa rencanamu selanjutnya?” tanya Tasya, mencoba tetap tenang meskipun rasa cemas mulai menjalar di benaknya.
“Kita harus mencari tahu keberadaan Miska,” jawab Aksara tegas. “Jika ada seseorang yang tahu rahasia organisasi dan proyek ini, maka dia adalah kunci utama.”
***
Malam semakin larut ketika Aksara dan Tasya menyusun rencana mereka. Di tengah suasana sunyi, hanya suara ketikan keyboard dan derit kursi yang menemani mereka. Namun, meski di permukaan terlihat tenang, di dalam hati mereka masing-masing tahu bahwa ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan yang jauh lebih berbahaya.
"Siapkah kau, Tasya?" tanya Aksara akhirnya, menatap sahabatnya yang kini ikut terlibat dalam misi penuh risiko ini.
Tasya tersenyum tipis, meskipun ada bayangan ketakutan di matanya. "Aku siap, Aksara. Lagi pula, kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang."
Dengan tekad yang semakin menguat, mereka tahu bahwa langkah berikutnya adalah menemukan Miska—dan menguak kebenaran yang selama ini terkubur dalam gelapnya organisasi. Sebuah misi baru telah dimulai, membawa mereka semakin dekat pada jawaban yang mungkin akan mengubah segalanya.
Bersambung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hi semuanya jangan lupa like dan komentarnya.
Terima kasih.