Follow ig mommy : @Mommy_Ar29
“Kamu lihat penampilan kamu? Astaga, kenapa belum juga berubah sih Kia. Kamu itu cewek loh, perempuan. Kamu lihat Zaskia, dia sekarang menjadi semakin cantik, anggun juga menawan. Ahhh aku semakin jatuh cinta padanya."
Bagai tersambar petir di tengah rintik hujan, saat Kiara mendengar penuturan dari sahabat nya. Yah, William sahabat nya sejak kecil, laki-laki yang ia cintai ternyata memendam perasaan kepada kakak nya, hanya karena kakak nya lebih cantik darinya.
Menjadi seorang gadis yang sejak kecil tidak pernah merasakan masih sayang dari orang tua, membuat Kiara menjadi gadis tomboi dan tak tersentuh.
Sahabat nya yang menjadi cinta pertama nya pun juga akhirnya lebih memilih kakak nya daripada dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari angin
Sudah hampir tiga jam, Liam pergi mengantarkan Zaskia untuk pulang. Janji yang ia katakan akan segera kembali, nyatanya hanya ada di mulut saja. Hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa laki - laki itu akan datang, sementara Kiara, kini sedang berusaha menahan rasa ingin buang air kecil.
Ia melihat ke arah jam yang ada di dinding, hampir tengah malam, karena tak ingin merepotkan suster, ia pun bertekad untuk pergi sendiri.
'Kamu banyak berubah Liam,' gumam Kiara dalam hati sambil terus berusaha berjalan dengan satu kakinya menuju toilet.
Setelah dari toilet, ia pun memutuskan untuk pergi keluar guna mencari udara segar. Meskipun sudah sangat larut, namun Kiara masih belum bisa memejamkan matanya.
"Astaga Kia, ngapain disini?" tanya Bastian saat bertemu di ujung lorong.
"Lah, kok disini? katanya mau balik tadi?" ucap Kiara malah balik bertanya.
"Tadinya emang mau balik, tapi gak jadi. Kakak gue sibuk, gak bisa gantian jaga Mama." ujar Bastian, memang saat ini Mama nya tengah di rawat sudah dua hari ini.
"Tapi kan lo udah kerja dari pagi?"
"Yaelah, kakak gue juga kerja. Malah kerja nya lebih berat dari gue," kata Bastian menghela nafas nya berat, "Mau kemana sih lo? ayo gue bantu."
"Hehehe, dari tadi kek, capek tahu jalan loncat udah kaya pocong!"
"Lagian. jadi pasien bar bar banget sumpah! di suruh anteng istirahat aja kagak bisa, hadeuhh!"
"Udah deh, jangan ngomel lagi. Lagi sedih nih gue, temenin ngadem yok di luar."
Bastian hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap teman nya yang begitu bar bar dan ngeyel. Bastian adalah teman Kiara saat di kampus, dan kini ia sedang menjalani Koas di rumah sakit milik keluarga nya. Yakni, rumah sakit dimana Kiara di rawat. Yah, selama Liam tidak ada, Bastian lah yang selalu menemani Kiara. Walau tidak sedekat dengan Liam, namun Bastian juga memiliki sikap yang setia terhadap teman nya.
"Oh iya, Liam udah balik kan? tadi gue sempet ngobrol sedikit sama dia." ucap Bastian memulai obrolan, saat ini keduanya sudah duduk di sebuah bangku taman.
"Hem, dia udah balik," jawab Kiara dengan lirih.
"Perasaan lo—"
"Bisa gak, kalau gak bahas itu." potong Kiara dengan cepat dan menatap wajah Bastian.
"Haisss, ya sudahlah. Ah iya, gimana kerjaan lo?" tanya Bastian mengubah topik.
"Melelahkan," keluh Kiara menghela nafas berat.
"Semua pekerjaan begitu Ra."
"Gak lah, buktinya elo enak bisa langsung disini. Ah, mana ini punya keluarga lo sendiri kan,"
"Iya tapi gak semudah yang lo bayangin!" ucap Bastian mengacak rambut Kiara.
"Bastian!" seru Kiara dengan begitu kesal, namun malah membuat Bastian tergelak.
Drrt.. Drrtt... Drrt..
Saat keduanya tengah bercanda berdua, tiba - tiba suara getaran Hp dari saku jas dokter yang di kenakan Bastian mengalihkan candaan mereka.
"Hallo," jawab Bastian memberikan kode untuk Kiara agar diam.
" .... "
"Lah, katanya gak bisa."
" .... "
"Aku di taman, mama sendirian. Tadi sih lagi tidur."
" .... "
"Yaelah, bentaran doang. Lagian juga ada pengawal yang jaga."
"Iya iya iya, aku ke sana sekarang! Abang buruan kesini!" kata Bastian sebelum akhirnya memutuskan sambungan telfon.
"Siapa?" tanya Kiara penasaran.
"Abang ku, ah iya Ra, kayaknya aku harus pergi dulu deh. Ada hal mendesak," ujar Bastian.
"Oke, hati - hati." Bastian menganggukkan kepalanya, lalu ia segera pamit dan pergi meninggalkan rumah sakit.
buat author semangat nulis nya