Bayangan gelap menyelimuti dirinya, mengalir tanpa batas, mengisi setiap sudut jiwa dengan amarah yang membara. Rasa kehilangan yang mendalam berubah menjadi tekad yang tak tergoyahkan. Dendam yang mencekam memaksanya untuk mencari keadilan, untuk membayar setiap tetes darah yang telah tumpah. Darah dibayar dengan darah, nyawa dibayar dengan nyawa. Namun, dalam perjalanan itu, ia mulai bertanya-tanya: Apakah balas dendam benar-benar bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan? Ataukah justru akan menghancurkannya lebih dalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.Yusuf.A.M.A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benturan Bayangan
Setelah mendapat peringatan dari pria berjubah hitam tentang kebangkitan Dark Dominator baru, Ryan mulai mempersiapkan dirinya. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa mengabaikan ancaman Hery. Malam-malamnya kini diisi dengan latihan keras di taman dekat rumahnya, meskipun setiap latihan membuatnya semakin sadar bahwa kegelapan dalam dirinya terus tumbuh.
Namun, latihan ini bukan tanpa masalah. Setiap kali Ryan mencoba mendorong batas kekuatannya, bisikan dalam pikirannya semakin keras. Suara itu terus menggoda, menyuruhnya untuk menyerah pada kegelapan sepenuhnya. Ryan berjuang melawan godaan itu, tetapi ia tahu bahwa ia semakin kehilangan kendali.
Di sisi lain, Hery mempercepat rencananya. Bersama ayahnya dan Grath, ia menyusun strategi untuk menyerang Ryan di waktu yang tepat. Grath, yang lebih berhati-hati, menekankan pentingnya persiapan matang sebelum menyerang. “Ryan memang belum sepenuhnya menguasai kekuatannya, tetapi kecerobohan hanya akan membahayakan rencana kita,” katanya.
Namun, Hery mulai kehilangan kesabaran. Ambisi dan dorongan kekuatan Dark Dominator dalam dirinya membuatnya semakin haus akan kemenangan. “Aku tidak akan menunggu lebih lama lagi,” ujarnya tajam. “Ryan harus dihancurkan sebelum dia bisa menjadi ancaman yang nyata.”
Untuk memuluskan rencananya, Hery mulai mengirimkan bayangan pengintai ke taman tempat Ryan berlatih. Bayangan ini tidak hanya mengawasi, tetapi juga memprovokasi Ryan. Mereka muncul tanpa peringatan, menyerang dengan gerakan cepat dan memaksa Ryan untuk menggunakan kekuatannya. Setiap kali Ryan melawan, ia merasa energinya terkuras lebih cepat dari biasanya. Bayangan itu seperti menghisap kekuatannya, membuatnya lelah secara fisik dan mental.
Sementara itu, Elma mulai merasakan sesuatu yang aneh. Cahaya dalam dirinya memberikan peringatan samar bahwa bahaya sedang mendekati Ryan. Namun, wanita berjubah putih memperingatkannya untuk tidak bertindak gegabah. “Kau belum siap untuk melawan kegelapan seperti ini. Fokuslah pada penguasaan cahayamu terlebih dahulu,” katanya tegas.
Elma, yang merasa terjebak antara keinginannya untuk membantu Ryan dan keterbatasannya sendiri, memutuskan untuk tetap diam tetapi terus memantau keadaan dari kejauhan. Setiap malam, ia berdiri di jendela kamarnya, mencoba merasakan apakah Ryan baik-baik saja. “Aku harap kau kuat, Ryan,” bisiknya pelan.
Pagi itu, Ryan berjalan menyusuri jalan setapak menuju taman seperti biasa. Udara masih dingin, dan embun pagi menghiasi dedaunan. Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda. Langkahnya melambat ketika perasaan tidak nyaman mulai menyelimuti pikirannya. Seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi, mengintainya dari bayangan.
Ketika ia sampai di taman, bayangan di sekitar pohon-pohon tampak lebih gelap dari biasanya. Ryan berhenti, matanya menyapu sekeliling. “Siapa di sana?” tanyanya, suaranya tegas tetapi mengandung ketegangan.
Sebuah tawa kecil terdengar dari kejauhan. Dari balik pohon besar, Hery muncul dengan senyum dingin di wajahnya. Mata Hery memancarkan cahaya gelap, dan pola bayangan yang berdenyut di kulitnya membuatnya tampak seperti makhluk dari dunia lain.
“Ryan,” kata Hery dengan nada mengejek. “Aku sudah menunggumu. Hari ini, semaanya akan berakhir.”
Ryan mengepalkan tangannya, merasa jantungnya berdetak lebih cepat. “Apa yang kau inginkan, Hery? Mengapa kau terus mengejarku?”
Hery mendekat, aura gelap yang mengelilinginya semakin pekat. “Karena kau adalah ancaman bagi kekuatanku. Dark Dominator tidak membutuhkan pesaing. Dan aku akan memastikan kau tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk mengalahkanku.”
Tanpa peringatan, Hery meluncurkan serangan pertama. Bayangan hitam menyeruak dari tanah, membentuk tentakel yang melesat ke arah Ryan. Ryan melompat mundur, menghindari serangan itu dengan susah payah. Namun, tentakel bayangan itu terus mengejarnya, menyerang dari segala arah.
Ryan mengangkat tangannya, memanggil kekuatan gelap dalam dirinya. Ledakan energi keluar, menghancurkan beberapa tentakel, tetapi serangan itu melemahkan tubuhnya. Setiap kali ia menggunakan kekuatannya, kegelapan dalam dirinya terasa semakin mencengkeram. Bisikan dari dalam pikirannya semakin keras. "Kau tidak bisa menang tanpa aku... Biarkan aku mengambil alih..."
Hery tertawa sinis. “Apa yang terjadi, Ryan? Kau tampak kewalahan. Mungkin kau harus menyerah saja.”
Ryan membalas dengan serangan balik, mengarahkan gelombang energi ke arah Hery. Tetapi Hery dengan mudah menepisnya, memanipulasi bayangan untuk membentuk zirah. Serangan Ryan tampak tidak berarti di hadapan kekuatan Dark Dominator.
“Kau lemah, Ryan,” ejek Hery. “Kegelapan dalam dirimu tidak cukup kuat. Aku, di sisi lain, adalah perwujudan sejati dari kekuatan ini.”
Pertarungan semakin sengit. Hery terus menyerang tanpa henti, sementara Ryan hanya bisa bertahan. Aura Dark Dominator yang mengelilingi Hery begitu kuat sehingga menekan tubuh dan pikiran Ryan. Setiap gerakan terasa semakin berat, seolah-olah bayangan itu berusaha menenggelamkannya dalam kegelapan.
Ryan jatuh berlutut, napasnya tersengal. Mata Hery bersinar dengan kemenangan. “Lihat dirimu, Ryan. Kau tidak bisa melawan. Tunduklah pada kegelapan, dan aku mungkin akan mengampunimu.”
Ryan memejamkan matanya, mencoba melawan bisikan di dalam dirinya. Namun, tekanan itu semakin kuat. Bayangan Hery semakin mendekat, melingkupinya seperti kurungan.
Tiba-tiba, sebuah ledakan energi menggetarkan tanah. Grath muncul dari bayangan, tongkat hitamnya memancarkan aura gelap yang mengintimidasi. “Cukup, Hery!” serunya. “Kau sudah melampaui batas.”
Hery menoleh dengan wajah marah. “Kenapa kau menghentikanku, Grath? Aku hampir mengalahkannya.”
Grath mendekat, matanya tajam. “Jika kau terus menggunakan kekuatan Dark Dominator seperti ini, kau akan kehilangan kendali sepenuhnya. Kau masih belum siap untuk sepenuhnya menguasai kekuatan ini.”
Di sisi lain, pria berjubah hitam muncul di samping Ryan, menariknya keluar dari bayangan yang melingkupinya. “Kau baik-baik saja?” tanya pria itu dengan nada mendesak.
Ryan mengangguk lemah, meskipun tubuhnya terasa berat. “Aku bisa melawan... Aku tidak akan kalah...”
Pria itu menatap Ryan dengan serius. “Kau belum siap untuk melawan Hery. Jika kau memaksakan diri, kau hanya akan hancur. Kau perlu waktu lebih banyak untuk menguasai kekuatanmu.”
Hery, yang masih marah pada Grath, melayangkan pandangannya ke arah Ryan dan pria berjubah hitam. “Jangan berpikir ini sudah selesai, Ryan. Pertempuran kita baru saja dimulai.”
Pria berjubah hitam membawa Ryan mundur, menjauh dari tempat itu. Grath menahan Hery, memaksanya untuk kembali ke ruang bawah tanah untuk menenangkan dirinya. Saat malam semakin larut, Ryan menyadari bahwa ia membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan untuk menghadapi Hery ia membutuhkan kendali penuh atas dirinya sendiri.
Hariitu berakhir dengan ketegangan yang belum terselesaikan, tetapi dalam hati Ryan, sebuah tekad baru mulai tumbuh. Ia tahu bahwa waktu untuk bersiap semakin menipis, dan pertempuran berikutnya tidak akan memberikan kesempatan kedua.