NovelToon NovelToon
Wanita Pilihan CEO Tua

Wanita Pilihan CEO Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rahayu Dewi Astuti

Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam yang Hangat

Melihat William begitu semangat mengendarai mobilnya menuju pantai membuat Luci merasa tak enak sekaligus bahagia. ia takut jika saja William akan kelelahan menyetir mobil salama empat jam lamanya jika saja tadi pagi ia tak bilang jika tidak nyaman ada supir mungkin sekarang William tidak akan kelelahan.

Luci belum pernah memiliki hubungan asmara dengan siapapun, tapi entah mengapa rasa dispesialkan oleh seseorang justru Luci terima dari pria yang usianya lebih tua 25 tahun dari dirinya, bukan hanya seperti seorang ayah yang berusaha mewujudkan segala keinginan anak perempuannya tapi Luci merasa lebih dari itu.

Selama perjalanan Luci melihat begitu banyak pemandangan indah yang belum pernah ia lihat sebelumnya, kemana saja dirinya selama ini, tentu saja masa-masa dewasa Luci habis dipakai untuk mencari uang dan bekerja.

"Daddy, apa kau kelelahan?" Luci bertanya dengan lembut sembari ia mengelus pundak William.

William menolehkan wajahnya ke arah Luci, "Sedikit, tapi sepertinya sebentar lagi rasa lelahku akan terbayar dengan melihat birunya lautan."

"Aku akan memijat pundakmu sebagai upah karena kau telah mengajakku kepantai hari ini."

"Wahh jika upah itu yang akan aku dapat, rasanya rela jika harus berkendara sendiri hingga keujung duniapun." William menggoda Luci yang sedang tersenyum memandang jalanan lurus yang sepi.

"Mari kita berkeliling dunia bersama, Daddy."

"Iya, aku akan mengantar kemanapun tempat yang ingin kau kunjungi."

Hati Luci begitu mengembang besar berisi kebahagiaan, meskipun ucapan William belum tentu terwujud tetapi dengan ucapan seperti itu saja bisa membuat Luci sangat bahagia.

Selama perjalanan, beberapa kali mereka berhenti untuk beristirahat. Mereka juga hendak pergi ke mini market membeli beberapa kaleng minuman dan cemilan, tak lupa buah potong pesanan William.

Rupanya kini mereka telah sampai, perjalanan yang cukup panjang terasa cepat karena mereka berdua berbahagia, dari jauh Luci bisa melihat gulungan ombak dan pasir putih yang halus.

Namun dewi fortuna belum bepihak pada Luci kali ini, baru saja sampai dan memarkirkan mobil ditepi pantai hujan lebat turun begitu saja, langit biru nampak menjadi kelabu, matahari bahkan memilih untuk bersembunyi. padahal Luci sangat berharap melihat jingganya langit saat matahari terbenam.

"Sepertinya tidak memungkinkan kita untuk keluar dari mobil, hujan cukup deras kamu bisa sakit."

Luci mengangguk, "Ini sudah jauh lebih cukup bagiku, ahh kenapa air mataku juga ikut turun." Luci menundukan kepalanya sembari menyeka air mata berkali-kali.

William memeluk gadis itu, mengelus kepala hingga kepunggungnya. William tak banyak bicara, ia hanya memberi waktu pada Luci untuk mencurahkan isi hatinya.

"Aku tidak pernah menyangka akan bertemu denganmu, entah ucapan terima kasih seperti apa yang harus aku katakan dan entah bagaimana aku bisa membalas semua kebaikanmu Daddy." Luci berusaha berbicara meskipun berat, ia merasa sangat bahagia sampai tak kuasa menahan tangisnya.

"Aku tak butuh itu semua, aku hanya perlu kau berjanji tidak akan pernah pergi dari diriku. apapun yang terjadi."

setelah puas menangis, kini mereka hanya duduk bersampingan sambil bergandengan tangan, tak tertinggal lantunan musik kesukaan William yang ternyata Luci juga menyukainya.

"Apa kau memiliki kekasih?" tanya Luci pada William.

"Pernah, tapi kini tidak lagi." jawabnya singkat.

"Kenapa kau putus dengannya?" Luci kembali bertanya.

"Tentu saja dia tak mencintaiku, 26 tahun lalu dia lebih memilih lelaki lain yang sudah mapan dibandingkan aku."

"Apa kau membenci mantan pacarmu?"

"Awalnya iya, namun setelah aku melihat ia hidup bahagia denga suami dan anaknya, rasa benci itu menjadi hilang. Aku juga mulai bisa melanjutkan hidup dan mulai mengencani beberapa wanita muda, namun semua belum ada yang bisa bertahan denganku dalam waktu yang lama."

Pantas saja William pernah berkata pada Luci, jika saja dulu ia menikah kini ia telah memiliki anak yang usianya sama dengan Luci. Luci hanya duduk menyimak karena ia bisa merasakan betapa besar rasa sayang Luci pada wanita itu dulu.

Hari semakin gelap, hujan pun tak kunjung reda. William dan Luci hendak kembali kekota tetapi rasanya lelah sekali, Jika William memanggil supirnya dari kota maka akan memakan waktu yang lama.

"Bagaimana jika kita mencari penginapan didekat sini, jangan memaksakan untuk kembali kekota, Daddy pasti lelah." Luci berinisiatif mengajak William untuk menginap.

"Ide bagus, mungkin karena aku sudah tua sehingga mudah lelah."

Akhirnya mereka mulai berkeliling mencari penginapan yang terlihat layak, hal itu karena William tak biasa tidur ditempat yang terlalu sederhana apa lagi jika tempat itu tidak bersih.

Sekitar lima menit mengemudi, akhirnya mereka menemukan satu hotel yang cukup besar dan mewah untuk area desa. William segera memarkirkan mobil mereka, dan turun dari mobil sembari berlari dikarenakan tak ada payung didalam mobil mereka.

Sesampainya di lobi hotel, mereka segera menghampiri resepsionis untuk memesan kamar.

"Selamat malam, ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang pria begitu ramah.

"Kami akan memesan kamar terbaik dihotel ini." William tanpa ragu memilih kelas kamar terbaik.

"Untuk kamar terbaik, kami hanya memiliki sisa satu kamar saja Tuan yaitu type president suite."

William menatap Luci yang sudah kedinginan, karena sudah tak tahan ingin mengganti pakaian dan beristirahat akhirnya mereka setuju menggunakan satu kamar yang sama.

"Kami akan mengambilnya." Luci menyetujui hal itu tanpa berpikir lebih lama.

"Baik, kamarnya akan kami siapkan, mohon ditunggu sebentar."

William dan Luci menunggu disebuah ruangan khusus disana mereka diberikan sebuah handuk hangat, serta secangkir teh hangat pula hal itu cukup menghangatkan tubuh mereka berdua.

Setelah 15 menit menunggu kini mereka dipersilahkan untuk masuk ke kamar yang telah mereka pesan. Saat mereka masuk Luci begitu takjub kamarnya sangat luas, terdapat dua set kursi, satu set meja makan, dan satu tempat tidur berukuran king. selain itu ia juga melihat sebuah dinding kaca yang view nya langsung mengarah ke lautan lepas.

"Wah... ini bagus sekali." Lucu nampak kegirangan meskipun tubuhnya masih basah.

"Besok pagi, kau akan melihat pemandangan laut yang indah dari sini." William mendekati Luci yang sedang melihat kearah jendela.

"Aku akan mandi lebih dulu, setelah itu kita harus beristirahat. jangan sampai kau kelelahan." Luci pergi kekamar mandi, ia lagi-lagi takjub melihat kamar mandi yang begitu mewah.

ia ingin sekali menggunakan bathtub, berendam disana tetapi itu akan memakan waktu lama, ia tak ingin William menunggu terlalu lama karena kondisinya William juga kebasahan.

Selama Luci mandi, William nampak gelisah. ia yang awalnya merasa kedinginan tiba-tiba saja menjadi kepanasan. pikirannya membara membayangkan hal yang seharusnya tidak ia bayangkan. ia benar-benar butuh wanita yang bisa membantu mengeluarkan hasrat lelakinya itu.

"Bisakah aku menahan diri, malam ini?" Tanya William pada dirinya sendiri lima detik sebelum Luci keluar dari kamar mandi.

Rambut berbalut handuk dan tubuh yang hanya mengenakan bathrobe membuat Luci nampak lebih menggoda, wajah William memerah semakin panas membayangkan sesuatu didalam bathrobe itu.

"Daddy, cepatlah mandi kau bisa masuk angin jika terlalu lama menggunakam pakaian yang basah." Ujar Luci sembari menuangkan air kedalam gelasnya.

"Ya, aku akan pergi mandi." William nampak terburu-buru pergi kekamar mandi, dan menguncinya dengan cepat.

"Mengapa dia begitu terburu-buru?!" Luci melihat William aneh. karena tubuhnya cukup pegal akhirnya Luci memutuskan untuk membaringkan tubuhnya lebih dulu.

Didalam kamar mandi, William masih tak tenang meski air terus mengalir dari ujung kepala hingga ujung kakinya. ia bahkan memberanikan diri memijat pelan kepemilikannya hingga sebuah cairan kental berwarna putih keluar begitu saja. lega rasanya setelah menahannya cukup lama.

William telah selesai, saat ia keluar dari kamar mandi terlihat jika Luci sudah tertidur, tubuh kecil itu nampak meringkuk dengan handuk yang masih menggulung diatas kepalanya.

William mendekat, dengan perlahan ia mencoba melepaskan handuk itu, tetapi Luci tiba-tiba saja membuka matanya sehingga tak bisa dihindari lagi dua pasangan mata berwana indah itu saling menatap. entah apa yang dipikirkan oleh mereka berdua namun tiba-tiba saja Luci memeluk tubuh William erat.

"Aku kedingan Daddy, tolong peluk aku." Luci membenamkan wajahnya didada bidang milik William

tentu saja tak bisa menolak, kini William merebahkan tubuhnya sembari berhadapan dengan Luci, ia juga memeluk Luci tak kalah erat sembari mengelus punggung Luci berkali-kali.

"Ini sangat hangat, jangan berani-berani melepaskan pelukanmu, Daddy." Luci berbicara sebelum akhirnya ia tertidur dengan lelap.

"Sial, bagiamana ini? tubuhku hampir terbakar dan kepalaku terasa akan meledak jika semalaman seperti ini." gumamnya pelan.

1
Reysha Maharani
ceritanya sangat fresh, dan membuat penasaran bagaimana nantinya hubungan Lucu dengan Mr.William perbedaan umur 20 tahun sangat menarik
Reysha Maharani
puas banget Simon nampar Sabrina /Scream/
Reysha Maharani
seru sekali, aku gak bisa stop baca Thor... jangan stop update yaaa
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
Ita Putri
typo....sabrina thor bukan sandra
Eemlaspanohan Ohan
waw. Simon sama sabrina
Eemlaspanohan Ohan
mampir thor
Abu Yahya Badrusalam
Ceritamu bikin aku susah move on thor, keep writing 👏👏
Withtiwi: terima kasih kak(^v^)bikin aku jadi semangat buat nulis nih
total 1 replies
Jenny Ruiz Pérez
Terima kasih udah bikin cerita keren kaya gini. Jadi pengen jadi penulis juga.💪🏼
nabila Nisa
Wah, seru banget nih ceritanya, author jangan berhenti ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!