Figo derlangga tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, laki laki itu hanya tertarik dengan James, asisten laki laki pribadinya.
Keadaan seketika berubah drastis ketika Figo bertemu dengan maid baru dirumah miliknya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Mangga
"Dokter, silakan masuk," ucap John sambil membukakan pintu kamar untuk Dokter Vaz.
"Aku akan ikut," Valerie melangkah mengikuti, namun John segera menghentikan langkahnya.
"Kau tunggu di luar. Tidak perlu masuk," ujar John dengan tatapan tajam.
"Valerie adalah istri Figo. Dia berhak melihat kondisi suaminya," jawab Mona dengan nada tegas.
"Tapi dokter sedang memeriksa. Tidak ada yang perlu masuk," tegas John, sambil menutup pintu kamar di depan Valerie.
John berjalan mendekat, memperhatikan Dokter Vaz yang tengah memeriksa Figo dengan cermat.
"Siapa Shearen?" tanya Dokter Vaz tiba-tiba, membuat John terkejut.
"Tuan Figo terus menyebut nama itu sejak tadi," tambah dokter sambil menatap John dengan penuh arti.
John menarik napas dalam-dalam, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Dia bukan siapa-siapa, Dok. Hanya pelayan yang sudah pergi dari rumah ini."
Dokter Vaz menatap John dengan tajam sebelum memberikan saran. "Menurut saya, sebaiknya Anda membawa wanita itu untuk menemui Tuan Figo. Sepertinya dia sedang mengalami depresi."
Dokter itu mengeluarkan resep dari tasnya. "Ini obat untuk membantunya beristirahat. Namun, jika memungkinkan, kehadiran wanita itu bisa membantu memperbaiki kondisinya."
John menggelengkan kepala tegas. "Itu tidak mungkin, Dok."
Dokter Vaz hanya mengangguk kecil. "Saya hanya memberikan saran. Selebihnya, terserah Anda."
Setelah selesai memeriksa, Dokter Vaz meninggalkan kamar, meninggalkan John yang masih tampak gelisah, merapikan pikirannya yang kacau.
-
"Shearen, kau makan sendiri atau aku yang akan memaksamu!" ancam Axel, nada kesalnya mulai terdengar.
"Aku sudah kenyang," jawab Shearen singkat, memalingkan wajah.
Axel mendengus. "Kenyang bagaimana? Dari tadi kau hanya memandangi makanan ini tanpa menyentuhnya."
Shearen tidak menjawab, hanya menunduk.
"Apa masih mual?" tanya Axel, nadanya mulai melunak.
Shearen menganggukkan kepala pelan.
Axel tidak menyerah. Ia meraih sepiring makanan di depannya dan menyuapkan sesendok makanan itu ke dalam mulut Shearen.
"Tanganku capek jika kau terus menolak makanan ini" ucap Axel.
Shearen akhirnya membuka mulutnya dan menerima suapan itu.
"Jika masih mual, aku akan membelikanmu obat," ujar Axel.
Shearen mendongak, menatap Axel ragu-ragu. "Aku ingin membeli makanan lain."
"Mau apa? Katakan," tanya Axel sambil menatap Shearen penuh perhatian.
"Mangga muda?" jawab Shearen pelan.
Axel menaikkan alis. "Kenapa tiba-tiba ingin mangga muda?"
"Hari ini aku ingin makan yang asam-asam," jawab Shearen sambil memajukan bibirnya sedikit.
Axel tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan mencarinya."
"Di pinggir jalan banyak yang jual, tidak perlu jauh-jauh ke mal," ucap Shearen.
Axel menggeleng. "Apa kau yakin itu higienis?"
"Aku sering beli, dan aku baik-baik saja," balas Shearen sambil tersenyum kecil.
"Baiklah, tunggu di sini. Aku akan mencarinya," ucap Axel akhirnya.
"Apa aku boleh ikut denganmu? " tanya shearen uang disetujui laki laki itu.
-
Di Mobil
Axel menyetir mobilnya perlahan, matanya mencari-cari pedagang mangga muda di sepanjang jalan.
"Di mana tempatnya biasanya?" tanya Axel.
"Biasanya di sini, tapi kenapa tidak ada?" jawab Shearen dengan nada kecewa.
"Kalau tidak ada, kita pergi ke mal saja. Di sana pasti banyak," ujar Axel mencoba menenangkan.
"Tidak, aku hanya ingin mangga muda dari pedagang ini," ucap Shearen sambil menunjukkan puppy eyes.
Axel menghela napas panjang. "Apa kau tahu di mana rumahnya?"
Shearen menggelengkan kepala.
Axel berhenti di pinggir jalan dan menghampiri seorang penjual kebab. "Permisi, Mbak. Penjual mangga muda yang biasa di sini, di mana ya?"
"Sudah tiga hari nggak jualan, Mas," jawab wanita itu.
"Cari mangga muda, istrinya lagi ngidam ya?" tanya wanita itu dengan senyum ramah.
Axel terkejut. "Saya belum menikah," jawabnya cepat, sedikit salah tingkah.
Wanita itu tersenyum kecil. "Oh, maaf. Saya kira begitu."
Setelah mendapatkan alamat penjual mangga dari wanita itu, Axel kembali ke mobil.
"Gimana?" tanya Shearen penuh harap.
"Penjualnya tidak ada. Tapi kita akan pergi ke rumahnya," jawab Axel sambil menyalakan mesin mobil.
Shearen tersenyum lega. "Terima kasih, Axel."
Axel membalas dengan senyuman tipis. Melihat Shearen mulai ceria kembali membuatnya merasa lebih tenang.