***++ Harus bijak memilih bacaan ya guys...
Malam panas satu malam ku dengan lelaki asing membuatku tidak bisa lepas dari lelaki itu. Belakang aku tahu ia adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Mamaku dan kebetulan lelaki itu adalah Dokter yang merawat mamaku. Ia srorang duda yang haus akan hubungan panas di atas ranjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qolbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 TENTU SAJA BERHUBUNGAN SEKS.
Aku langsung buru-buru pergi begitu saja dari dalam kamar itu seolah aku sudah tidak ingin menempati kamar itu lagi rasa senang beberapa waktu lalu ketika aku menempati ranjang tersebut sirna seketika saat aku baru menyadari ternyata ranjang itu memang bukanlah untukku dan aku tidak berhak untuk menginginkannya.
aku pergi begitu saja bahkan aku tidak memberitahu bibi asisten rumah tangga dokter Rafandra.
aku langsung menyetop taksi begitu saja dan aku memilih untuk menuju Rumah sakit terlebih dahulu untuk melihat keadaan mamaku di sana sebelum aku berangkat kuliah.
sesampainya di rumah sakit Aku melihat mamaku yang saat itu Tengah tidur dan sudah baik-baik saja sesaat aku menunggunya di sana sampai akhirnya mamaku mampu membuka mata dan tersenyum padaku kami ngobrol sedikit meskipun berulang kali mamaku bertanya dari mana aku mendapatkan uang untuk biaya operasinya Aku hanya bisa tersenyum dan mengalihkan pertanyaan itu Aku tidak bisa menjawab pertanyaan dari mamaku yang bertanya tentang asal usul uang yang aku pergunakan untuk biaya operasinya itu dari suami wanita lain.
akhirnya aku berpamitan pada mamaku karena aku sudah tidak kuat untuk berada di sana. setiap ucapan dan setiap kata yang aku lontarkan semuanya menahan air mataku agar tidak jatuh membasahi wajahku. karena aku sadar aku sudah merebut lelaki wanita lain demi mendapatkan uang tersebut.
Akhirnya aku tiba di kampus namun aku tidak langsung masuk ke dalam ruang kuliah tetapi aku menuju ke dalam toilet aku mengunci diriku di sana dan duduk di atas kloset duduk.
aku sadar apa yang aku lakukan itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku tapi aku tidak memiliki pilihan lain selain melakukannya seandainya aku mengetahui bahwa dokter itu sudah memiliki seorang istri pasti aku juga tidak akan melakukan itu dengannya. Aku memiliki pemikiran jika saat itu aku harus berusaha untuk pergi darinya meskipun itu tidak mudah tetapi aku harus mencobanya Karena aku tahu mamaku saat itu sudah baik-baik saja dan aku pun juga bisa mulai masuk bekerja paruh waktu seperti biasanya meskipun itu di tempat hiburan malam aku bisa mencari pekerjaan lain secepatnya jadi aku memutuskan untuk memblokir nomor dokter Rafandra dan juga tidak memberi kabar apapun pada lelaki itu karena aku sudah memantapkan hati dan pilihanku juga aku harus menyudahi semuanya detik itu juga.
ada rasa bahagia yang tidak bisa aku siratkan setelah aku berhasil untuk memblokir nomor dokter Rafandra meskipun kenyataannya semua itu begitu sulit, seolah aku masih memiliki hutang yang mungkin belum bisa aku lunasi secepatnya atau mungkin tidak bisa aku lulasi untuk selama-lamanya.
dan benar saja dua hari berlalu begitu saja setelah aku tidak memberi kabar pada dokter Rafandra karena aku sudah memblokir nomor lelaki itu. Aku berharap pemutusanku secara sepihak bisa menyadarkan dokter Rafandra jika dokter Rafandra tidak seharusnya menjadikan aku sebagai simpanannya meskipun sejak awal dokter Rafandra Sudah memberitahuku bahwa aku adalah simpanannya tetapi aku kira saat itu dokter rafandra masih belum memiliki istri dan setelah aku mengetahui bahwa ternyata dokter Rafandra memiliki istri aku memutuskan untuk menyudahi semuanya sebelum semuanya terlanjur jauh dan dalam.
siang itu tampak di area kampus begitu ramai Aku yang merasa tidak tahu hanya bisa berusaha mencari tahu dengan bertanya dengan salah satu temanku.
"Risa, Sebenarnya ada apa?"
"kamu tidak tahu? ada donatur keren yang akan menyumbangkan banyak uang ke kampus kita untuk mendirikan laboratorium sendiri, semuanya sedang menyambutnya sekarang, termasuk aku juga! aku begitu penasaran siapa donatur keren itu katanya sih dia sangat tampan,"
"Oh,"
aku hanya menjawabnya asal-asalan saja karena sudah pasti aku tidak seantusias mereka aku tidak ingin tahu apapun apalagi lelaki tampan ataupun orang keren sekalipun karena aku merasa jika aku sudah pernah memiliki lelaki tampan dan keren bahkan nyaris sempurna itu beberapa waktu lalu dan akhirnya aku yang tersakiti.
ketika aku akan pergi meninggalkan temanku aku langsung ditariknya karena dia tampak begitu antusias saat tahu bahwa rombongan orang penting itu sudah tiba dan aku tidak bisa untuk menolaknya aku ikut berdesak-desakan dengan mereka untuk menyambut kedatangan donatur tersebut.
kedua mataku langsung membelalak begitu terkejut ketika mengetahui ternyata donatur itu adalah dokter Rafandra Erlangga lelaki yang nyaris sempurna yang pernah tidur denganku Aku bahkan langsung memalingkan wajahku menatap ke arah lain untuk bersembunyi darinya agar ia tidak melihatku ada diantara kerumunan banyak orang yang menyambutnya.
"apa-apaan ini! Aku berusaha sekuat tenaga untuk menghindarinya agar aku tidak bertemu dengannya lagi bahkan aku berusaha untuk bersembunyi saat berada di rumah sakit ketika aku menunggui mamaku tapi kenapa malah bertemu dengannya di sini? Apakah dia sengaja? tapi kenapa dia sengaja? siapa aku memangnya sampai dikejar seperti itu?"
"Jasmine tolong kemari sebentar,"
aku dikejutkan oleh panggilan dari salah satu dosen yang memanggilku yang langsung membuatku akhirnya menampakan wajahku menghadap ke arah mereka dengan senyuman paksaan yang aku paksakan.
"Jasmine mujur sekali kau,"
aku mendengar suara temanku sendiri dan juga beberapa teman yang lainnya yang mengatakan hal itu. namun aku tidak peduli malah yang aku khawatirkan saat itu adalah jika di depan semua orang dokter Rafandra akan membongkar semuanya.
Aku berjalan mendekat menuju ke arah Dosen yang memanggilku tersebut ia menempatkanku tepat di samping dokter Rafandra bahkan saat itu aku menyapa dokter Rafandra. pak dosen memberitahu ku jika aku harus menemani dokter Rafandra untuk melihat seluruh area kampus yang dokter Rafandra inginkan aku pun tidak bisa untuk menolaknya dengan alasan apapun karena itu adalah suatu misi agar donatur tidak kecewa. anggap saja apa yang aku lakukan itu untuk kebaikan bersama.
aku pun mengiyakannya dan mempersilakan Dokter Rafandra untuk mengikutiku. kami hanya berdua saja itupun rasanya sudah benar-benar aneh dan tidak masuk akal padahal saat dokter Rafandra masuk ke dalam kampus tadi terdapat banyak orang yang ada di sekitarnya namun saat aku mempersilahkannya untuk ikut bersama denganku Aku hanya melihat dokter Rafandra itu sendiri yang mengikuti ku seolah semua orang yang ada di kampus tadi semuanya sudah memiliki tugas masing-masing dan pergi begitu saja.
"bukankah sudah aku bilang jika aku tidak ingin melihatmu memakai pakaian yang seperti ini. aku memberimu uang untuk menjaga penampilanmu bukan malah merusaknya!"
aku mendengar suara lelaki itu yang sedikit berbisik di sampingku bahkan aku hampir melonjak menjauh dari sisinya karena aku khawatir jika ada orang yang akan melihat apa yang ia lakukan. Aku ingin menjaga jarak darinya.
"harusnya kau mendapatkan notifikasi dari kartu ATM yang kau berikan padaku bahwa aku belum menggunakan uang di kartu ATM itu sepeserpun,"
"aku tidak memiliki notifikasinya, untuk apa aku memiliki notifikasi uang receh seperti itu. yang aku mau kau merubah penampilanmu dan juga dirimu memantaskannya untuk berada di sisiku,"
"Aku tidak mau berada di sisimu jadi jangan bersusah payah untuk terus mencoba memaksaku!"
"kau terus saja menolakku. Apa kau sudah mendapatkan sumber keuangan yang baru? Apakah kau bisa mengembalikan semua uang yang sudah aku keluarkan untuk mamamu itu?"
Rerdengar menggelikan tapi nyatanya ucapan itu seakan ancaman bagiku. Tapi aku berusaha untuk menyangkalnya.
"kenapa aku harus mengembalikan semua itu? Kau memberikan uang itu sebagai imbalan karena aku sudah tidur denganmu jadi sepertinya kau tidak berhak untuk meminta kembali uang itu!"
Aku berusaha untuk menyemangati diriku sendiri bahkan aku sudah memuji diriku sebagai pemberani karena aku sudah menolak apa yang lelaki itu inginkan aku merasa aku sudah menang dengan apa yang aku lakukan saat itu menurutku semua itu sudah benar karena semuanya tidak akan berlanjut.
"Akh! sakit!"
ia memaksaku dengan cara menarik salah satu lengan tanganku yang membuatku kesakitan dan merintih, memaksaku masuk ke dalam salah satu ruangan kosong di sana dan ia menutup pintunya rapat-rapat.
"Brak!"
ia tampak begitu marah kedua tangannya menggebrak pintu yang ada di belakang tubuhku karena saat itu aku Tengah memunggungi pintu yang baru saja tertutup dengan kedua tangannya yang mengurung tubuhku tepat di kedua sisi tampak dari sorot matanya ia terlihat begitu marah sekali bahkan saat itu aku langsung kehilangan nyaliku yang memberontak tadi.
"A... apa yang mau kamu lakukan? ini di kampus,"
Suaraku terbata-bata karena aku khawatir jika ia akan melakukan sesuatu yang tidak tidak disana karena aku tahu pastinya ia tidak akan melepaskanku dengan mudah.
"Untuk Apa Lagi, tentu saja berhubungan seks!"