NovelToon NovelToon
BETWEEN THE NUMBERS

BETWEEN THE NUMBERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / BTS / Cinta pada Pandangan Pertama / Office Romance
Popularitas:767
Nilai: 5
Nama Author: timio

Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.

Rachel...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sampai Besok Aja

Pov Vano :

Hidup gua lagi oleng-olengnya, masih oleng memang belum tumbang. Punya mama tapi berasa enggak rasanya udah biasa. Durhaka kali ya tapi ya gimana? Se keras apapun gua berusaha, se totalitas apapun kerjaan gua, ngga pernah cukup buat beliau, ngga pernah keluar secuil pujian pun dari mulutnya, orang yang katanya melahirkan dan berjuang buat gua. Gua sayang, mana ada anak yang ngga sayang sama orang tuanya.

Semakin dewasa, semakin tua, gua paham mama ingin kehebatannya di validasi. Apakah belum cukup juga? Mama hebat, wanita paling tangguh di universe ini menurut gua ya cuma mama, menurut gua ya. Karena gua lihat sendiri gimana mama berjuang membuat Numbers yang dari tempat les kecil, berubah menjadi bimbingan belajar raksasa yang tersebar sampai ke seluruh dunia, itu hebatnya mama gua woy, Margareth Anggasta.

Kurangnya cuma satu, dia ngga bisa ngerasain apa yang dirasain anaknya. Dia buta akan mental dan jiwa anaknya sampai gua ketemu satu -satunya dan pertama kalinya orang yang peduli sama gua, bahkan sampai ke hal sepele sekali pun.

Dan malam ini entah dianya kenapa gua bingung. Apa yang salah? Apa gua buat salah? Si kesayangan gua ini tiba-tiba aja jadi pendiem dan murung, irit ngomong, seadanya aja, seperlunya aja, bahkan nyabut aja kadang ngga.

Gua ngga terbiasa dengan sikap dia yang kayak gini, gua asing, kuatir, dan takut. Takut setengah mati malah karena serangan paniknya kumat. Pasti ada sesuatu yang engga beres, yang masalah banget buat dia.

Belum lagi masalah Numbers, dan cewe aneh yang hampir setiap hari ngintilin gua mulu. Sejak kapan juga mama gua seheboh itu urusan cewe, gua di paksa nge date berkedok nitip barang, ah elahhh. Ternyata oh ternyata gua diseret ke cafe, ngga penting banget. Bahkan Rachel aja ngga pernah gua ajakin nge mall, nah ini cewe bisa-bisanya buat gua nenteng seluruh belanjaannya, keliling seharian sampai gua pulang subuh. Gila. Ngga bener nih cewe.

Katanya dia dokter, ngga yakin gua kalo di suruh berobat ke dia. Epicnya, auhhh... Dia minta ditemenin beli parfum, dan dengan pedenya berasa pacar sendiri kali ya, dia nyemprotin itu parfum ke badan gua, se badan-badan.

Gua cuma bisa diem sambil mandang sinis ke dia yang sama sekali asyik dengan urusannya, ngga peduli sama tatapan gua yang udah mau nendang mukanya. Gua ngga bisa nolak, karena tangan gua yang kokoh ini yang biasanya gua gunain buat ngelepas bajunya Rachel ini full dengan paper bag belanjaan dia.

Sepulang dari sana nomer dia auto gua blokir. Ngga sabar gua ketemu manusia modelan begitu. Gua ngga ceritain ke Rachel karena dia juga kelihatan lagi mikirin sesuatu, jadi dari pada gua nambah bebannya dia mending gua diem, dan ngga penting juga buat diomongin.

🍀🍀

Tidak sengaja tangan Vano yang melingkari perut Rachel itu menyingkap kain di bagian perut kesayangannya itu dan bersentuhan dengan kulit tangannya.

Panas menyengat

Spontan Vano tersadar dan memeriksa kening Rachel.

"Yaang... Sayang... Kamu demam."

Rachel hanya melenguh, lirih sekali ia meringis kesakitan, mungkin nyeri karena demam. Vano yang terbiasa sakit pun sendiri tanpa ada yang memperdulikan dulunya, sudah sigap dan katam dengan situasi ini. Ia harus bertahan sendirian. Ia terbiasa menyimpan obat-obatan sakit ringan seperti itu, karena ia tidak ingin memberi alasan sakit untuk Margareth.

Hal yang sama juga ia lakukan ketika di rumah Rachel. Ia membawa lengkap seluruh obat-obatannya, dan siapa sangka hal itu berguna sekali saat ini. Ia mendudukkan Rachel untuk memberikan obat penurun panas, dan menempelkan plester demam di dahi si kesayangannya itu. Ia menjaga Rachel dengan telaten, ia tidak bisa tidur karena demam nya susah sekali turun, barulah ketika hampir fajar panas tubuh Rachel kembali normal, dan barulah ia bisa bernapas lega dan tertidur dengan nyenyaknya.

🍀🍀

Alarm Rachel berbunyi dan tangannya refleks mematikan alarm itu takut Vano ikut terbangun. Seluruh badannya masih terasa nyeri. Kenapa pula demam syaland itu menyerangnya disaat ia tidak boleh sakit untuk beberapa waktu kedepan. Dengan kepala yang masih berdenyut, ia mempersiapkan dirinya untuk kembali ke Numbers karena besok, adalah D-day, hari eksekusi yang sama sekali tidak Vano ketahui. Pria itu masih terlelap bahkan baru kali ini Rachel mendengarnya mendengkur.

"Tidur aja Ayaang, aku lebih suka kamu tidur begitu ketimbang keluyuran ngga jelas." Lirihya memperhatikan Vano.

Dengan wajah yang pucat ia pergi ke Numbers. Sepertinya memang dunia ingin menghajarnya habis-habisan, ada Margareth dan Bella yang menyambutnya di kantor lantai 4 itu.

"Rachel.... Baru dateng?", sapa Margareth.

"Iya, bu. Mba. Selamat pagi. "

"Masih inget dia kan?", tanya Margareth.

"Masih bu, kemarin juga mba nya kesini, calonnya Kak Vano kan", tanya Rachel lagi dengan cerianya.

"Anjir nih cewe bisa jangan muncul didepan gua lagi ngga, gua udah ngga mood nyentuh tuh cowo lagi, dia buat lu aja, gua sadar diri kok, gua tahu gua cuma remahan biskuit, sedangkan elu permatanya, iya gua tahu.... ", batin Rachel memandang Bella.

"Kamu liatin aku begitu lagi...", seru Bella malu-malu.

"Mba Bella cantik banget soalnya. Cocok banget sama mentor saya. Hehe. Ada apa ya Bu? Apa ada masalah lagi?", tanya Rachel akhirnya.

"Gimana? Udah siap kamu buat besok?".

"Iya bu, saya siap."

"Bagus, Hel... Kamu emang selalu totalitas. Semoga besok gebrakan kamu diterima ya."

"Bu... Setelah rapat terbuka nanti saya boleh cuti ngga? Tapi agak lama? Seminggu? Atau dua hari juga boleh, saya mau pergi, ada urusan keluarga."

"Seminggu ya? Boleh."

"Beneran bu?".

"Iya, persiapkan saja diri kamu malam ini."

"Baik, Bu."

Rachel sedikit terobati dengan permintaannya yang langsung disetujui Margareth.

"Hel... Boleh minta nomer kamu ngga? Kamu kan setiap hari bareng Vano, kamu pasti tahu kebiasaanya, kesukaannya, boleh sharing ke aku ya? Sebagai sesama cewe kamu support aku kan?? ", Bella semangat.

"Tentu dong mba. Ini nomer saya".

"Segitu banget sama anak tante?", ledek Margareth.

"Iya dong, kan mau tunangan bentar lagi. Heheh.. "

"Tu-tunangan? ", tanya Rachel gagap.

"Iya, nanti kamu di undang juga kok, kamu kan kepercayaannya Vano." Yakin Bella.

"Woahh... Semangat mba Bella... ", girang Rachel.

"Parah anjir, PATAH BANGET. RUSAK, MELEBUR," Batinnya.

🍀🍀

Padahal besok hari penentuan keberhasilan karya yang ia ciptakan, tapi semesta sama sekali tidak mendukungnya dengan memberikan ketenangan. Bahkan patahan-patahan yang susah payah ia abaikan kini semakin parah. Longsor sekalian. REVANO B4JIN9AN umpatnya seharian ini, sambil terus membaca teks hapalannya dan air matanya yang sudah membasahi kertas itu.

Bayangkan bagaimana rusaknya seluruh sarah dan mental Rachel. Ia harus terus berjuang dengan modul yang ia siapkan sendiri, ia harus menghapal seluruh halaman itu, harus bergulat juga dengan pikirannya yang terus mengarah ke Vano yang mengkhianatinya, harus membayang-bayangkan hal aneh yang dilakukan Vano bersama Bella, dan semuanya.

Dan sekarang, sore hari yang hujan ini...

Dua jam kemudian...

"Ok Hel.... Sampai besok aja, sampai besok... Hiks... tahan Rachel..."

"Akh.... "

Semuanya pelan-pelan menjadi pengap dan berat, ia sendirian. Shit... Obatnya ketinggalan. Kenapa semua mempersulitnya, ia hanya ingin membantu lalu pergi tanpa ribut-ribut kenapa tidak diizinkan semesta yang syaland ini.

Dengan napas tertatih sambil berusaha menegakkan tubuhnya, untunglah ia tidak jatuh dari kursi kerjanya itu. Perlahan dan dipaksa, ia menjulurkan tangannya untuk mengambil ponselnya.

📞 Sam .... Tolongh ak-akuuh... P-panikh Attacknya... Kambuh... Sam... Muel. Hh...

Bruk ponsel itu jatuh dengan keadaan masih tersambung.

.

.

.

TBC... 💜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!