Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Om mesum gila yang bucin
Barra melepas kepergian gadis kecil yang kini memenuhi isi kepalanya itu dengan perasaan campur aduk.
Sebenarnya Barra bisa saja langsung nembak Alina untuk mengungkapkan isi hatinya pada gadis kecil yang usianya terpaut dua belas tahun lebih muda daripada dirinya itu.
Namun Barra mengurungkan niatnya sebab ia belum siap mengungkap jati dirinya yang sesungguhnya.
Barra adalah seorang mafia kelas kakap di Jakarta. Ia bekerja untuk perusahaan besar ataupun pejabat pejabat tinggi yang membutuhkan jasanya.
Berkali kali Barra berhasil menggagalkan aksi pejabat nakal yang akan menyelundupkan ekspor ataupun impor untuk kepentingan pribadinya semata. Kepiawaiannya sudah diakui di kalangan atas dan pejabat tinggi serta kaum elite.
Seiring berjalannya waktu Barra mulai jengah dengan pekerjaan nya yang seakan tiada habisnya dan menguras penuh energi dan pikirannya.
Barra memutuskan kembali ke kota kelahiran nya dan membangun sebuah rumah disana untuknya tinggal. Barra menghilang dari dunia mafia yang telah membesarkannya.
Kedua orang tua Barra adalah seorang pengusaha besar di kota Semarang. Sejak kecil Barra tak pernah kekurangan materi,sebab ayah dan ibunya selalu melimpahi nya dengan materi yang banyak. Apapun yang Barra butuhkan selalu dengan mudah ia dapatkan
Itulah sebabnya Barra remaja terjerumus ke dalam dunia gelap yang membuatnya menjadi seorang mafia. Namun seiring berjalannya waktu, Barra tersadar bahwa jalan yang ia tempuh itu salah.
Ketika sang ibu sakit parah dan mengharuskan menjalani transplantasi ginjal, disitulah titik balik seorang Barra di mulai. Ia begitu frustasi menghadapi kenyataan bahwa ibunya membutuhkan donor ginjal namun tak ada seorangpun yang cocok dengan ginjal sang ibu.
Andai saja ginjalnya cocok, sudah pasti Barra rela memberikan ginjalnya untuk sang ibu.
Barra bertemu dengan seorang wanita penghibur berhati emas. Mereka pun menjalin hubungan yang manis. Wanita itu rela memberikan ginjalnya kepada sang ibu asalkan Barra mau menjamin kehidupan anak anak panti asuhan tempat dimana putrinya tinggal bersama puluhan anak anak kurang beruntung lainnya.
Kabarnya panti asuhan itu akan digusur oleh seorang tuan tanah dan akan di bangun sebuah tempat hiburan malam.
Setelah Barra menyelidikinya Barra pun menyanggupi permintaan wanita tersebut. Dengan kecerdasan dan kemampuan yang dimilikinya Barra dengan mudah menyabotase dan memenangkan kasus itu.
Setelah melalui proses yang panjang,Panti Asuhan itu makin berkembang dan berubah menjadi Pondok Pesantren untuk anak anak yang kurang mampu.
Tiga tahun setelahnya wanita itu meninggal karena kecelakaan yang menewaskan dirinya dengan seorang pejabat tinggi dan seorang sopirnya. Rupanya wanita itu menjalin cinta dengan pejabat kaya raya dibelakang Barra. Berita tersebut tentu saja membuat Barra terpukul.
Barra meninggalkan dunia ke mafia an nya dan kembali tinggal dengan kedua orangtuanya di Semarang. Namun sang ayah yang selalu menyuruhnya untuk segera menikah membuat Barra jengah.
Tahun ini Barra menginjak usia dua puluh sembilan tahun. Usia yang cukup matang untuk membina sebuah hubungan. Berulang kali sang ayah dan ibunya berniat menjodohkan Barra dengan rekan bisnisnya namun berulang kali pula Barra menolaknya.
Setelah kepergian wanita itu, Barra menjadi sosok pria yang sangat dingin dan tidak tersentuh oleh perempuan.
Barra membangun sebuah rumah mewah di kota metropolis kecil yang kini ia tinggali. Kesibukan pria itu saat ini adalah mengurus Pondok Pesantren itu.
Barra benar benar menghapus jejaknya dari dunia hitamnya. Meskipun ia bekerja untuk orang yang benar namun tetap saja , cara yang dilakukan nya adalah salah. Sebab tak jarang Barra memanipulasi ataupun menipu musuhnya dengan muslihatnya. Barra adalah sosok yang benar benar cerdik.
Setelah bertemu dengan Alina di kamarnya saat itu, jiwa Barra seakan kembali bangkit. Ia merasa ingin melindungi gadis kecil itu sekaligus ingin memiliki nya.
Barra kembali merasakan getaran yang dulu pernah ia rasakan ketika bersama sang kekasih yang telah berpulang setelah mengkhianatinya.
*****
Barra mengepulkan asap rokok dari mulutnya di atas balkon rumahnya. Ini adalah saat yang sangat ia tunggu. Yaitu melihat Alina dengan senyumnya yang khas menaiki sepeda listriknya ketika melewati rumahnya untuk berangkat sekolah ataupun pulang sekolah.
Barra tersenyum lebar ketika dari tempatnya berdiri dapat dengan jelas melihat Alina yang tengah kesulitan mengeluarkan sepeda listriknya sebab terhalang motor besar milik sang ayah.
Alina tampak menendang nendang motor besar itu sambil mengumpat sang pemilik yaitu ayahnya.
"Papih... ngga bisa keluar ini sepeda Alina.. Papih buruan ini bantuin!! atau Alina gadein ini motor yang menuh menuhin garasi!!" teriak Alina membuat sang ayah keluar dengan bersungut sungut
"Apa sih Lin? teriak teriak kaya di hutan aja?" jawab Pak Badhot sambil berjalan menghampiri sang putri yang mengenakan seragam sekolahnya.
"Pih... Alina mau sekolah ini pih. Udah kesiangan juga. Buruan minggirin motor Papih ah elah!" teriaknya lagi
"Kamu mau skolah?" tanya Pak Badhot mengamati penampilan Alina dari ujung rambut hingga ujung sepatu.
"Nggak! Alina mau bercocok tanam!! Ya mau sekolah lah gimana sih papih?"omel Alina
Dari tempatnya berdiri Barra tertawa terbahak-bahak mendengar kata "bercocok tanam" yang diucapkan Alina pada ayahnya itu.
'apa kamu benar benar ngga tau makna kiasan kata bercocok tanam itu Alina Alina..hahaha. Kuy lah nanti saya ajarin kamu cara bercocok tanam yang benar, hahaha' ucap Barra sambil senyum senyum sendiri.
Pak Badhot pun menyingkirkan motor gedenya dengan wajah masam. Sebab Alina telah membuatnya terbangun dari mimpinya. Pak Badhot tengah duduk di sofa ruang keluarga namun pria itu tiba tiba terlelap dan memimpikan sang mantan kekasih ketika mereka masih muda dulu.
Sayangnya mimpi itu harus terhenti karena suara cempreng Alina yang mengacaukannya.
"Kenapa sih kamu selalu gangguin papih tidur!? Mood papih jadi berantakan gara gara kamu." sungut pak Badhot
"Loh loh loh ini jam setengah tujuh loh pih. Bukan waktunya untuk tiduran. Mending papih bantuin mamih metikin kangkung sana di dapur daripada tiduran ngga jelas."
"Enak aja metik kangkung?" ucap pak Badhot tak terima dengan usulan Alina membuat Barra makin terkekeh dari atas sana.
Alina pun bersiap menaiki sepeda listriknya. Ia meraih punggung tangan sang ayah dan menciumnya
"Pih,Alina sekolah dulu cari ilmu.."ucap Alina dengan wajah cemberut nya
"Iya cari ilmu yang banyak ya nak, bungkusin bawa pulang buat Papih,nggak pedes." jawab Pak Badhot
"Jiahahah gaje papih,"
Tititititit tititititit titititititiiiiit
"Yaaah kenapa lagi ni sepeda?" ucap Alina sambil memeriksa sepeda listriknya.
"Kenapa sepedanya?" tanya pak Badhot
"Kayaknya batre abis deh pah. Alina lupa, he he he."
"helehhh dasar...." jawab Pak Badhot menyentil kecil dahi putrinya itu
"Ayolah pih anterin Alina. Bentar lagi masuk ...udah jam tujuh kurang sepuluh menit." ucap Alina sambil melihat jam pada pergelangan tangannya
"Ogah ah, papih belum mandi. Sana naik ojek onlen aja"tolak Pak Badhot sambil memberikan lembaran berwarna biru.
Alina menghentakkan kakinya kesal.
"Pih, ini udah hampir bel masuk. Kalo nunggu ojol ya lama lah." sungut Alina dan masih memaksa sang ayah untuk mengantarnya namun Pak Badhot tetap menolak. Pria itu ingin melanjutkan tidurnya berharap bisa kembali berjumpa dengan mantan kekasihnya dahulu.
Barra lekas turun dan mengambil motornya.
"Inilah saat yang tepat untuk tampil. He he he," ujar Barra penuh semangat sambil menaiki motornya dan berhenti di depan gerbang rumahnya yang tinggi. Seorang art rumahnya dengan sigap kembali menutup pintu rumahnya.
"Looh dek Alina belum berangkat sekolah? Mau Om Barra anterin?" tawar Barra sambil menunjuk ke arah boncengan motornya
"Naaah, kebetulan nih ada mas Barra. Bisa tolong antarkan Alina kan mas? Saya sedang ada urusan sebentar lagi," ucap Pak Badhot merasa mendapat angin segar
"oh.. Bisa pak.. Bisa... Ayo dek Alina,nanti keburu kesiangan." ajak Barra sambil mengerling nakal ke arah Alina membuat gadis itu melotot melihatnya
"Serius nih papih nyuruh om Barra anterin Alina?" tanya Alina menatap sang ayah tak percaya
"Ehhh iya gak papa. Udah sana naik buruan nanti telat." bujuk Pak Badhot
"Iiiih engga ah engga mau. Mending Alina naik ojol aja kalo gitu." tolak Alina mentah mentah dan menatap sinis ke arah Barra.
"Kenapa emang?" tanya Pak Badhot
"Nggak nggak mau. Om Barra mesum ," jawab Alina frontal membuat Barra dan Pak Badhot saling pandang
"Hush! Alina! Yang sopan ah kalo ngomong!" hardik pak Badhot merasa tak enak
"Maaf ya mas Barra. Alina memang suka ceplas ceplos kalo ngomong, ngga pake rokok dia."ucap pak Badhot meminta maaf pada Barra
"Hah?? Kok Rokok sih Pih?" tanya Alina dengan dahi mengkerut, Barra pun sama
"Lahh emang kamu kalo ngomong ngga pake FILTER.!" ucap pak Badhot santai
"Astaghfirullah !!!" ucap keduanya serempak
Pak Badhot pun hanya meringis.
"Dah sana berangkat husssh husssh!" usir Pak Badhot dan mendudukkannya di jok belakang motor Barra
"Saya titip Alina tolong antarkan sampai sekolah ya mas Barra," ucap Pak Badhot dan pria itu segera berlalu masuk ke dalam rumahnya
"Dahh ayo saya anter." ucap Barra
"Apes banget dah ah sekolah di anterin Om Om mesum gila." sungut Alina dan dapat di dengar Barra
"Dan om om mesum itu sekarang lagi bucin," timpal Barra sambil terkekeh membuat Alina mencubit gemas pinggang nya
*****
itumah nglunjak pk olh" mita mobil