Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buku Catatan
Laura benar-benar masih tidak percaya jika Nirmala sudah tidak ada di Rumah ini. Bahkan sudah tidak ada di Negara ini. Laura masuk ke dalam kamar Nirmala, masih tidak percaya jika saudaranya benar-benar pergi sekarang.
"Nirma, bahkan kamu tidak meninggalkan pesan apapun. Bagaimana cara aku menemukanmu"
Laura duduk di pinggir tempat tidur, penasaran dia membuka laci nakas disamping tempat tidur. Dan dia menemukan sebuah buku catatan disana. Laura mengambilnya, dia pernah beberapa kali melihat Nirmala menulis sesuatu di buku ini. Tapi, dia selalu langsung menyimpan bukunya, seolah tidak ingin Laura tahu isinya dan saat itu Laura merasa biasa-biasa saja, tidak begitu penasaran juga. Tapi sekarang dia bahkan penasaran dengan isinya.
"Apa yang Nirma tulis di buku ini?"
Halaman pertama yang Laura lihat adalah biodata dirinya. Tulisan indah tangan Nirmala tertera disana.
Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari.
Laura tersenyum melihat coretan pena di halaman pertama itu. Tidak terasa air mata menetes begitu saja. Laura membuka lembar-lembar berikutnya, dan dia menemukan sebuah fakta baru disana. Air mata Laura semakin mengalir deras, dia memeluk buku itu dengan terisak.
"Nirma, maafkan aku"
*
Di dalam ruangannya, Galen mencoba beberapa kali untuk menghubungi nomor ponsel Nirmala. Namun, nomor ponselnya tidak aktif sampai sekarang.
"Kemana kamu? Apa masih marah padaku?"
Galen menatap foto wallpaper ponselnya, foto Nirmala yang mengelus kucing liar saat sekolah dasar dulu. Entah sejak kapan dia memutuskan untuk mengganti wallpaper ponselnya dengan foto Nirmala yang ini. Menggantikan foto dirinya dan Laura saat mereka kuliah di Luar Negara.
Galen menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kebesarannya itu. Menatap langit-langit dengan hembusan nafas berat. Dia tidak tahu harus bagaimana sekarang, menjalani pernikahan dengan Laura bukanlah hal yang dia inginkan. Jadi sekarang, Galen hanya mempunyai waktu satu bulan untuk membatalkan pernikahan bagaimana pun caranya.
Saat Galen masih memikirkan tentang persoalan yang ada. Dan suara dering ponsel menyadarkannya, Galen segera meraih ponselnya di atas meja. Melihat nama Laura yang tertera di layar, segera dia menerima panggilan itu.
"Hallo, Galen kamu dimana? Bisa bertemu sekarang? Ada yang perlu aku bicarakan. Penting!"
Galen mengerutkan keningnya dengan bingung. "Bertemu di tempat biasa"
"Oke"
Galen menatap layar ponselnya yang sudah mati. Laura terlihat begitu panik dan terburu-buru untuk bertemu dengannya. Membuat Galen bingung saja.
"Apa yang akan dia bicarakan denganku?"
Galen segera berdiri dari duduknya, menyambar jas dan memakainya sambil berjalan keluar ruangan. Melihat Johan di meja kerjanya yang berada di depan ruangan Galen.
"Jo, mana kunci mobil? Aku harus pergi sekarang"
"Mau kemana, Tuan? Anda ada jadwal meeting sore ini"
"Batalkan saja, aku terpaksa harus bertemu Laura. Cepat mana kunci mobil!"
Johan cukup bingung dan terkejut dengan Galen yang tiba-tiba terburu-buru untuk pergi seperti ini. Akhirnya dia memberikan kunci mobil pada Galen, meski masih bingung dengan sikap pria itu.
"Ck, Pemimpin Perusahaan memang bebas melakukan apa saja. Apalagi ini tentang calon istrinya. Hah... Aku harus membatalkan semua jadwalnya mulai dari siang ini"
Johan yang menghela nafas pelan dengan pekerjaannya yang bertambah untuk mengatur ulang janji temu dengan rekan kerja yang pertemuannya hari ini batal karena Galen yang pergi begitu saja menemui calon istrinya.
Galen telah sampai di sebuah Restoran mewah. Dia masuk dan mengatakan ruangan VVIP pesanan atas nama Laura pada pekerja disana. Ketika sudah sampai di ruangannya, dia melihat Laura sudah menunggunya.
"Ada apa ini?" tanya Galen yang langsung duduk di depan Laura sekarang.
Laura merogoh tasnya dan dia mengeluarkan sebuah buku catatan dari dalam tasnya. Memberikannya pada Galen.
"Nirmala dipaksa pergi oleh Mommy ke Luar Negara dan aku tidak tahu ke Negara mana dia pergi"
"Apa?!" Galen langsung berkata dengan keras dan terkejut. Nafasnya naik turun, dia begitu marah mendengar ucapan Laura barusan. "... Bagaimana kau tidak tahu? Kenapa kau tidak mencegah dia pergi?"
Laura menghembuskan nafas kasar, dia menatap buku di atas meja. "Aku tidak tahu saat Mommy mengusirnya. Tapi, sebaiknya kau baca buku ini. Aku menemukannya di kamar Nirma, dan kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan setelah membaca isi buku ini"
Galen menatap buku catatan berwarna abu-abu itu. Mengambilnya dari atas meja dan menatap buku ini dengan penuh tanya.
"Baca saja isi dari buku itu. Kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan. Aku pergi dulu"
"Tunggu!"
Laura sudah berdiri, dia ingin melangkah pergi dari ruangan ini saat Galen menahannya. Dia menoleh pada pria itu.
"Jika kita ingin perjuangkan cinta sejati kita, maka butuh kerja sama"
Laura mengangguk, dia sudah mengerti apa maksud dari ucapan Galen. "Hubungi aku ketika kamu sudah menemukan caranya"
Galen hanya berdehem pelan, membiarkan Laura pergi sekarang tanpa mencegahnya lagi. Lalu, dia fokus pada buku di tangannya. Galen membuka lembar pertama, dan langsung di suguhkan dengan coretan pena yang cantik dan rapi disana. Tulisan tangan dari wanitanya. Galen membuka lembar berikutnya.
Seharusnya aku tidak menyimpan perasaan seperti ini padanya. Tahu siapa posisiku. Tapi hati dan perasaanku tidak bisa dibohongi, jika aku jatuh cinta padanya.
Galen membuka lembar selanjutnya.
Sejak kecil, memang dia harus bersama dengan Nona Muda. Dan aku tidak bisa berada di tengah-tengah mereka. Tapi perasaan ini malah semakin besar. Ah, aku bingung harus bagaimana sekarang?
Air mata Galen mulai menggenang di pelupuk matanya. Dia membuka kembali lembar selanjutnya dari buku itu.
Hari kelulusan dia telah tiba. Maka aku harus siap tidak melihatnya karena dia akan melanjutkan studi di Luar Negara. Ah, sepertinya aku akan sangat merindukannya.
Sepertinya buku ini di tulis saat Nirmala masuk SMU. Galen kembali membuka lembar selanjutnya.
Ketika aku dan Nona Muda akhirnya juga lulus. Dan kami harus berpisah karena Nona Muda akan menyusulnya untuk belajar di Luar Negara. Maka sekarang kehidupanku terasa sangat sepi. Perasaan rindu padanya semakin besar. Ah, aku harus menunggu sampai dia pulang untuk mengobati rindu ini. Meski aku tidak akan bisa memeluknya.
Air mata Galen menetes begitu saja, mengenai lembaran buku ditangannya. Dia lanjut membaca tulisan di lembar berikutnya.
Seperti mendapatkan petir di siang hari, aku mendengar mereka sudah resmi berpacaran. Ah, rasanya sakit sekali. Ingin marah dan kecewa, tapi aku sadar siapa aku disini. Bisa masuk ke dalam keluarga ini saja sudah menjadi keberuntungan terbesar dalam hidupku.
Membuka kembali lembar berikutnya.
Terlalu lama mereka berada disana, dan aku mulai biasa dengan hidupku yang seorang diri disini. Menjalani kuliah dengan senang setiap harinya. Hingga aku mencoba membuka hati untuk seorang pria bernama Willy. Pria yang selalu baik padaku.
Tapi, kenapa perasaanku tidak sama dengan perasaanku padanya? Dan aku takut hanya membuat Willy sakit hati saja. Akhirnya, hubungan kami hanya bertahan beberapa bulan saja. Aku memutuskan dia, karena sampai saat ini perasaanku tidak bisa berubah.
Seolah perasaanku habis di satu orang. Hanya mencintai Galen Austin.
Dan sampai di lembar terakhir ini, air mata Galen benar-benar mengalir mengenai buku ditangannya. Dia menutup buku catatan itu dan memegangnya erat.
"Aku juga mencintaimu, tapi kenapa kamu harus pergi?"
Bersambung
Satu bab dulu ya Gengs.. Aku lagi banyak urusan di Realita.. Besok lanjut lagi. See you...
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪