Kalila Maizah, seorang gadis yang bercita-cita ingin menikah dengan seorang bule. Saat bermain Instagram, diberanda nya lewat unggahan seorang pengusaha bersama rekannya. Maizah yang pada dasarnya pecinta cowok ganteng langsung gercep mencari Instagram si bule ganteng yang ada di dalam unggahan itu.
Maizah tidak nyangka bahwa dia diikuti balik oleh bule itu! Bahkan dia minta untuk ditampar oleh temannya saking tidak percayanya.
Bagaimanakah kisah Maizah selanjutnya? Bagaimana dia bisa mendapatkan cita bule itu? Mampukah dia mewujudkan impian untuk menikah dengan bule?
Saksikan kisah nya dengan membaca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mawar Jk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 12
Melani mendengus sebal karena di abaikan. "Apa-apan sih Maizah itu, takut banget di ambil pacarnya. Emang sih aku kan cantik pasti bule itu akan mudah tergoda olehku." Ucap Melani dengan percaya diri dalam hatinya.
"Jadi beli gak?" Tanya penjual bakso.
"Jadi, beli 5 ribu aja." Ucap Melani menyerah uang bersama mangkuknya.
"Cuma lima ribu pakai mangkuk?" Tanya Daia.
"Emang kenapa? Suk-suka saya dong!"
Daia menggelengkan kepalanya lalu pergi setelah setelah baksonya Jadi. "Wahh pada mau ngeborong nih," Ujar Daia melihat Melati dan lainnya duduk menunggu penjual bakso.
"Hahaha iya nih," Jawab Dahlia.
"Sini bu makan sama-sama," Ajak Maizah pada Daia.
"Ini bakso anak saya zah, ngerengek terus mau makan bakso sama kuahnya." Ucap Daia.
"Ajak sini aja Daia sekalian sama suami kamu, kita makan sama-sama. Maizah mau borong baksonya." Ajak Melati.
"Aduh saya jadi enggak enak nih,"
"Enggak papa kok bu, itu baksonya di simpan aja. Nanti ambil lagi kita makan sama-sama. " Kata Maizah seraya tersenyum.
"Makasih banyak ya Maizah, saya masuk panggil suami dan anak dulu." Daia pun masuk ke rumahnya memanggil anak dan suaminya.
Penjual bakso itu menjalankan motornya setelah memberikan pesanan Melani dan berhenti tepat di depan rumah Maizah.
Maizah tidak bangun sebab sudah mengambil bakso tadi. Dia dan Arvid makan di atas rumah-rumah yang ada di depan rumah.
Melati dan yang lain berdiri dengan mangkuk yang di pegang. "Mas 15 ribu satu porsi ya," Ujar Melati.
Maizah menggigit bakso urat jumbo. Mengangguk saat merasakan betapa lezatnya bakso urat tersebut. "Coba deh yank," Maizah mendekatkan bakso itu di depan mulut Arvid.
Arvid memegang tangan Maizah lalu memakan bakso urat jumbo itu. "Enak kan?" Tanya Maizah. Arvid mengangguk lalu memberikannya jempol.
Maizah tersenyum senang lalu lanjut melahap baksonya. Di tengah-tengah kunyahannya dia teringat dengan Elio yang sedang tidur.
"Mau ke mana Honey?" Tanya Arvid saat Maizah turun dari rumah-rumah.
"Mau beliin juga untuk Elio nanti kalau di bangun," Jawab Maizah.
"Enggak usah Honey kamu duduk aja di sini," Larang Arvid.
"Kan kasihan sama Elio sayang, kita makan bakso masa dia enggak."
"Baiklah tapi jangan tinggalkan aku," Arvid menggenggam tangan Maizah melarang nya pergi dari dekatnya.
"Mulai deh posesifnya," batin Maizah seraya menggelengkan kepalanya pelan.
"Liliy beli satu porsi untuk kak Elio ya. Nanti simpan aja di dalam rumah." Pesan Maizah pada adiknya.
"Siap kak!"
Satu persatu mereka semua datang setelah pesanan mereka selesai. Karena di rumah-rumah tidak cukup untuk mereka semua, yang lain pun duduk di teras rumah Maizah.
"Makasih ya ka Maizah," Ucap Anak Daia yang seumuran dengan Lily, adiknya.
"Sama-sama,"
Melihat sudah tidak ada lagi yang orang yang mengambil bakso Maizah turun dari rumah-rumah. "Aku mau bayar dulu sayang," Ujar Maizah saat tangannya masih di tahan oleh Arvid.
Arvid mengeluarkan dompetnya lalu memberikannya pada Maizah. Maizah mengedipkan matanya berkali-kali menatap dompet itu.
"Kenapa?" Tanya Arvid lalu memasukkan bakso kecil ke mulutnya.
"Kamu ingin membayarnya kan?" Maizah mengangguk.
"Yaudah bayar,"
"Tapi kan mau uang aku," Ujar Maizah.
"Uang aku uang kamu juga Honey, sana bayar masnya sudah menunggu." Dengan santai bule itu kembali memasukkan bakso kecil ke dalam mulutnya.
Yang lain tersenyum melihat pasangan kekasih itu.
Maizah pun menghampiri penjual bakso itu. "Berapa mas?"
"Semuanya jadi 224 ribu,"
Maizah memberikan uang merah tiga lembar. Di dalam dompet kekasihnya itu hanya ada uang merah dan juga dolar.
"Kembaliannya 76 ribu ya,"
Maizah menerimanya dan menyimpannya ke dalam dompet. "Makasih sudah memborong mbak," ujar penjual bakso itu.
"Sama-sama mas,"
Maizah kembali berjalan menuju rumah-rumah dan duduk di tempatnya. "Ini dompetnya," Maizah menyerahkan dompet itu pada miliknya.
"Pegang aja dulu Honey," Ujar Arvid.
Maizah pun menyimpan dompet itu di kantong cardigannya lalu kembali memakan bakso.
"Terima kasih ya nak Maizah dan Arvid traktirannya, saya doakan agar pernikahannya lancar sampai hari H, pokoknya semua pekerjaan dimudahkan." Ucap Daia pada Maizah dan Arvid setelah mereka makan bakso.
"Aamiin, makasih doanya bu." Balas Maizah seraya tersenyum.
"Kalian bermalam?" Tanya Daia.
"Enggak bu, kami pulang nanti pukul 4 sore. Arvid mau pergi ke China." Jawab Maizah.
"Oalah,"
"Cuma mampir aja dia dari Singapura dia," Timpal Melati yang bari datang dari dalam rumah.
"Bener-bener sultan bule ini, dikira naik pesawat sama naik mobil kali yaa bisa singgah-singgah kayak gitu." Batin Daia menatap Arvid dengan kagum.
"Selamat sampai tujuan ya nak Arvid,"
Arvid hanya tersenyum tipis lalu mengangguk sopan pada Daia.
Waktu asar pun tiba.
"Sudah Asar aja,"
"Iya nih, saya kesebelah dulu ya." Pamit Daia pada mereka.
"Iya-iya,"
Arvid dan Elio siap-siap untuk pergi solat Asar. Keduanya memakai sarung yang di siapkan Maizah untuk di pakai.
Setelah Asar mereka kembali duduk-duduk menunggu Akhdan sebelum pulang.
Suara mesin motor Akhdan terdengar. Pria paruh baya itu membuka sepatu lalu masuk ke rumah. "Assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam," Jawab mereka yang ada di ruang tamu.
"Eh, kalian jadi datang rupanya."
Maizah segera menyalimi Akhdan di susul Arvid dan juga Elio. "Iya, mereka berdua tidak bermalam jadi harus pulang sore ini." Jawab Maizah.
"Jadi kalian mau langsung pulang?" Tanya Akhdan.
Melihat jam yang sudah menujukkan pukul 16:27 Maizah mengangguk. Arvid dan Elio harus ada di bandara setelah solat magrib karena jam penerbangan nya setelah isya.
"Maaf tidak bisa lama-lama di sini karena kami harus ke China." Ujar Arvid berdiri di samping Akhdan.
Akhdan menepuk punggung calon menantunya itu. "Aih tidak masalah, yang penting pekerjaanmu selesai."
"Kalau begitu kami pamit ya,"
Mobil yang mereka tumpangi tadi juga sudah datang. Mereka semua keluar guna mengantar Maizah, Arvid dan juga Elio pulang.
"Eh, sudah mau pulang?" Tanya Daia yang kebetulan keluar dari rumahnya.
"Iya, bu." Jawab Maizah tersenyum dan mengangguk sopan.
"Di harus berangkat karena nanti langsung terbang ke China," Ujar Dahlia menambahi.
"Ah, iya... lupa saya maklum sudah tua hahah." Daia tertawa renyah.
"Kalau begitu kami pamit dulu," Maizah harus memotong pembicaraan ini sebelum Tante dan Mamanya terus berbicara dan membanggakan calon menantu mereka.
Bukannya apa, dia hanya merasa tak enak? Entahlah tapi rasanya tidak nyaman saja.
"Hati-hati di jalan, kalau sudah sampai kabarin ya," Ujar Melati.
"Iya ma,"
"Dadah,"
"Aduh, calon menantu mu itu pasti sangat sibuk." Ujar Daia setelah mobil itu tak terlihat lagi.
"Yaa begitulah. Dia harus menyelesaikan pekerjaannya agar punya lebih banyak libur saat pernikahan." Kata Melati.
"Biasalah yaa namanya juga bos, yaa pasti akan sibuk." Uar Dahlia sedikit keras karena tak sengaja melihat Romlah yang keluar rumah.
Kelihatan sekali jika orang itu ingin mendengar pembicara mereka jadi, Dahlia sengaja menambah volume suaranya biar kedengaran jelas di telinga wanita itu.
"Ck, dasar tukang pamer." Cibir Romlah.
Tbc.
^^^Mawar Jk^^^