Novel ini merupakan lanjutan dari "susuk nyironggeng"
"Ampun Sari jangan,"Juragan Karta berlari keluar dari kamar,sedangkan perempuan yang bersama nya mengigil ketakutan,terlihat sosok penari ronggeng melayang mengejar Juragan Karta.
Sudah 10 tahun sejak peristiwa pembakaran yang menyebabkan kematian seorang penari ronggeng,kini desa itu sudah maju dan berganti nama menjadi desa sukamulya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Doa bersama
Paginya kang Jejen bergegas kerumah pak ustadz dan menceritakan kejadian semalam.
"Bagaimana pak ustadz,aku khawatir dengan keselamatan Ica,kita kan tahu sendiri Ica lah penyebab peristiwa itu,"ujar kang Jejen.
Pak ustadz tampak terdiam sesaat kemudian ia menatap kang Jejen,"Kang aku tidak bisa membantu banyak,begini saja,aku pernah diajari kyai Basir untuk memagari rumah dan badan."
"Bagaimana caranya pak ustadz," kang Jejen seperti menemukan harapan.
"Begini,kang Jejen sediakan air bekas cucian beras,kemudian air tersebut campurkan dengan garam,kalau ada campur juga dengan daun bidara dan bacakan ayat kursi 3 kali lalu siramkan sebelum magrib kesekeliling rumah."
"Lalu untuk memagari badan kita, bagaimana caranya pak ustadz,agar arwah Sari tidak menganggu?"
"Dekatkan diri pada yang diatas,jangan tinggalkan sholat dan sehabis magrib baca surat al-fatiha,al-iklas,al-falaq,an-nas, al-baqoroh ayat 1-5 dan ayat kursi,dan yakinlah Allah ada,dia akan melindungi makhluknya yang meminta perlindungan padanya."
"Iya pak ustadz, terimakasih atas bantuannya,"akhirnya setelah merasa cukup mendapatkan masukan kang Jejen pun pulang.
Sore itu juga kang Jejen melakukan apa yang pak ustadz suruh,kang Jejen menyiramkan air kesekeliling rumah menjelang magrib,tak berapa lama terdengar suara adzan magrib berkumandang,kang Jejen bergegas masuk kerumah setelah selesai menyiramkan air kesekeliling rumah,ia bergidik ketika merasakan bulu kuduknya mulai meremang.
"Bagaimana Kang udah selesai?"Ica sudah menunggu di dalam rumah sudah memakai mukena.
"Udah Neng,ayo nanti Akang wudhu dulu,"kang Jejen pergi ke sumur dibelakang rumah untuk mengambil air wudhu.
Ketika kang Jejen sedang wudhu terdengar suara seperti benda meledak dan terdengar teriakkan kesakitan.
"Akhhhh...."tampak bayangan ingin mendekati kang Jejen, tapi begitu dekat bayangan itu terpental.
Kang Jejen terkejut,ia melihat kearah kebun kelapa tapi hanya kegelapan yang terlihat,kang Jejen bergegas menyelesaikan wudhu,ia lalu melihat kearah salah satu pohon kelapa,terdengar ada suara geraman dan terlihat sepasang mata merah menatap marah ke arahnya.
"Hiii..,naon eta(apa itu),"kang Jejen bergegas masuk kerumah.
Sementara ditempat pak Kades,Mumun,kades Jana dan pak Komar selesai menunaikan sholat magrib,mereka berkumpul ditempat sholat.
"Jana,Mumun,ini malam jumat kita ngaji yasin bersama untuk mendoakan Emak kamu,kita sudah lama tidak mendoakan Emak kamu,Bapak tadi malam mimpi Emak kamu datang sambil menangis."
"Iya pak."
Sementara di kamar Emaknya Sari malah melakukan ritual,ia menyiapkan sesaji dan memangil arwah Sari menyalahkan dupa dan membaca mantra.
"Sari datanglah,ini Emak sudah siapkan makanan untukmu,tak berapa lama satu sosok hadir dihadapan Emaknya Sari.
"Emak,"sosok arwah Sari tersenyum melihat sesaji didepannya.
"Makanlah Neng,ini akan memberi kekuatan untukmu,tuntaskan semuanya,kita akan menghabisi orang-orang yang telah menyakitimu."
Sosok Sari segera mendekati asap dupa dan sesaji yang dihidangkan,ketika ia sedang menghirup sari-sari sesaji yang dihidangkan,sosok itu menutup telinganya sambil berteriak kesakitan.
Akhhhh....panas Mak,panas."kemudian sosok Sari menghilang.
"Sariiii...."Emaknya memangil tapi sosok itu sudah pergi.
Dari tempat sholat didalam rumah terdengar suara pak Komar,Jana,Mumun sedang mengaji,suara lantunan ayat suci itu terdengar sampai kekamar Emaknya Sari.
Emaknya Sari yang sedang menyiapkan sesaji untuk arwah Sari terkejut,sesaji dihadapan terhempas.
"Kurang ajar, pantas Sari pergi, siapa yang ngaji,panas,aku harus menghentikannya,"Emaknya Sari berteriak sambil memegang telinganya dan dadanya,ia berteriak-teriak kepanasan dan kesakitan.
"Ceu ada apa?"Bi Siti yang mendengar suara Emaknya Sari terkejut dan langsung masuk kamar Emaknya Sari tanpa mengetuk pintu.
"Pergi kamu,"Emaknya Sari melotot dan marah,menunjuk pada Bi Siti," pergi kamu,awas kalau kamu mengatakan apa yang kamu lihat disini, aku akan membunuhmu,"Emaknya Sari membereskan sesaji dan ia tutupi dan simpan di bawah tempat tidurnya."
Bi Siti diam tertegun,ia jadi ketakutan.
Aku harus menghentikannya kurang ajar,berhenti panas,panas,"Emaknya Sari kembali menutup telinganya,kemudian ia menerjang kearah Bi Siti.
"Akhhhh..."Bi Siti terjerembab kelantai.
Emaknya Sari berlari menuju tempat Mumun,Bapaknya dan kades Jana yang sedang mengaji.
"Berhenti,apa yang kalian lakukan,aku tidak suka ada suara orang ngaji disini, kalau mau ngaji kemushola sana,"Emaknya Sari menatap marah kearah mereka yang sedang ngaji.
"Pak,"Mumun berhenti ngaji ketakutan melihat tatapan Emaknya Sari.
"Biarkan saja,jangan hiraukan,ayo kita teruskan,"pak Komar kembali melanjutkan ngaji,diikuti Mumun dan Jana.
"Akhhhh...,panas,panas aku bilang berhenti,"Emaknya Sari berteriak kemudian berusaha masuk ke dalam ruangan tempat sholat,tapi ketika ia masuk tubuhnya malah terlihat semakin bergetar,iapun menjerit,kemudian pingsan tidak sadarkan diri.
"Pak,bagaimana ini,"Mumun terlihat khawatir.
"Sudah biarkan saja dulu,kita selesaikan ngaji kita.
Setelah selesai mengaji mereka mengangkat tubuh Emaknya Sari kekamar dan diletakkan ditempat tidur sambil dipijat dan diberi minyak angin.
Emaknya Sari membuka matanya,"dimana aku?"
"Uwa dikamar,tadi pingsan,"ujar Mumun sambil memijat kaki Emaknya Sari.
Sedikit demi sedikit ia bisa mengingat apa yang tadi dilakukannya,"sudah-sudah aku sudah baikan,lebih baik kalian pergi aku mau istirahat,"ujar Emaknya Sari,sambil berbalik membelakangi Mumun dan semua orang.
"Tapi Wa."
"Udah Neng,ayo kita pergi,biarkan Uwa mu istirahat," ujar pak Komar.
Paginya pak Komar mendekati Emaknya Sari yang sedang duduk dibelakang sambil menikmati teh,dan melihat kearah pesawahan ia sudah diberitahu Bi Siti perihal sesaji itu.
"Ceu,boleh saya duduk,"pak Komar berdiri disamping Emaknya Sari.
"Duduk saja,tidak akan ada yang melarangmu,ini toh rumah kamu,"jawab Emaknya Sari dengan ketus.
"huhh...,"pak komar menarik nafas panjang menahan kesal,"Ceu apa yang terjadi,apa Ceceu yang melakukannya semua ini,meneror warga desa dan membiarkan arwah Sari membalas dendam, apa Ceceu yang memangil arwah Sari,itu enggak baik,kasian Sari,biarkan dia tenang dialam sana doakan dia,ikhlaskan dia Ceu."
Emaknya Sari menatap tajam kearah pak Komar,"apa kamu tahu,apa yang aku rasakan,apa kamu tahu betapa sakitnya aku menyaksikan anakku mati dengan cara seperti itu,mereka mati dengan cara seperti itu karena perbuatan mereka sendiri."
"Ceu,apa E'ceu sadar Sari juga mati seperti itu karena perbuatan dia sendiri,berapa banyak orang yang sudah dia korbankan,kalau saling membalas seperti ini kapan mau selesai,mereka yang meninggal karena Sari juga tidak akan rela sampai kapanpun Ceu?"
"Brukhhh...."
Emaknya Sari mendorong kursi disamping kanannya,ia berdiri menatap marah kearah pak Komar,"salahkan,Azam,dialah penyebab Sari seperti itu,aku tidak rela dia bahagia,aku ingin dia hancur Komar,hancur dan ingat Komar,kalau kamu dan keluargamu mau selamat jangan campuri urusanku,"Emaknya Sari pergi dari hadapan pak Komar.
"Ya Allah,aku harus bagaimana,bagaimana caraku,menghentikan semua ini,Dede tolong aku,sadarkan kakakmu."Pak komar memegang kepalanya yang terasa berdenyut.
Siang nya,pak komar menghampiri pak ustadz yang sedang berada diladangnya.
"Udah siang ustadz,istirahat dulu,"pak Komar duduk digubug menunggu pak ustadz menghampirinya.
"Eh,pak Komar tumben,ada apa nih sampai nyamperin ke sini?"Pak ustadz mencuci tangan kemudian ia menghampiri pak Komar.
"Ada apa pak,kok kusut sekali,"pak Ustadz kembali bertanya pada pak Komar.
"Aku bingung Ustadz,aku tidak tahu bagaimana cara menghentikan ini semua,"ujar pak Komar.
Pak Ustadz terdiam merenung,kemudian ia menatap pak Komar,"bagaimana kalau besok kita besok kita adakan istighosah meminta keselamatan untuk desa kita pak?"
"Usul bagus itu Ustadz,aku akan membicarakan dengan Jana nanti,tapi aku juga punya kekhawatiran yang lain,"ujarnya.
"Apa itu pak?"
"Pak Ustadz lihat tidak,orang-orang yang meninggal itu ada hubungan nya dengan peristiwa 10 tahun silam."
"Iya pak,tadi pagi Kang Jejen juga datang,kemarin katanya Ica juga didatangi arwahnya Sari,dan mungkin kalau kang Jejen tidak pulang tepat waktu, Ica juga jadi korban."
"Kita harus menghentikan ini,aku khawatir akan ada lagi korban, bagaimana kalau istighosah nanti kita buat air untuk ruqyah rumah dan badan,untuk penjagaan,"ujar pak Komar.
"Boleh pak,usul bagus itu,"ujar pak ustadz.
"Ya udah aku permisi dulu,saya akan bicara pada Jana,"pak Komar pun pamit.
Tapi sejenak kemudian pak ustadz menahannya"Sebentar pak."
Pak komar berbalik dan kembali menghampiri pak ustadz,"iya ada apa ustadz?"
"Oh enggak apa-apa,cuma mau nanya benarkah juragan Karta akan kembali ke desa ini?"
"Oh itu,rupanya sudah dengar juga,yah aku dengar selentingan begitu, terserah dialah Ustadz, asal tidak bikin ulah lagi, yah kita sih silahkan saja,yah udah aku pulang dulu."
"Iya pak silakan."
Sepeninggalan pak Komar,pak ustadz termenung,"sepertinya aku harus meminta tolong,apa Uwa bisa menolong yah,dia kan mengerti hal seperti ini,"pak Ustadz terus membatin.
awal aku ngebayangin daerah karawang, kan daerah penari.
lalu kalau jalur tempuh tengah malam bisa nyampe Banten, berarti deket, antara Bogor atau Sukabumi.
ah jadi lieur kumaha othor wae lah hehehe
up
up
up