"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Pembalasan
Sean dan Sonia kembali ke kamar mereka, Sean ingin melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda tadi karena kedatangan Vanno, ditambah lagi mood Sean hari ini sangat bagus perkara Vanno akan segera menikah dengan Laura bulan depan, jadi rekan bisnisnya itu tidak akan mengganggu Sonia lagi. Sonia yang baru sampai di kamar langsung duduk di sofa dan siap menyantap bakso yang sudah dibelikan Sean tadi.
"Sayang, lanjutin yang tadi yuk." Ajak Sean yang ikut duduk di samping Sonia.
"Nanti dulu, aku mau makan bakso."
"Makannya bisa nanti."
"Mending makan dulu ngak sih, aku udah kepengen banget makan ini dari tadi."
"Nanti aja, aku janji deh, habis kita main nanti kamu bakalan aku ajak ke tempat bakso, biar kamu bisa makan bakso sepuasnya." Bujuk Sean.
"Ya udah deh." Akhirnya Sonia bersedia, Sean tersenyum penuh kemenangan.
Mereka berdua sudah bersiap untuk melakukan hubungan halalnya yang selama setahun lebih tertunda akibat dendam dan sakit hati yang Sean rasakan pada Sonia.
Sean dan Sonia sama-sama melepaskan pakaian mereka, dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu, kini Sonia dan Sean siap untuk masuk ke inti hubungan mereka.
Wajah Sonia terlihat tegang, ketika Sean berusaha untuk menerobos miliknya.
"Pelan-pelan ya." Desis Sonia yang membuat Sean mengerinyitkan keningnya.
"Ini pertama buat kamu?" Tanya Sean yang membuat Sonia begitu tersinggung.
"Udah sana, aku ngak mood lagi berhubungan sama kamu." Sonia mendorong tubuh Sean dan bangkit dari kasur, dia tidak menyangka kalau suaminya akan bertanya seperti itu.
"Jangan ngambek dong, aku kan cuma nanya doang."
"Pertanyaan kamu itu bikin suasana hati aku rusak." Sonia mengenakan pakaiannya kembali dan melenggang keluar meninggalkan Sean yang naked di atas kasur, "emang dia pikir aku suka seks bebas apa." Kesal Sonia sambil menuruni tangga, dia menuju dapur untuk mengambil air minum.
Sean menyusul Sonia ke bawah, hanya denganmengenakan celana boxer tanpa pakai baju, tubuh sixpack nya terlihat jelas. Sonia tidak mempedulikan keberadan Sean saat ini, "jangan ngambek gini dong sayang, ya maaf kalau pertanyaanku menyinggung kamu."
"Udahlah lupain."
"Ya jangan marah dong."
"Aku nggak marah kok."
"Nggak marah apanya, itu wajah kamu nggak enak banget diliat."
"Ya udah, nggak usah diliat, dari awal menikah kan memang kamu nggak suka liat aku."
"Loh kok malah kemana-mana sih."
"Aku capek, mau tidur." Sonia kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamar, Sean hanya bisa menghela nafas dengan kasar, dia sebenarnya bingung mau gimana.
Sean teringat dengan cerita dari istrinya tadi mengenai Gladis dan Nila, dia berniat untuk memberi pelajaran pada mereka berdua dengan caranya sendiri.
*
Sean bersiap dan menuju kamar Sonia, "sayang, aku mau keluar, kamu mau nitip nggak?" Tanya Sean di balik pintu kamar Sonia yang masih terkunci.
"Nggak."
"Aku mau keluar nih, bukain dulu kek pintunya."
"Pergi aja sih, ngapain juga mesti bukain pintu, kan kamu mau keluar bukan mau masuk ke dalam kamar." Jawaban Sonia begitu menohok.
"Oke setelah balik dari luar jangan ngambek lagi, kalo mau apa-apa kamu chat aja." Sonia tidak membalas perkataan Sean lagi, dia sangat marah dan kesal pada suaminya itu.
"Aku pergi dulu, jangan lupa minum obat, kalo ada apa-apa cepat telfon aku."
Sean beranjak pergi dari depan kamar Sonia, dia memasuki mobil dan menuju ke rumah Gladis terlebih dahulu. Sean yang baru keluar dari pagar rumah langsung mendapat panggilan telfon dari Sonia.
Menggeser tombol hijau di layar dan mendekatkan benda pipih itu ke telinga nya, dia takut jika Sonia kenapa-napa.
"Kenapa sayang?" Tanya Sean dengan cemas, dia melambatkan laju mobilnya.
"Kamu mau kemana? Aku ikut ya, maafin aku udah marah-marah sama kamu." Suara Sonia terdengar serak.
"Kamu nangis?" Tanya Sean.
"Maafin aku ya, kamu emang mau kemana?"
"Aku cuma mau keluar kok nyari angin, ya udah aku balik lagi ya, aku putar balik." Sean mematikan telfonnya dan memutar balik mobil untuk kembali ke rumah.
Dia segera menuju kamar Sonia yang ternyata sudah tidak dikunci, "kamu kenapa? Kok nangis? Ada yang sakit?" Tanya Sean.
"Nggak ada, aku nyesal aja udah marah-marah tadi sama kamu, maafin aku ya."
"Udah nggak papa, kita keluar yuk, aku mau nunjukin sesuatu sama kamu."
"Nunjukin apa?"
"Ikut aja ayo." Sonia mengikuti Sean, dia tidak tahu kalau saat ini suaminya itu akan membawanya ke tempat Gladis.
"Kita mau kemana ini?" Tanya Sonia saat sudah memasuki komplek perumahan mewah.
"Ke rumah orang yang udah nyakitin kamu?"
"Hah? Siapa?" Tanya Sonia kaget.
"Gladis."
"Kamu mau ngapain nyamperin dia? Jangan aneh-aneh deh Sean."
"Nggak aneh-aneh kok, kamu duduk manis aja disini dan jangan banyak protes." Sonia hanya mengangguk, dia juga tidak tau apa yang akan dilakukan suaminya itu pada Gladis.
Sean menelfon Gladis dan memintanya untuk keluar, Gladis mau dan keluar dengan wajah sumringah. Dia langsung membuka pintu depan dan kaget melihat Sonia duduk di sana.
"Loh dia ikut?" Tanya Gladis tidak suka dengan kehadiran Sonia.
"Kenapa memangnya? Aku ini istrinya, emang kamu pikir aku mau biarin suami aku berduaan sama kamu." Bentak Sonia tak kalah kesal yang membuat Sean tersenyum.
"Ganggu aja sih."
"Ayo naik, bangku belakang masih kosong kok." Kata Sean, Gladis dengan berat hati memasuki mobil dan duduk di bangku belakang, padahal dari awal Sean mengajaknya keluar, dia berpikir kalau pria itu hanya sendiri dan Gladis bisa bermesraan dengan Sean tapi angannya buyar saat melihat Sonia yang juga ikut dengan Sean.
Sean membawa Gladis ke sebuah gedung terbengkalai, di sana ternyata sudah ada Kenzo dan beberapa anak buahnya.
Mereka bertiga keluar dari mobil yang mana Sonia dan Gladis kelihatan bingung.
Sonia seketika takut saat ini, dia sangat takut jika Sean akan menyakiti dirinya. Gladis menghampiri Kenzo dengan sok akrab namun Kenzo terlihat cuek dan dingin. Sonia tidak melanjutkan langkah kakinya, dia kembali masuk ke dalam mobil, Sean menyusul Sonia dan melihat kalau istrinya sedang ketakutan.
"Kamu kenapa? Kok pucat gini?" Tanya Sean dengan tangan yang menyentuh wajah Sonia.
"Maafin aku Sean, aku minta maaf ya udah marah-marah sama kamu tadi, kalau kamu mau nyiksa aku jangan di sini dan jangan suruh anak buah kamu, kamu aja yang mukulin aku nggak papa." Sean yang menyadari ketakutan istrinya merangkul Sonia dalam pelukannya dan menenangkan Sonia.
"Siapa juga yang mau nyiksa kamu, aku ngak bakalan nyakitin kamu kok, percaya sama aku." Kata Sean meyakinkan Sonia.
"Terus ngapain ke sini? Mana tempatnya seram lagi."
"Ikut denganku, kamu akan tau apa yang akan terjadi disini, nggak usah takut, ada aku di sini." Sonia menatap wajah Sean, lalu mengangguk untuk mau ikut dengan suaminya itu.
Mereka berdua keluar mobil, Kenzo mendekati Sonia dan tersenyum hangat, "takut ya? Kamu tenang aja, ngak bakalan ada yang nyakitin kamu di sini." Kata Kenzo yang membuat hati Sonia menjadi tenang.
"Emang kita mau ngapain sih?" Tanya Gladis pada Kenzo dan Sean, mereka berdua menatap Gladis dengan remeh.
"Mau senang-senang lah, ngapain lagi coba." Jawab Kenzo.
"Pilih tempat yang bagus dong, masak di sini." Protes Gladis.
"Tempat ini sangat pas buat kita bersenang-senang dengan sampah sepertimu." Kata Sean.
"Sean, kok kamu ngomongnya gitu." Timpal Sonia.
"Kalian ngerencanain apa sih?" Gladis mulai curiga dengan Kenzo dan Sean.
"Kan udah dibilang, mau senang-senang, bawel amat jadi orang. Nikmatin aja kenapa sih." Jawab Kenzo dan tak lama dari itu beberapa anak buah Kenzo datang membawa Nila dengan paksa, Sonia sekarang sadar kalau suaminya pasti akan membalaskan perbuatan Gladis dan Nila pada dirinya dulu.
"Sean, jangan bilang ini semua kamu lakuin buat balas mereka karena aku cerita sama kamu tadi." Kata Sonia.
"Iya, siapapun yang nyakitin kamu, harus terima akibatnya, sudah pernah aku bilang, kalau hanya aku yang boleh nyakitin kamu, orang lain nggak boleh." Jawab Sean.