Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Saat ini Toyib mulai meraba tubuh Namira yang semuanya sudah di tutup menggunakan selimut tebal, dengan hasrat yang sudah tidak bisa di pendam lagi, namun ketika dia hendak meraba tubuh Namira, tangannya merasakan hal yang ganjal, terhadap tubuh ibu hamil itu.
"Hah! Kok tubuh Namira empuk seperti ini sih," gumamnya sendiri, sambil melanjutkan aksinya meraba tubuh Namira.
Lama-lama lelaki itu merasa aneh sendiri karena sedari tadi Namira tidak ada respon padahal dirinya sudah menantikan respon yang mengejutkan dari Namira, karena merasa penasaran Toyib mulai menyibak selimut Namira menggunakan tangan kanannya.
"Aaagrh ... Berengsek sialan dasar perempuan culas .... Anj*Ng kau ....!" teriaknya menggema ke seluruh ruangan rumah Namira.
"Heh, itu si Toyib kenapa?" tanya Asep.
"Gak tahu, mungkin sedang kesusahan memasukan bat*ngnya," sahut Didit.
"Yib, cepetan jangan lama-lama kita juga mau," ucap Asep yang terdengar jelas di telinga Toyib.
"Mau apa, perempuan sialan itu sudah kabur dan dari tadi aku di bohongi dengan bantal dan guling!" teriak Toyib dari dalam kamar.
"Apa!" pekik kedua temannya lalu mulai membuka pintunya.
Mereka langsung tertawa menertawakan Toyib yang sudah bertelanjang, tanpa memakai sehelai benang apapun.
"Ha ... Ha ... Ha, nasib lu apes banget Yib," ejek Asep.
"Iya nih birahi udah memuncak masak cuma ada guling dan bantal." Mereka pun saling menertawakan Toyib sampai terbahak-bahak.
"Kurang ngajar berani-beraninya kalian menertawakan ku, sekarang cepat kejar di mana larinya perempuan bunting itu!" perintah Toyib dengan amarah.
"Iya bener juga, ayo kita kejar perempuan bunting itu," ucap Didit sambil berlari ke arah belakang.
Dan benar ketika mereka sudah sampai dapur pintu dapur terbuka begitu saja, sehingga membuat dua orang itu berlari mencari keberadaan Namira.
"Wah kayaknya perempuan itu sudah kabur," ucap Asep.
"ya sudah ayo kita kejar paling perempuan itu masih belum jauh," sahut Didit sambil berlari mencari-cari keberadaan Namira.
Sedangkan perempuan hamil itu saat ini tengah berjalan menuju ke kostan sahabatnya itu, dengan langkah yang terburu-buru karena berlari pun tidak mungkin dengan perut yang buncit seperti ini, Namira pun sejenak menghembuskan nafasnya karena merasa lelah dan ngos-ngosan.
"Ya Allah ujian apa lagi ini, sekarang rumahku sudah tidak aman," ucapnya sambil berjalan menyusuri jalanan kota yang di penuhi kendaraan berlalu lalang.
*****
Namira hendak buang air kecil ke kamar mandi, tiba-tiba saja dia mendengar suara bising di depan rumahnya, setelah dia lihat dari kejauhan ternyata ada tiga orang pemuda yang hendak mencongkel jendela rumahnya.
Namira mencoba untuk mendekat dan ternyata dia mendengar dengan telinganya sendiri kalau ketiganya ingin berbuat hal senonoh terhadap dirinya dan ini yang membuat dia perlahan menjauh dan memilih untuk keluar melalui pintu belakang.
"Aku harus segera pergi dari rumah ini sebelum mereka tahu keberadaanku," gumam wanita itu sambil memegangi perut buncitnya.
Namira pun mulai melangkahkan kakinya ke kamar untuk mengambil tas yang berisi handphone dan uang, juga terpikir di benaknya untuk mengelabuhi tiga orang tersebut menggunakan bantal dan guling yang sudah tertutup dengan selimut.
"Rasakan ini cowok berengsek," tekan Namira sambil meninggalkan kamarnya.
Namira pun terus berhati-hati keluar dari rumahnya itu, hingga sekarang dia sudah berada di dekat kostan temannya itu, dan mulai mengetuk pintu dalam keadaan malam yang sudah larut seperti ini.
"Tok ... Tok ... Tok." pintu pun di ketuk tapi sang pemilik rumah tidak segera membukakan pintu, mungkin karena sudah capek jadi tidak kedengaran.
"Ya Allah mungkinkah kak Loly masih tertidur," gumamnya sendiri.
Karena tidak dapat respon dari pemilik rumah akhirnya Namira memilih tidur di teras Kostan yg cukup dingin ini.
"Semoga saja malam ini tidak turun hujan, ah kak Loly di telepon pun nomornya tidak aktif," ucapnya sendiri.
Namira berharap hujan di malam ini tidak turun, namun ternyata dugaannya salah, hujan tiba-tiba turun begitu lebat membuat perempuan hamil itu mulai kedinginan dan menggigil, beruntung ada kursi usang yang di taruh di teras tersebut sehingga bisa menopang tubuhnya dari dinginnya lantai keramik.
"Ya Allah hujan begitu lebat semoga saja aku kuat menahan kedinginan ini," ucapnya sambil menyilangkan tangannya diatas dada.
Suara rintik hujan tiada terdengar perempuan hamil itu sibuk mencari kehangatannya sendiri dengan cara tidur miring membelakangi tetesan air hujan yang turun melalui atap teras, beruntung daster yang di gunakan cukup longgar sehingga bisa menutupi tubuhnya dari hembusan angin malam.
"Bismillah, semoga aku bisa tidur dalam keadaan seperti ini ya Allah," ucapnya dengan nada yang sedikit gemetar karena kedinginan.
******
Keesokan harinya, Loly mulai membuka pintu kost nya, karena memang pagi-pagi ini dia ingin berbelanja ke warung untuk membeli bahan-bahan dapur yang sudah hampir habis, dan siapa sangka dirinya malah di kejutkan dengan tubuh seseorang yang sedang berbaring di depan kost-nya.
"Hah, itu orang siapa?" tanyanya sendiri, sambil mencoba mendekat.
"Mbak, bangun ini sudah pagi," ucap Loly dengan sopan.
"Heeemb, Kak Loly," sahut Namira sambil menghadap ke arah Loly dengan mata yang masih terpejam.
"Astaga! Namira aku pikir kau siapa," dengus Loly dengan kesal.
"He he, maaf ya Mbak sudah bikin kaget," ucap Namira sambil tertawa.
"Kamu ini, lagian kenapa sih bisa ada di depan kost-an seperti ini," omel Loly.
"Tadi malam aku datang ke sini dan aku sudah ketuk pintu, tapi Kak Loly tidak menyahut, ya sudah aku tidur di sini saja," sahutnya dengan enteng.
"Astaga! Namira, kamu itu sedang hamil malah tidur di luar udah gitu tadi malam hujan begitu lebat kenapa tidak membangunkan aku sih," cerocosnya sambil mempersilahkan Namira masuk untuk meneruskan tidurnya sudah sudah ter jedah itu.
"Ya sudah tidur lagi," titah Loly.
"Enggak ah, aku mau shalat dulu mumpung masih ada waktunya," tolak Namira yang membuat hati Lolly adem dengarnya.
'Ya Allah terima kasih akhirnya Namira sudah mulai menerima takdir hidupnya, semoga senantiasa dia selalu ingat padamu Ya Allah,' ucap Loly di dalam hatinya.
"Ya sudah kalau begitu Kakak, pamit mau belanja di warung dulu ya," ijin Loly, yang diangguki oleh Namira.
Namira pun mulai mengambil air wudhu untuk melakukan shalat wajibnya yang dua raka'at itu, pagi ini dia begitu sangat-sangat bersyukur, karena sudah terbebas dari kejadian tadi malam yang teramat menyakitkan bagi perempuan hamil itu.
"Ya Allah terima kasih sudah, melindungi ku dari kejahatan orang-orang tadi malam, semoga saja aku selalu terjaga dari dosa besar itu lagi, sudah cukup aku berbuat dosa yang akhirnya menjerumuskan diriku sendiri, semoga saja engkau selalu melindungi ku di manapun tempat ku berada," pinta Namira di dalam doanya.
Catatan penulis:
Selamat siang semua. Tetap ikuti kisah Namira ya, dan jangan lupa selaku dukung author melalui like komen dan Vote terima kasih 🙏🙏🙏❤️❤️❤️
Lanjut thor
perjuangan seorg ibu dr 2 org anak yg super tangguh & kuat menghadapi kerasnya hidup.
jauhkan jauhkan