Layaknya matahari dan bulan yang saling bertemu disaat pergantian petang dan malam, namun tidak pernah saling berdampingan indah di langit angkasa, seperti itulah kita, dekat, saling mengenal, tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.
Aku akan selalu mencintaimu layaknya bulan yang selalu menemani bintang di langit malam. Diantara ribuan bintang di langit malam, mungkin aku tidak akan pernah terlihat olehmu, karena terhalau oleh gemerlapnya cahaya bintang yang indah nan memikat hati itu.
Aku memiliki seorang kekasih saat ini, dia sangat baik padaku, dan kita berencana untuk menikah, tetapi mengapa hatiku terasa pilu mendengar kabar kepergianmu lagi.
Bertahun-tahun lamanya aku menunggu kedatanganmu, namun hubungan kita yang dulu sedekat bulan dan bintang di langit malam, justru menjadi se-asing bulan dan matahari.
Kisah kita bahkan harus usai, sebelum sempat dimulai, hanya karena jarak yang memisahkan kita selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roshni Bright, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usai Sebelum Dimulai
Aisyah mengambil pesanan Mereka, sedangkan yang lainnya duduk menunggu makanan.
Mereka berfoto bersama dan setelah itu menghabiskan makanan Mereka.
Setelah menghabiskan makanan, Mereka pulang ke rumah masing-masing.
Walaupun usia Jolie sudah menginjak remaja, namun tetap saja, Jolie masih seperti anak kecil saat bersama dengan Aisyah.
Jolie dan Aisyah main kejar-kejaran, hingga Jolie yang tidak menyadari sudah sampai di jalan raya pun hampir tertabrak oleh mobil.
Aisyah mendorong Jolie, agar Jolie tidak tertabrak dan Ia pun terjatuh, namun keberuntungan masih berada di pihaknya, karena mobil itu berhasil mengerem sebelum sempat menabraknya.
Ibu Aisyah dan Jolie segera berlari menolong Mereka yang terjatuh.
Pengemudi mobil juga turun untuk melihat keadaan Mereka.
“Kalian gak kenapa-kenapa?” tanya pengemudi mobil yang ternyata Raymond.
“Gak apa-apa kok!” jawab Aisyah tersenyum dan menoleh ke arahnya.
“Ray,” ucap Aisyah terkejut melihatnya.
“Ya ampun! Aisyah!” ucap Ray terkejut dan segera menolongnya, namun Aisyah menepis tangan Raymond.
Ibunya sontak terkejut, karena tidak mengetahui jika hubungan Aisyah dan Ray telah lama berakhir.
“Mas! Ayok! Ngapain di sana! Cepetan!” pinta seorang Wanita ke luar dari dalam mobil dan menghampirinya.
“Lho? Aisyah? Jadi yang ketabrak tadi itu Kamu? Kenapa gak mati aja sekalian ya?” tanya Zehra Elvaretta.
“Zehra,” ucap Ray menatapnya.
“Ray, siapa Dia?” tanya Ibu Aisyah menunjuk Zehra.
“Saya Calon Istrinya,” jawab Zehra.
“Lho? Calon Istrinya?” tanya Ibu Aisyah terkejut.
“Iya, kenapa ya Bu?” tanya Zehra.
“Aisyah, Ray, ada apa ini sebenarnya?” tanya Ibu Aisyah.
Aisyah dan Ray nampak kebingungan harus menjawab apa.
“Aisyah, jawab!” pinta Ibunya.
“Sebenarnya, Aisyah dan Ray sudah lama berpisah Bu,” jawab Aisyah menundukkan kepalanya.
“Pisah? Kenapa? Bukannya sebentar lagi Kalian akan melaksanakan pernikahan?” tanya Ibunya menatap Aisyah dan Ray bergantian.
“Memang benar Bu, Ray berjanji akan melamar Aisyah bulan depan, tapi ternyata, Ray berselingkuh dengan Wanita Itu!” jawab Aisyah menatap Zehra.
“Oh jadi Kamu selingkuhannya Ray? Apa tidak ada Pria lain di luar sana? hingga Kamu harus merebut Calon Suami Orang Lain?” tanya Ibu Aisyah menatap Zehra.
“Calon kan? Baru Calon Istri kan? Bukan Istrinya? Jadi saya masih berhak untuk mendekati Ray! Ibu dengar ya, jangan ikut campur di dalam hubungan saya dan Ray! Karena sebentar lagi, Kami akan menikah!”
“Baru akan kan? Belum menikah? ingat Nak, hukum tabur tuai itu nyata adanya! Apa yang Kamu tuai, itulah yang akan Kamu dapatkan! Ayok Aisyah, Jolie, Kita pulang!” ajak Ibu Aisyah mengajak Mereka pulang.
Setibanya di rumah, Ibu Aisyah langsung menanyakan hal itu lebih lanjut lagi pada Aisyah.
Mereka duduk di ruang tamu untuk membicarakan hal tadi bersama.
“Aisyah,” panggil Ibunya.
“Iya Bu,” jawab Aisyah menatapnya.
“Ibu mau tanya sesuatu padamu,” ucap Ibunya.
“Apa Bu?” tanya Aisyah.
“Sejak kapan Kamu putus dari Ray?” tanya Ibunya.
“Baru beberapa bulan yang lalu,” jawab Aisyah.
“Karena Wanita itu?”
“Iya Bu!”
“Ya sudah kalau seperti itu, lupakan saja Pria itu.”
“Iya Bu! Tapi Aisyah merasa heran Bu pada hati Aisyah sendiri.”
“Ada apa memangnya Nak?”
“Aisyah berpacaran sama Ray, dan Ibu juga tahu itu, tapi ada satu hal yang Aisyah sendiri tidak mengerti akan hal itu. Aisyah menjalin hubungan Ray, tapi hati dan pikiran Aisyah terkadang memutar memori indah bersama dengan Ji-hyeon. Apa itu artinya Aisyah mencintai Ji-hyeon?”
“Terkadang, seseorang mengingat memori-memori masa lalunya, bukan karena mencintai orangnya, namun, hanya merindukan kenangannya saja. Kenangan indah, maupun buruk, akan selalu tersimpan di dalam memori seseorang, tapi jika hatimu menyebut namanya, itu artinya Kamu mencintainya.”
“Aku tidak tahu mengapa Bu, saat pertama kali Ji-hyeon pergi, aku berharap Dia akan kembali, dan benar saja, Ji-hyeon kembali ke sini, namun harapanku tidak terkabulkan. Ji-hyeon kembali bukan untukku, karena sejak Ji-hyeon kembali ke sini, hubungan Kita menjadi sangat asing, seperti dua orang yang tidak saling mengenal satu sama lainnya.”
“Jadi, selama ini, Kamu menunggu kedatangan Ji-hyeon?”
“Iya Bu! selama ini, Aisyah selalu berharap, jika hubungan Aisyah dan Ji-hyeon akan kembali seperti semula, namun nyatanya, itu hanyalah harapan kosong...”
“... bahkan, hingga saat ini, Aisyah masih mencintainya. Aisyah tahu, Aisyah sadar, jika Ji-hyeon telah meninggal dunia, tapi Aisyah tidak bisa membohongi hati Aisyah sendiri Bu, Aisyah mencintai Ji-hyeon. Aisyah ingin bersama dengan Ji-hyeon selamanya,” ucap Aisyah menangis tersedu-sedu.
Ibunya langsung memeluknya dan mengelus-elus punggungnya.
“Istighfar Nak! Kami harus ingat, Ji-hyeon sudah meninggal dunia, lupakan Dia! Ikhlaskan kepergiannya! Doakan Dia! Doakan selalu Dia, jika memang Kamu benar-benar mencintainya,” ucap Ibunya.
“Namun kenyataan tidak semudah itu Bu!”
“Ibu ngerti Nak! tidak mudah melupakan seseorang disaat hati Kita masih sering menyebut namanya, perlahan-lahan, takdir pasti akan menghapuskan perasaanmu padanya.”
“Enggak Bu! Aisyah sudah sering mencobanya, namun tetap saja gagal! Seandainya Ibu tahu, jika sebenarnya, Aisyah mencintai Ji-hyeon semenjak Kita masih kecil dulu.”
Mendengar hal itu, sontak membuat Ibunya terkejut.
“Jadi selama ini, Kamu menjalin hubungan dengan Kekasih Kamu, tanpa adanya perasaan sedikitpun padanya?”
“Aisyah mencintai Ray, namun Aisyah juga berharap jika hubungan Aisyah dan Ji-hyeon kembali seperti semula. Nama Ji-hyeon seperti punya tempat tersendiri di dalam hati Aisyah, Bu!”
“Sudah ya Nak! Lupakan Ji-hyeon! Ikhlaskan kepergiannya! Jika Kamu benar-benar mencintainya, biarkan Dia pergi dengan tenang ke alam barunya. Jangan buat Ji-hyeon bersedih di sana, karena terus melihatmu bersedih, sembari menyebut namanya dan mengingat segala tentangnya. Jika Kamu rindu padanya, doakan Dia!”
“Aisyah ngerti Bu! Tapi Ibu yang tidak mengerti bagaimana perasaan Aisyah!” ucap Aisyah yang langsung pergi ke kamar meninggalkan Ibunya.
“Aisyah,” panggil Ibunya.
Aisyah hanya menoleh sekilas, dengan terus berjalan pergi meninggalkan Ibunya.
Aisyah mengunci pintu kamarnya dan terjatuh dengan tubuhnya yang bersandar di pintu.
Aisyah menangis tersedu-sedu, sembari melepaskan hijab yang Ia pakai.
Aisyah mengacak-acak rambutnya dan bahkan memukul-mukul kepalanya sendiri.
“Aaaaaa!” teriakan Aisyah tertahankan.
Aisyah bangkit dari tempatnya dan mengambil bingkai foto dirinya dan Ji-hyeon yang ada di atas meja.
“Aku mohon, kembalilah padaku! Jangan tinggalkan aku sendirian di sini Ji-hyeon! Aku mencintaimu!” teriak Aisyah menatap bingkai foto dirinya dan Ji-hyeon.
Aisyah memeluk bingkai foto itu dan masih nampak tertekan atas kematian Ji-hyeon.
“Mengapa hubungan Kita harus Usai bahkan Sebelum sempat Dimulai?” tanya Aisyah menatap foto Ji-hyeon dan mengelus fotonya.