Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa curiga
Setelah selesai makan, Diva dan si kembar berbelanja.
"Mommy, Ram mau ke toilet dulu," tanpa menunggu jawaban dari Mommy nya Ram sudah berlalu menuju toilet.
"Roy, susul adikmu ke toilet jaga dia." perintah Diva.
"Baik mom." Roy pun berlari mengejar adiknya.
Bruuk ...
"Aww," Roy terduduk karena menabrak seseorang karena terburu-buru.
"Kamu tidak apa-apa? Maaf om tidak lihat," kata Robert. Roy mendongak menatap tajam kearah Robert.
Deg ... Robert mematung melihat wajah dan tatapan bocah laki laki itu. Tanpa berkata Roy bangkit dan langsung berlalu menyusul adiknya. Robert yang masih di situ belum menyadari kalau bocah yang menabraknya sudah tidak ada di tempat itu.
"Wajah bocah itu dan tatapan matanya kenapa persis seperti tuan muda?" Batin Robert.
Robert tersentak kaget saat handphone nya berdering. Robert pun menjawab panggilan yang ternyata dari tuan muda nya.
"Ha-halo tuan."
"Dimana kamu, kenapa lama sekali?"
"Sa-saya ke toilet tuan,"
"Kenapa kamu gugup? Kita kembali ke kantor sekarang."
Belum sempat Robert menjawab panggilan sudah terputus secara sepihak. Kebetulan Darmendra dan Robert ada pertemuan dengan klien nya di restoran mall tempat Diva dan anaknya makan. Karena Darmendra berada di ruangan private jadi ia tidak bertemu si kembar.
Sedang kan Roy dan Ram sudah kembali dari toilet dan bergabung dengan Mommy juga saudara-saudara nya.
"Sudah selesai belanja nya, Mommy?" tanya Ram.
"Sudah, ayo kita pulang," ajak Diva.
Tiba di parkiran mobil ada segerombolan preman datang menghampiri mereka.
"Serahkan uang kalian," perintah salah satu preman itu. Si kembar sama sekali tidak merasa takut.
"Kalau mau uang, kerja sana." Diva bukan nya takut malah menantang preman itu.
"Heh Om jelek, kita tidak punya uang." Roy berkacak pinggang.
"Bohong, kami lihat tadi di tempat permainan kalian membawa uang banyak dan memberikan nya pada orang di tempat permainan itu."
"Om jelek kalau mau uang harus kerja, masa kalah sama kami yang hanya anak kecil." ucap Ram.
"Ahh, banyak bacot." Satu orang maju hendak merampas tas di tangan Diva. Namun dengan gesit Rasya menendang tangan preman itu.
"Akh...." Preman itu menjerit karena tendangan bocah bukan main kuat. preman itu memegangi pergelangan tangan nya.
"Kalian cuma empat orang, sedangkan kami delapan orang." Rakha.
"Untung mommy kami tidak ngamuk, kalau sampai mom kami ngamuk kalian akan berakhir di rumah sakit bahkan bisa koma." Raffa.
Mendengar hal itu ke-tiga rekan preman itu mengurungkan niatnya untuk menyerang si kembar.
Sedang kan ketua preman itu masih kesakitan dan tangan nya gemetar. Si kembar dan Diva masuk ke dalam mobil dan segera pergi meninggalkan tempat itu.
"Pengganggu ada di mana mana," Ray.
"Tapi sepertinya mereka butuh uang deh Ray." Ram
"Semua orang juga butuh uang, Ram." Ren.
"Iya tapi cara nya tidak begitu, bukan dengan cara merampok," Rakha.
"Sudah, sudah kalian cari tau preman tadi, siapa tau mereka punya keluarga yang memang butuh uang. Kalian tau sendiri kan kalau cari kerja itu susah. Jadi mereka melakukan jalan pintas dengan cara begitu mereka bisa dapat uang cepat," kata bijak Diva.
"Apa yang akan mommy lakukan dengan mereka?" tanya Ray.
"Mommy akan kasih mereka pekerjaan, tapi cari tau dulu latar belakang mereka. Kebetulan mommy butuh satpam."
"Baik mom," jawab mereka serentak.
Akhirnya mereka tiba di rumah kediaman mereka. Karena banyak belanjaan jadi mereka harus bolak-balik mengangkat belanjaan.
"Mom kita ke kamar dulu ya" kata si kembar. Mereka berlarian berebut memasuki lift untuk menuju kamar masing-masing.
...****************...
Darmendra dan Robert sudah tiba di perusahaan. Robert terus mengikuti bos nya itu. Darmendra masuk ke ruangannya dan duduk di kursi kebesaran nya. Robert duduk di sofa.
"Ada yang mau kamu bicarakan padaku?" tanya Darmendra to the point. Ia tau dari gelagat asisten pribadi nya itu pasti ada yang ia katakan.
"hmm...Tuan,"
"Katakan!"
"Tuan, tadi sewaktu di mall saya melihat anak sekitar 7 tahun, dan sangat mirip dengan wajah tuan. Saya sempat curiga kalau itu adalah anak tuan."
Braak ... Darmendra menggebrak meja, hingga Robert terlonjak kaget.
"Mengapa baru bilang sekarang?"
"Ma-maaf tuan."
"Apa kamu memotret anak itu?"
"Tidak tuan, saya belum sempat memotret nya tapi anak itu sudah pergi."
"Kita kembali ke mall." Robert dan Darmendra berjalan tergesa gesa.
Para karyawan pun merasa heran namun tidak ada yang berani bersuara untuk sekedar bertanya, bisa kena pecat mereka.
Robert mengendarai mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata, karena perintah sang bos yang ingin cepat cepat sampai ke mall.
Keduanya sampai di parkiran, Darmendra turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Dengan langkah lebar ia menyusuri mall itu. Robert yang menyusul di belakangnya juga tergesa-gesa.
"Dimana kamu menemukan nya?"
"Di lantai dua tuan." Darmendra hendak menuju lantai dua namun di cegah oleh Robert.
" Tuan, sebaiknya kita ke ruangan cctv, agar kita mudah menemukan nya."
"Ayo!" Mereka menuju ruang cctv. Karena mall ini milik nya jadi tidak sulit bagi Darmendra memasuki ruangan cctv itu.
"Coba putar kembali rekaman cctv 2 jam yang lalu."
Penjaga cctv itu segera memutar rekaman cctv. Tidak sulit menemukan anak anak itu karena memang di sorot kamera cctv di setiap mall tersebut.
Dari mereka masuk, sampai mereka bermain dan membagi kan boneka, makan di restoran sampai Roy yang menabrak Robert semua terekam di situ.
"Itu tuan anak yang menabrak saya."
"Coba di zoom," pinta Darmendra.
Petugas cctv itu pun memperbesar gambar nya. Darmendra terdiam melihat anak yang sangat mirip dengan wajah nya.
"Apakah itu anakku? mengapa ada tujuh?" batin Darmendra.
"Kirim rekaman cctv itu ke ponsel saya," pinta Darmendra.
"Baik tuan." Petugas cctv itu langsung mengirim rekaman cctv itu ke ponsel Darmendra.
"Sekarang kita pulang!" Perintah Darmendra pada asisten nya.
Di dalam mobil...
"Menurut mu, apakah mereka anak anakku?"
"Dari tadi saya sudah curiga bahwa mereka itu anak tuan."
"Benar kah?"
"Benar tuan, melihat wajah dan tatapan matanya saja sudah membuat saya curiga."
"Tapi wanita tadi bukan istriku, kenapa bisa bersama anak anak ku?"
"Bisa jadi wanita itu yang merawat anak tuan," kata Robert bijak.
"Hmmm... Masuk akal." Kemudian Darmendra teringat akan mimpi nya.
"Setidaknya kita sudah ada titik terang tuan."
"Kamu benar, aku sering bermimpi di datangi istriku, katanya dia sudah tenang di sana dan ada seseorang yang menjaga anak anak."
"Apa mungkin nyonya muda sudah meninggal, tuan?"
"Aku rasa juga begitu, lalu bagaimana dengan Monica?"
"Dia pergi keluar negeri tuan."
Tak lama mereka tiba di mansion keluarga Henderson. Darmendra dan Robert segera turun dari mobil.
Nyonya Vera yang sudah tau suara mobil anak nya segera membuka kan pintu. Melihat Mommy nya ada di depan pintu, Darmendra langsung memeluk Mommy nya.
Vera yang merasa heran karena tidak biasa nya putra nya begini.
"Mom, aku menemukan mereka, anak anakku masih hidup Mom," Vera berusaha mencerna kata kata putra nya.
"Sebaiknya kita duduk dulu," pinta Vera.
Kemudian Darmendra pun duduk di sofa ruang tamu.
.
.
.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇
wellcome😘😘
tapi gakpapa sih
aku se7 tunggu mereka dewasa barulah diberitahu