Datang sebagai menantu tanpa kekayaan dan kedudukan, Xander hanya dianggap sampah di keluarga istrinya. Hinaan dan perlakuan tidak menyenangkan senantiasa ia dapatkan sepanjang waktu. Selama tiga tahun lamanya ia bertahan di tengah status menantu tidak berguna yang diberikan padanya. Semua itu dilakukan karena Xander sangat mencintai istrinya, Evelyn. Namun, saat Evelyn meminta mengakhiri hubungan pernikahan mereka, ia tidak lagi memiliki alasan untuk tetap tinggal di keluarga Voss. Sebagai seorang pria yang tidak kaya dan juga tidak berkuasa dia terpaksa menuruti perkataan istrinya itu.
Xander dipandang rendah oleh semua orang... Siapa sangka, dia sebenarnya adalah miliarder terselubung...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Tertipu
Mereka kini hendak melanjutkan perjalanan ke tempat lain untuk mempertemukan Xander dengan Sebastian Ashcroft.
Xander tidak sengaja tertidur setelah berganti pakaian. Saat terbangun, ia sudah berada di sebuah tempat di mana beberapa pesawat berada.
Govin membawanya menuju sebuah pesawat. Interior di dalamnya begitu menakjubkan dan memanjakan mata. Bahkan, lebih indah berkali-kali lipat dibanding rumah keluarga Voss.
Xander terus waspada selama dalam perjalanan, tetapi selama itu pula ia tidak merasa Govin akan bertindak macam-macam. Pesawat turun di sebuah halaman luas saat waktu menunjukkan tepat tengah malam.
Xander begitu takjub dengan halaman dan taman rumah yang dikunjunginya saat ini. la tidak bisa berhenti berdecak kagum ketika Govin dan bawahan-bawahannya membawanya untuk memasuki rumah, lebih tepatnya istana yang dikelilingi cahaya menyilaukan.
"Selamat datang di kediaman keluarga Ashcroft, Tuan." ucap Govin sambil membungkuk ketika pintu rumah terbuka dari dalam.
Xander terkejut ketika hampir sekitar lima puluh orang lebih membungkuk hormat padanya.
Sepanjang hidupnya selama tiga puluh tahun, ia tidak pernah mengunjungi rumah semewah ini, termasuk mendapatkan perlakuan seperti ini. Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Saat Xander mencoba mencubit lengannya, ia merasa kesakitan.
Keterkejutan masih tampak di wajah tampan dan menawan Xander ketika memasuki rumah atau istana ini. Kekagumannya seakan sulit dijabarkan oleh kata-kata. Rumah ini jauh lebih indah berkali-kali lipat dari rumah keluarga Voss atau rumah-rumah keluarga lain yang pernah dirinya kunjungi.
Govin mengantar Xander menuju lantai atas menggunakan elevator. Xander tiba-tiba merasa gugup dan takut saat Govin memberitahunya bahwa ia akan segera bertemu dengan ayahnya. Sampai sejauh ini tidak ada tindak-tanduk Govin yang mencurigakan.
Tuan Alexander, mohon tunggu sebentar di sini. Aku akan memberi tahu kedatangan Anda pada Tuan Sebastian," ujar Govin yang kemudian memasuki sebuah ruangan.
Xander menunggu di luar selama beberapa menit. la memilih untuk berjalan-jalan di sekitar ruangan yang baru saja dimasuki Govin.
Terdapat beberapa penjaga di sekitar ruangan. Xander tahu jika mereka mengawasi dan membicarakan nya, tetapi ia lebih memilih mengabaikan mereka.
"Ini...." Xander terkejut saat melihat sebuah foto keluarga yang tergantung di dinding. Gambar itu memperlihatkan dua orang pria cukup berumur yang terlihat sangat mirip dengannya. Hatinya berdegup kencang, dan pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab.
“Mungkinkah dia adalah ayahku?” gumamnya, menatap pria di sebelah kiri foto. Wajahnya begitu serupa dengan wajah Liam, membuatnya yakin bahwa ini lebih dari sekadar kebetulan.
Xander menepuk-nepuk pipinya untuk mengembalikan kewarasannya. Sampai saat ini ia masih belum sepenuhnya mempercayai semua ini.
Namun, matanya kemudian beralih ke sosok pria di sebelah kanan. “Tapi siapa orang yang ada di sampingnya?” batinnya
Selama ini Xander dikenal sebagai menantu sampah keluarga Voss di kota Skyline city. Cibiran dan hinaan terus datang padanya di mana secara terang-terangan keluarga Voss ingin mengusirnya dari keluarga. Rasa cintanya pada Evelyn dan janjinya pada Ethan-lah membuatnya bertahan.
Namun, lihatlah kemiripan dirinya dengan sosok di dalam foto besar di dinding itu. Mungkinkah ucapan Govin mengenai dirinya yang merupakan anak dari seorang pemimpin keluarga Ashcroft pewaris utama keluarga terkaya di negara ini adalah benar adanya? Siapa pun termasuk dirinya tentu tidak akan langsung mempercayainya. Masih ada kemungkin jika semua ini adalah rekayasa, pikir Xander.
Di dalam ruangan, Govin tiba-tiba berlutut ketika sudah berada di dekat ranjang yang ditempati oleh Sebastian Silverstone.
"Berita apa yang kau bawa, Govin?" tanya Sebastian dengan suara lemah, sama sekali tidak ingin berbalik.
Sorot matanya begitu kosong. Ia memiliki segalanya dalam genggaman tangannya saat ini, tetapi ia tidak bisa menemukan orang yang mereka cari hingga saat ini. Itu benar-benar tidak sebanding dan membuatnya tidak bahagia.
"Aku berhasil menemukan Tuan Alexander, Tuan. Saat ini, dia sedang menunggu di luar," ujar Govin sembari mendongak.
"Kau pasti bercanda?" Ucap Sebastian buru-buru turun dari ranjang saking terkejut dengan ucapan tersebut.
"Aku akan langsung membunuhmu jika kau mempermainkanku, Govin." Ancam Sebastian.
"Tuan tentu tahu jika aku tidak mungkin berani melakukan hal itu." balas Govin.
"Bagaimana kau menemukannya, Govin?" tanya Sebastian dengan wajah berseri-seri bercampur terkejut.
"Aku berhasil melacak keberadaan Tuan Alexander melalui sinyal yang dikirimkan cincinnya ke cincin yang tuan temukan. Tuan, sepertinya Tuan Alexander sudah menjalani hari-hari yang berat selama ini. Menurut informasi yang aku dapatkan, dia adalah menantu dari keluarga Voss dan mendapat perlakuan buruk dari mereka."
"Berani sekali keluarga rendahan itu memperlakukan keponakanku seperti sampah." Sebastian menatap geram, tetapi tak lama setelahnya kembali dipenuhi kebahagiaan.
Keponakan?
"Segera bawa dia ke hadapanku sekarang juga. Aku ingin tahu seperti apa dia sekarang."
"Baik, Tuan." Govin langsung meninggalkan ruangan.
Sementara itu, Sebastian Ashcroft segera mengganti pakaiannya dengan busana yang pantas. la seolah lupa dengan keadaan tubuhnya yang sedang dalam kondisi sakit keras. Wajahnya memancarkan kebahagian.
"Samuel! Lydia, akhirnya aku kembali bertemu dengan putra kalian." ucap Sebastian menyeka air mata ketika melihat foto sepasang kekasih digenggamannya.
Di luar ruangan, Govin segera mendekati Xander. "Tuan Xander, mari ikuti aku. Tuan Sebastian sudah menunggu anda di dalam."
Xander membenarkan letak jasnya sesaat. Ia merasa dirinya tampak tampan ketika tidak sengaja melihat pantulan dirinya di guci indah di dekat pintu.
Begitu memasuki ruangan, Xander kembali dibuat takjub dengan semua dekorasi dan barang-barang di dalamnya.
"Tuan Sebastian.Aku datang bersama Tuan Alexander, keponakan Anda," ucap Govin membungkuk ketika melihat Sebastian memunggunginya. Xander yang akan ikut membungkuk segera dihentikan oleh gerakan tangan Govin.
Sebastian segera berbalik, dan dalam sekejap dikuasai perasaan haru dan bahagia. Hanya dengan sekali lihat, ia merasa yakin bahwa pria muda di depannya adalah Alexander—keponakan yang telah lama ia cari. Air matanya menetes, diselimuti kebahagiaan yang tak terkira. Setelah bertahun-tahun lamanya, ia akhirnya bisa bertemu kembali dengan Alexander.
Namun, suasana hangat itu tak berlangsung lama. Di sisi lain, Xander menatap Sebastian dengan tatapan tajamnya beralih dari wajah Sebastian ke foto yang baru saja ia lihat di luar ruangan. Dan ia mengingat kembali saat Govin menunjukkan foto itu saat tadi menemukannya. Ia meyakinkan bahwa Sebastian adalah ayahnya. Tapi ada sesuatu yang janggal. Sosok yang ia lihat di rumah ini berbeda. Wajah Sebastian memang tampak serupa, tapi detailnya tak sepenuhnya sama seperti foto yang diberikan Govin. Yang lebih mengejutkan, Sebastian ternyata adalah orang yang berdiri tepat di samping sosok yang mirip dengannya, yang ia lihat tadi di lorong."
Lalu kemana ayah Xander?
“Alexander, kau sudah kembali.”
Sebastian mendekati Xander dengan cepat, kemudian memeluknya erat, namun pelukan itu tak dibalas.
“Jangan sentuh aku!” Xander mendorong tubuh Sebastian dengan kuat hingga langkah pria tua itu sedikit tergoyah. “Kau pikir aku ini bodoh?!”
“Alexander... apa maksudmu?” Sebastian bertanya, kebingungan.
Xander melangkah mundur, menatap Sebastian dengan pandangan yang penuh amarah dan kekecewaan. “Kau bukan ayahku. Aku tahu kau bukan dia. Lukas menunjukkan foto yang berbeda, dengan wajahmu—kau tidak seperti orang yang di foto itu!”
“Alexander, dengarkan aku,” Sebastian mencoba mendekati Xander lagi, tapi pemuda itu mundur lebih jauh, menolak mendengar.
“Dengar apa?!” Xander membentak.
“Sejak aku bertemu dengan Govin, aku hanya dibawa dari satu kebohongan ke kebohongan lainnya. Dia bilang kau ayahku. Tapi sekarang aku tahu, ini semua tipuan!”
“Tidak! Kau salah paham.” Suara Sebastian mulai bergetar, bukan hanya karena kebingungan, tapi juga rasa sakit karena ditolak oleh keponakannya sendiri.
“Aku memang bukan ayahmu, Alexander. Aku adalah pamanmu. Aku tahu Govin mungkin tidak menjelaskan semuanya dengan benar, tapi aku bersumpah, aku adalah keluargamu!”
Xander terdiam sejenak, masih menatap Sebastian dengan penuh kecurigaan. Kata-kata Sebastian mulai membuatnya goyah, tapi emosinya belum surut.
“Keluarga?” Xander mengepalkan tangan.
Sebastian mengangguk dengan tegas. “Aku akan menceritakan semuanya, Alexander. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi.”
Pertemuan berlangsung sedikit tegang untuk Sebastian. Sebastian mulai berbincang panjang lebar setelah Govin diminta meninggalkan ruangan. Xander akhirnya percaya dengan apa yang baru saja dijelaskan oleh Sebastian, la adalah putra dari orang terkaya di negeri ini sekaligus pewaris tunggal dari semua kekayaannya.
Sebastian mulai menceritakan pada Xander bagaimana bisa Xander dan kedua orangtuanya sempat terpisah.
Konflik berdarah yang terjadi di keluarga Silverstone sekitar dua puluh sembilan tahun lalu memaksa Samuel dan Lydia, ayah dan ibu Xander, menitipkan Alexander ke sebuah panti asuhan untuk melindunginya. Setelah situasi mulai reda, keduanya berencana mengambil kembali Xander. Namun, panti asuhan itu mengalami kebakaran besar, dan Xander dinyatakan tewas.
Ternyata, kebakaran itu bukan kecelakaan. Sebastian menjelaskan bahwa salah satu anggota keluarga Ashcroft, yang tidak setuju dengan Samuel sebagai pemimpin keluarga, diduga menjadi dalang dari tragedi tersebut. Namun, Samuel dan Lydia tidak serta-merta percaya bahwa Xander meninggal. Selama bertahun-tahun, keduanya berusaha mencari keberadaan Xander dengan segala cara.
Tapi hal yang paling memberatkan Sebastian adalah saat Samuel dan Lydia meninggalkannya untuk selama-lamanya lima tahun lalu.
Sebastian, yang menjadi satu-satunya keluarga dekat Xander yang tersisa, melanjutkan pencarian tersebut. Hingga akhirnya, kehadiran Xander malam ini menjadi jawaban dari doa dan usahanya selama ini.
Sebastian mengungkapkan bagaimana posisinya di keluarga Ashcroft sering kali terancam setelah ia menggantikan posisi Samuel sebagai kepala keluarga. Sejak Samuel meninggal, beberapa anggota keluarga berusaha merebut kekuasaan, memanfaatkan ketidakhadiran seorang pewaris yang sah. Mereka meragukan kemampuannya untuk memimpin, melihatnya sebagai figur yang tidak layak untuk memimpin keluarga sebesar Ashcroft. Namun, semua tuduhan mereka kini terpatahkan dengan kehadiran Xander.
Xander merasa sedih mengetahui kedua orang tuanya telah tiada. Namun, ia berjanji kepada Sebastian untuk menjaga paman sekaligus keluarganya. Xander pun menceritakan kisah hidupnya, mulai dari masa kecil di panti, perjuangannya saat remaja, kehidupannya sebagai pelayan di sebuah restoran, hingga saat menjadi menantu keluarga Voss yang selalu dihina.
“Kau adalah satu-satunya keluarga yang tersisa, Alexander,” ujar Sebastian dengan bangga saat mereka berbicara di balkon kamar yang menghadap halaman luas.
“Semua yang kumiliki sekarang adalah milikmu. Kau adalah pewaris utama keluarga Ashcroft.”
“Benarkah itu, Paman?” tanya Xander, matanya masih memancarkan ketidakpercayaan.
"Tentu saja. Dengan kekayaan ini, kau bisa memiliki melakukan hal apa pun yang kau mau. Membalaskan rasa sakit hatimu pada keluarga rendahan seperti keluarga Voss dan keluarga Dagger adalah hal mudah bagimu. Kau hanya tinggal menjentikkan jarimu dan keluarga mereka akan hancur dalam hitungan detik."
Xander diselimuti dengan kebahagiaan yang tidak pernah dirinya rasakan sebeumnya. Jika sebelumnya dunia selalu menginjak-injaknya, maka saat ini dunia berada dalam genggaman tangannya.
Xander siap untuk membuktikan pada dunia siapa dirinya sesungguhnya.