"Aletha jangan pulang terlambat!"
"Aletha jangan berteman dengan dia, dia tidak baik!"
"ALETHA!"
"KAKAK! Tolong berhenti mengatur hidupku, hidupku ya hidupku. Tolong jangan terus mengaturnya seolah kau pemilik hidup ku. Aku lelah."
Naraya Aletha, si adik yang sudah lelah dengan sikap berlebihan kakak tiri nya.
Galang Dwi Ravindra, sang kakak yang begitu membutuhkan adiknya. Dan tidak ingin sang adik berpaling darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmawi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Mau lagi bubur nya?"
Naraya menggeleng. Membuat Papa Angga meletakkan kembali mangkuk bubur nya ke nakas.
"Papa, Kak Galang dimana?" Tanya Naraya penasaran. Pasalnya sejak semalam dia bangun dari pingsan nya, Naraya tidak menemukan Galang. Hanya Papa Angga yang menemani. Padahal jelas jelas dia masih ingat bahwa yang membawa nya ke rumah sakit adalah Galang.
"Galang, sedang ada urusan di kantor nya."
Naraya mengangguk. Namun dia memainkan tangan nya gelisah. "Melihat ku sakit. Kak Galang tidak apa-apa kan?" Tanya Naraya cemas.
Papa Angga tersenyum dan mengusap rambut Naraya untuk menenangkan anak itu. "Tidak kok. Tenang saja, eoh?"
"Tapi kenapa dia tidak kesini?" Tanya Naraya lagi, dia hanya takut Kak Galang akan menyakiti dirinya sendiri
" Tenang saja, Galang akan baik-baik saja eoh? Untuk sekarang, fokus saja agar kamu cepat sembuh ya?"
Naraya mengangguk mencoba untuk tenang dan berprasangka baik saja pada Kak Galang.
.
.
Sementara itu, Galang terduduk di kamar mandi dengan luka sayat di lengan nya. Luka itu dia yang membuat nya sendiri. Karena merasa kesal pada dirinya sendiri. Naraya sakit akibat kelalaian nya. Naraya sakit akibat hukuman nya. Dan dia juga pantas dihukum.
Galang tersenyum senang melihat luka di lengan nya. Rasa sakit yang dirasakan nya justru membuat nya merasa lebih baik. Dia jadi tidak merasa bersalah lagi pada Naraya.
"Kakak sudah menghukum tubuh Kakak, Raya, jadi Kakak tidak merasa bersalah lagi padamu haha."
Galang tertawa puas di tengah rasa sakit nya, namun tidak lama kemudian ponsel nya berbunyi. Ternyata sang Papa yang menghubungi nya.
"Iya Papa. Ada apa?"
"Galang, kau tidak melakukan hal yang buruk kan? Jangan lakukan hal yang akan membuat mu sakit, Naraya tidak akan suka.."
Galang menyeringai. " Eoh Papa. Hehe, tapi hal yang membuat ku sakit itu membuat ku merasa tenang Papa. Jangan mencegah ku!" seru Galang dengan mata yang menggelap karena kesal.
"Galang... Kau menyakiti dirimu, itu hanya akan membuat Naraya juga merasa bersalah."
" Tapi aku merasa tenang Papa. Ini tubuh ku, dan aku berhak melakukan apapun pada tubuh ini. Termasuk menyakiti nya! "
Papa Angga nampak menghela napas frustrasi mendengar penuturan putra nya itu.
"Haaah terserah padamu. Naraya terus menanyakan mu sejak dia siuman. Datang lah, dan jangan perlihatkan luka apapun pada nya. Nanti dia tambah sakit."
" Aku mengerti. Aku akan segera kesana."
"Adik ku sudah bangun. Aku harus segera menemui nya. Dan meminta maaf. "
Galang lalu mengelus luka sayat milik nya yang masih terlihat basah.
"Kau pantas mendapatkan luka ini Galang. Kau pantas mendapatkan nya!" seru Galang penuh amarah pada dirinya sendiri.
.
.
" Kak Galang! Dari mana saja? Aku mencari Kakak sejak bangun tadi..!" Naraya merengut kesal saat kedatangan Kak Galang yang menurut nya begitu lama. Kak Galang datang dengan penampilan begitu tertutup. Kemeja lengan panjang serta topi yang membuat Galang terlihat misterius.
"Maaf. Ada beberapa urusan kantor yang belum selesai tadi. Bagaimana keadaan mu?" Tanya Galang sambil mengelus rambut Naraya.
" Aku sudah merasa lebih baik. Bahkan aku ingin segera pulang. " jawab Naraya ceria.
Galang tersenyum senang melihat Naraya yang sudah baik-baik saja. Dia mengusap rambut panjang adiknya itu.
"Maaf. Karena hukuman yang Kakak lakukan, kau jadi seperti ini."
Naraya tersenyum dan menggeleng kan kepala nya. "Kakak ~ tidak apa-apa. Aku sudah baik-baik saja sekarang. Jangan mencemaskan apapun. Aku tidak suka melihat Kak Galang terlihat risau seperti itu. Lihat! Aku sudah baik-baik saja. Hanya maag ku kambuh saja."
Galang mengangguk, dia lalu menangkup wajah Naraya agar fokus mendengar kan ucapan nya. "Kamu tahu Kakak melakukan semua itu karena Kakak menyayangi mu kan?"
" Hm. Aku tahu. " jawab Naraya agak kesal, karena Galang sering mengatakan hal tersebut.
"Maaf. Karena membuat mu berada dalam posisi sulit seperti sekarang. Tapi, Kakak benar-benar menyayangimu. Dan banyak ketakutan yang membuat Kakak begitu menjaga mu."
Naraya mengangguk. Namun dia mencebik.
" Tapi, terkadang Kakak berlebihan. Kakak tidak perlu menjaga ku secara berlebih. Aku sudah besar. Dan aku pasti bisa menjaga diri ku dengan baik. Kakak hanya perlu mempercayai ku. Dan berhenti mencemaskan ku." Naraya akhirnya mencoba berani menyuarakan isi hati nya. Selalu di perlakukan berlebihan itu justru membuat nya tidak nyaman bahkan terkadang risih.
Galang melotot tidak terima dengan ucapan Naraya. "Kau pernah mengalami kecelakaan dan sampai koma saat kecil! Kau pikir sekarang keadaan mu itu baik-baik saja? Imun mu menjadi lemah, dan kau gampang terserang penyakit... Itu sebabnya, Kakak begitu menjaga mu. Kakak tidak ingin hal buruk apapun menimpa mu! Kakak sangat menyayangimu. Kau mengerti? "
Naraya menghela napasnya saat lagi-lagi Kak Galang membahas tentang kecelakaan itu. Dia memalingkan wajahnya tidak suka. Galang menghela napasnya, lalu menyentuh dagu Naraya.
"Dan dimata Kakak, sedewasa apapun dirimu. Kau tetap adik kecil bagi Kakak."
Naraya merengut tidak Terima dengan ucapan Galang. Namun mau bagaimana lagi. Dia tidak punya nyali untuk melawan Galang.
'Tapi terkadang sikap Kakak membuat ku jengah dan kesal! Disaat semua remaja seumuran ku bebas bermain kapan saja, aku harus selalu meminta ijin padamu!' seru Naraya dalam hati, dia mana berani menyerukan nya didepan Galang.
"Raya... Mengerti maksud Kakak kan?" Tanya Galang lagi.
Naraya mengangguk saja, namun dia mengernyit saat melihat noda darah di lengan baju Galang. "Kakak, kau berdarah?"
Galang nampak panik karena Naraya menemukan luka nya. " Tidak! Ini bukan apa-apa." jawab Galang sambil menyembunyikan lengan kiri nya.
Naraya menggeleng tidak percaya. Dan menggenggam paksa tangan Galang. Menyingsingkan lengan baju kakak nya dan begitu terkejut saat melihat beberapa luka sayat yang nampak masih baru. "Apa nya yang tidak apa-apa? Lengan mu berdarah? Kakak! Kau menyakiti tubuh mu?!"
"Kakak pantas mendapatkan nya. Karena sudah membuat mu sakit." ucap Galang yakin.
Naraya menggeleng. Melihat lagi luka Galang. Dengan cepat melepaskan tangan kakaknya yang terluka.
"Kakak... Kau membuat ku takut~"