NovelToon NovelToon
CINTA Di Ujung PISAU

CINTA Di Ujung PISAU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Rmaa

Elina Widiastuti, dengan rambut sehitam malam yang terurai lembut membingkai wajahnya yang cantik jelita, bukanlah putri seorang bangsawan. Ia hidup sederhana di sebuah rumah kecil yang catnya mulai terkelupas, bersama adik perempuannya, Sophia, yang masih belia, dan kedua orang tuanya. Kehidupan mereka, yang tadinya dipenuhi tawa riang, kini diselimuti bayang-bayang ketakutan. Ketakutan yang berasal dari sosok lelaki yang menyebut dirinya ayah, namun perilakunya jauh dari kata seorang ayah.

Elina pun terjebak di pernikahan tanpa dilandasi rasa cinta, ia pun mendapatkan perlakuan kasar dari orang orang terdekatnya.

bagaimana kelanjutannya?

silahkan membaca dan semoga suka dengan ceritanya.

mohon dukung aku dan beri suportnya karena ini novel pertama aku.
jangan lupa like, komen dan favorit yah 😊
kunjungan kalian sangat berarti buat aku. see you

selamat membaca


see you 😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Rmaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Axel dan Sean, baru saja menyelesaikan pertemuan dengan klien di sebuah restoran mewah. Saat mereka berjalan menuju mobil di taman yang bersebelahan, Sean tiba-tiba berhenti.

"Tuan Axel" bisik Sean, menunjuk ke arah sekelompok orang yang sedang duduk di sebuah bangku taman.

"Itu… bukan nya nona Elina ya?"

 Axel mengikuti arah pandang Sean. Dari kejauhan, ia melihat Elina. Ia duduk bersama dua orang lainnya, seorang wanita dan seorang pria.

sosok yang sangat ia kenali dan Pria itu adalah Ryan. Melihat Elina tertawa bersama Ryan, sahabatnya yang telah lama menyimpan perasaan pada istri tak dianggapnya itu menahan amarah membara memenuhi dadanya. Namun terlihat raut wajah Axel tetap datar, tanpa ekspresi. Ia hanya mengangguk singkat kepada Sean, lalu melanjutkan langkahnya menuju mobil.

Di dalam mobil, diam tak bersuara. Sean sesekali melirik Axel, memperhatikan raut wajah bosnya yang tetap tenang. Namun, Sean tahu, di balik ketenangan itu, tersimpan amarah yang sangat besar. Keheningan itu lebih mencekam daripada teriakan. Axel tidak mengatakan apa-apa, tapi Sean tahu, ia akan melakukan sesuatu.

Sean hanya bisa berharap, apapun yang akan dilakukan Axel, tidak akan menyakiti Elina. Namun, mengenal Axel selama ini, Sean ragu hal itu akan terjadi. Axel adalah seorang yang sangat posesif dan tidak akan memberi ampun bagi seorang penghianat, dan melihat Elina bersama sahabatnya sendiri, pasti akan memicu amarah yang luar biasa.

Apalagi mengingat hubungan rumit antara Elina dan Ryan yang sudah lama terjalin. Sean menghela napas. Ini akan menjadi masalah besar.

Mobil Axel melaju meninggalkan taman, tapi pikirannya masih terpaku pada pemandangan Elina yang tertawa bersama Ryan. Amarah yang ditekannya selama ini kini meledak. Bukan hanya karena Elina bersama pria lain, tetapi karena pria itu adalah Ryan, sahabatnya sendiri. beberapa kali Axel mengatakan untuk menjauhi Elina saat masih menjadi istrinya namun Ryan tidak mengindahkan perintah itu, Rasa dikhianati dan dipermalukan bercampur aduk dalam dirinya.

Sean, yang duduk di sampingnya, hanya bisa diam. Ia tahu, Axel sedang merencanakan sesuatu. Dan ia khawatir, sesuatu itu akan berdampak buruk pada Elina. Axel selalu bertindak kasar ketika emosinya memuncak.

"Sean" Axel tiba-tiba bersuara, suaranya dingin dan tajam.

"Siapkan pesawat pribadi. Kita akan ke pulau X"

Sean terkejut. "Ke pulau X Tuan? Ada urusan apa?"

Axel melirik Sean sekilas, matanya menyiratkan ancaman.

"Bukan urusan mu, dan kau tidak perlu tau" Ia tidak menjelaskan lebih lanjut, tetapi Sean sudah mengerti. Ini tentang Elina dan Ryan. Axel pasti akan melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah ini dengan caranya sendiri. Sean menghela napas.

Ia tahu, perjalanan ke pulau X ini tidak akan menyenangkan. Ia hanya bisa berharap, Axel tidak akan melakukan kesalahan yang akan ia sesali di kemudian hari. Ia juga berharap, Elina akan baik-baik saja. Situasi ini semakin rumit dan berbahaya. Sean merasa perlu menghubungi seseorang untuk memastikan keselamatan Elina.

flashback on

Sean mengingat perjalanan ke Pulau X beberapa tahun lalu dengan jelas. Bukan perjalanan liburan, melainkan perjalanan bisnis untuk meninjau proyek baru yang menegangkan. Namun, Pulau X sendiri menyimpan misteri yang jauh lebih mencekam. Sean, asistennya yang setia, sebenarnya menggunakan kesempatan ini untuk refreshing. ia lelah dan ingin menjauh dari pekerjaan yang menuntutnya tanpa henti, tanpa menyadari betapa menyeramkannya pulau itu sebenarnya.

Pulau X diselimuti kabut tebal yang hampir permanen, menciptakan suasana suram dan dingin. Pohon-pohon tinggi dan kurus menjulang seperti kerangka raksasa, cabang-cabangnya yang kusut seakan merangkak di atas tanah. Udara terasa berat, lembap, dan berbau anyir, seperti aroma air laut yang membusuk. Suara ombak yang menerjang pantai terdengar jauh, teredam oleh kesunyian yang mencekam. Bahkan di siang hari, pulau ini terasa seperti senja abadi.

Malam pertama, di penginapan tua yang usang dan berbau apak, suara-suara aneh dari hutan gelap mengusik ketenangan. Sean, meskipun awalnya tampak rileks, kini terlihat tegang. Axel memerintahkan sean untuk menyelidiki sumber suara,sebuah keputusan yang kemudian Sean sesali.

sean kembali dengan wajah pucat pasi, menceritakan bayangan-bayangan aneh dan bisikan-bisikan yang tak bisa dimengerti. Keesokan harinya, mereka menemukan sebuah bangunan tua, terbengkalai dan menyeramkan, yang tampak seperti tertanam di dalam tanah, hampir menyatu dengan alam sekitar yang suram. Atapnya runtuh sebagian, memperlihatkan langit yang selalu mendung. Sean, yang merasa ada sesuatu yang tidak beres, ingin segera meninggalkan pulau itu. Namun, tanggung jawab pekerjaan menahannya.

Mereka memasuki bangunan itu. Udara di dalamnya lebih dingin dan lembap daripada di luar, dan bau anyir semakin menyengat. Listrik padam, menenggelamkan mereka dalam kegelapan yang pekat. Suara-suara aneh semakin dekat, dan bayangan-bayangan bergerak di sekeliling mereka. Bukan hanya rasa takut yang Sean rasakan, tetapi juga rasa bersalah karena telah menempatkan Axel dalam bahaya. Mereka berhasil keluar, tetapi pengalaman itu meninggalkan bekas yang dalam.

Axel menyadari bahwa ambisi bisnisnya telah membahayakan dirinya dan sean, yang hanya ingin mencari ketenangan. Kenangan perjalanan itu menghantui Axel, bukan hanya karena kengerian Pulau X, tetapi juga karena tanggung jawabnya sebagai pemimpin yang telah menempatkan dirinya dalam situasi yang mengerikan.

dan selang beberapa bulan Axel membeli pulau itu dan diubahnya menjadi pulau yang sangat indah. dan kali ini pertama kali lagi mereka mengunjungi pulau X yang sudah direnovasi seutuhnya namun batang batang pulau X masih membekas di ingatan Sean.

flashback off

Mobil Sean berhenti di depan gedung perusahaan. Axel keluar, wajahnya bukan sekadar marah, melainkan dipenuhi amarah yang dingin dan terkendali. Langkahnya tegas, menuju lift dan naik ke lantai atas, ke ruangan CEO miliknya.

Bayangan Elina dan Ryan di restoran masih menghantuinya, bukan karena cemburu, melainkan karena rasa kepemilikan yang terluka. memang Axel tidak mencintai Elina, perasaannya itu lebih kepada obsesi dan keinginan untuk memiliki. Elina, baginya, adalah sebuah barang berharga yang tidak boleh disentuh orang lain.

Kedekatan Elina dan Ryan adalah sebuah penghinaan terhadap rasa kepemilikan nya yang teramat kuat. Sean, yang mengamati dari belakang, tetap bingung. Ia tak mengerti motif sebenarnya di balik amarah bosnya. Bukan cinta yang mendorong amarah itu, melainkan sesuatu yang jauh lebih gelap dan berbahaya.

Axel membanting pintu ruangannya dengan keras, membuat Sean tersentak. Namun, amarah Axel yang meledak bukanlah tanpa sebab.pemandangan Elina dan Ryan yang masih terbayang jelas di benaknya. Bukan sekadar kedekatan biasa, tetapi sebuah keakraban yang membuat Axel merasa tidak suka.

"Kau tidak becus" teriaknya pada Sean, suaranya bergetar menahan amarah.

"Kenapa kau tidak mencegah mereka, Kau tahu aku tidak suka mereka bersama" Sean terdiam, bingung. Ia memang melihat Elina dan Ryan bersama, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya seorang sopir sekaligus asisten pribadi. bukan penjaga hubungan asmara Axel.

"Maaf, Tuan" jawab Sean lirih, mencoba meredakan amarah bosnya. Tapi, penjelasan itu tak mempan. Bagi Axel, Sean gagal menjalankan tugasnya, melindungi miliknya dari orang lain. Kekecewaan dan amarah yang bermula dari pemandangan Elina dan Ryan, akhirnya dilampiaskan pada Sean, yang menjadi sasaran empuk kemarahannya yang tak terkendali.

Sean hanya bisa menunduk, menerima hujatan itu dengan pasrah, mengerti bahwa ia menjadi korban dari amarah yang salah sasaran, tetapi tak berdaya untuk mengubahnya.

.

.

.

.

Lanjut yah

Dukung aku (like komen dan favorit)

See you 😍

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!