**"Siapa sangka perempuan yang begitu anggun, patuh, dan manis di depan Arga, sang suami, ternyata menyimpan sisi gelap yang tak pernah ia duga. Di balik senyumnya yang lembut, istrinya adalah sosok yang liar, licik, dan manipulatif. Arga, yang begitu percaya dan mencintainya, perlahan mulai membuka tabir rahasia sang istri.
Akankah Arga bertahan ketika semua topeng itu jatuh? Ataukah ia akan menghancurkan rumah tangganya sendiri demi mencari kebenaran?"**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menghancurkan nama baik
Alya yang merasa terhina setelah perceraiannya dengan Arga tidak dapat menahan rasa iri dan dendam terhadap Mentari. Baginya, kesuksesan Mentari memiliki kafe adalah sesuatu yang tidak dapat ia biarkan begitu saja. Ia memutuskan untuk mengambil langkah ekstrem demi menghancurkan nama baik Mentari Cafe
Suatu siang yang cerah, seorang pria berpakaian rapi memasuki Mentari Café. Penampilannya sopan, dengan wajah ramah yang membuat staf kafe merasa nyaman melayaninya. Namun, di balik senyumnya yang terlihat tulus, ada misi jahat yang direncanakan oleh Alya.
Setelah memesan makanan, pria itu duduk di sudut ruangan, berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Ketika pesanannya datang, ia dengan diam-diam mengeluarkan seekor cicak kecil yang sudah disiapkannya dari dalam kantong plastik kecil. Dengan gerakan cepat, ia menyelipkan cicak itu ke dalam makanan di depannya.
“APA INI?! ADA CICAK DI MAKANANKU!” serunya tiba-tiba, membuat semua mata tertuju padanya.
Pelanggan lain yang sedang menikmati makanan terkejut. Beberapa orang berdiri untuk melihat lebih dekat, sementara pria itu terus berteriak, membuat situasi semakin kacau. Mentari yang mendengar kegaduhan itu segera keluar dari dapur untuk mengetahui apa yang terjadi.
“Ada masalah, Pak?” tanya Mentari dengan tenang meskipun hatinya mulai diliputi kekhawatiran.
Pria itu langsung menunjukkan makanannya dengan ekspresi jijik. “Lihat ini! Bagaimana mungkin kalian menyajikan makanan dengan cicak di dalamnya? Ini menjijikkan! Apa kalian tidak menjaga kebersihan kafe?”
Mentari terkejut melihat cicak itu, tetapi ia mencoba tetap tenang. “Saya minta maaf atas kejadian ini, Pak. Kami akan segera menyelidiki bagaimana ini bisa terjadi.”
Namun, pria itu tidak berhenti di situ. Ia mulai merekam situasi dengan ponselnya sambil berbicara dengan suara lantang. “Ini buktinya! Semua orang harus tahu bahwa tempat ini tidak layak! Saya akan memposting ini di media sosial, dan semua orang akan tahu seperti apa pelayanan di sini!”
Pelanggan lain mulai berbisik-bisik, beberapa bahkan keluar dari kafe tanpa menyelesaikan makanan mereka. Mentari merasakan kepanikan menguasainya, tetapi ia tetap mencoba menangani situasi dengan kepala dingin.
“Pak, tolong beri kami waktu untuk menyelidiki hal ini. Jika memang ada kesalahan dari pihak kami, kami akan bertanggung jawab sepenuhnya,” ujar Mentari dengan nada tegas namun sopan.
Pria itu hanya mendengus, lalu meninggalkan kafe sambil terus merekam. Beberapa menit setelah pria itu pergi, Mentari langsung memeriksa rekaman CCTV bersama stafnya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat pria itu menyelipkan cicak ke dalam makanannya sendiri.
Mentari tidak tinggal diam. Ia segera menghubungi seorang kenalan yang bekerja di bidang hukum dan juga beberapa pelanggan setia untuk memberikan kesaksian bahwa kafe tersebut selalu menjaga kebersihan.
Beberapa hari kemudian, Mentari memposting bukti dari rekaman CCTV di media sosial untuk membersihkan nama baik kafenya. Dalam unggahannya, ia menuliskan:
"Kami tidak akan diam terhadap fitnah yang berusaha menghancurkan kerja keras kami. Berikut adalah bukti bahwa tuduhan terhadap Mentari Cafe adalah rekayasa. Terima kasih atas dukungan semua pelanggan setia kami yang terus percaya pada kualitas kami."
Unggahan tersebut segera menjadi viral, dan banyak orang memberikan dukungan untuk Mentari. Alya yang mengetahui hal ini merasa frustasi karena rencananya gagal. Namun, bukannya berhenti, ia malah mulai merencanakan cara baru untuk menjatuhkan Mentari.
Setelah insiden cicak di makanannya, Mentari tidak bisa tenang. Meski ia sudah memposting rekaman CCTV dan membersihkan nama baik kafenya di media sosial, perasaan resah tetap mengganggunya. Ada seseorang yang jelas-jelas ingin menghancurkan usahanya, tetapi siapa?
Mentari mulai berpikir keras. Insiden itu terasa terlalu terencana untuk menjadi kebetulan. Ia pun meminta bantuan Rendi, salah satu staf kepercayaannya, untuk menyelidiki pria yang membuat kegaduhan tersebut.
“Kak Mentari, aku berhasil menemukan akun media sosial pria itu,” kata Rendi suatu sore sambil menunjukkan ponselnya.
Mentari memeriksa akun tersebut. Pria itu memposting video kejadian di kafenya, tetapi komentar di unggahannya penuh dengan pembelaan terhadap Mentari. Beberapa komentar bahkan menyebutkan bahwa pria itu diduga pernah melakukan hal serupa di tempat lain.
“Dia memang sengaja mencari masalah,” gumam Mentari. “Tapi siapa yang menyuruhnya?”
Rendi juga menyerahkan bukti tambahan. Setelah menggali lebih jauh, ia menemukan bahwa pria itu sering terlihat bersama seorang perempuan. Perempuan itu tak lain adalah Alya.
Mentari tertegun ketika melihat foto Alya di ponsel Rendi. Semuanya mulai masuk akal. Alya, mantan istri Arga, adalah satu-satunya orang yang punya alasan untuk menghancurkan dirinya.
Mentari segera menemui pria itu dengan membawa bukti rekaman CCTV dan hasil investigasi Rendi. Awalnya pria itu menolak bicara, tetapi setelah diancam akan dilaporkan ke polisi, akhirnya ia mengaku.
“Iya, saya hanya menjalankan perintah. Saya dibayar oleh seorang perempuan bernama Alya,” ucap pria itu dengan nada tertekan.
Mentari merasa darahnya mendidih mendengar pengakuan itu. Alya telah berusaha menghancurkan usahanya dengan cara kotor, dan itu tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Mentari memutuskan untuk langsung menemui Alya. Ia tidak ingin masalah ini berlarut-larut dan menghancurkan hidupnya lebih jauh.
“Alya, aku sudah tahu semuanya,” kata Mentari saat menemui Alya di sebuah restoran mewah.
Alya, yang tidak menduga Mentari akan datang, hanya tersenyum sinis. “Tahu apa, Mentari? Kamu mau menuduhku lagi?”
“Kamu membayar seseorang untuk menghancurkan kafenya. Jangan pikir aku tidak punya bukti,” ujar Mentari sambil menunjukkan rekaman suara pria itu yang mengaku bahwa Alya adalah dalangnya.
Wajah Alya langsung berubah. Namun, ia tetap mencoba membela diri. “Kamu tidak punya hak untuk menuduhku. Lagipula, apa pentingnya itu? Kafe kecilmu itu tidak ada artinya dibandingkan hidupku yang hancur karena kamu!”
Mentari menarik napas dalam-dalam. “Hidupmu hancur bukan karena aku, Alya. Kamu harus berhenti menyalahkan orang lain untuk kegagalanmu sendiri.”
Alya tertawa kecil, tetapi ada kepahitan di matanya. “Kamu pikir aku akan membiarkan kamu hidup bahagia setelah merebut semuanya dariku? Arga, keluarganya, dan sekarang kesuksesan? Aku tidak akan tinggal diam.”
“Kamu tidak menghancurkanku, Alya. Kamu hanya menghancurkan dirimu sendiri. Jika kamu tidak berhenti, aku tidak akan ragu melibatkan polisi,” kata Mentari dengan tegas sebelum pergi meninggalkan Alya yang terlihat semakin geram.
Meski mendapatkan pengakuan dan bukti, Mentari memilih untuk tidak langsung melaporkan Alya ke pihak berwajib. Ia lebih ingin fokus pada kafenya dan membangun kembali kepercayaan pelanggan. Namun, ia juga bersiap jika Alya mencoba melancarkan serangan baru.
Mentari merasa resah dengan menghilangnya Arga. Ia mencoba menghubungi melalui telepon dan pesan, tetapi tidak ada balasan. Bahkan, asisten pribadi Arga pun tidak mengetahui keberadaannya. Situasi ini membuat Mentari semakin khawatir, terutama setelah masalah yang menimpa kafenya.
Di sisi lain, Arga sebenarnya memutuskan untuk sementara pergi ke luar kota. Ia ingin menjauh dari segala drama dan fokus pada ekspansi bisnisnya. Perusahaan membutuhkan perhatian penuh, dan ia tahu jika tetap berada di dekat Mentari, konsentrasinya akan terganggu.
semangat Thor