Kemala Agnesia harus merelakan cita-cita dan masa muda nya karena sudah terlanjur mengandung benih dari seorang pebisnis keturunan Darwis yang bernama Davin Alvarendra Darwis.tak ada yang tak kenal dengan pemilik perusahaan raksasa itu.masa kelam orang tua nya kembali terjadi kepada putra sulung dari Alvarendra Darwis.akan kah hidup Mala sama beruntung nya dengan ibu sambung dari Davin.atau kah harus menyerah dengan sekelumit masalah yang terbentang luas di depan mata nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Pergi
Sudah Empat hari Mala di rawat di rumah sakit,selama ini itu pula Davin selalu menemani nya dan sengaja membawa pekerjaan nya ke sini.meskipun tak ada interaksi di antara mereka berdua,dia tetap bersikeras ingin menemani istri nya.hari ini Mala sudah di perbolehkan pulang oleh dokter.Davin yang biasa nya stand by di samping Mala.terpaksa harus pergi pagi-pagi buta.Mala sungguh merasa senang jika pria itu tidak ada di samping nya.
"Mala mau ke kota B saja,Mala pengen sendiri dulu." kata Mala kepada orang tua dan juga kedua mertua nya.
Semua orang saling menatap, perkataan Mala barusan seketika membuat mereka tercengang.mereka pikir Mala sudah bisa menerima kenyataan yang telah terjadi.rupa nya di balik sikap tenang yang selama ini Mala perlihatkan di depan mereka,Mala sedang menyiapkan rencana besar.Davin pasti akan syok mendengar kabar ini.sayang nya pria itu sedang sibuk dan tidak bisa di ganggu.
" Kenapa harus kesana? Di rumah kita Kamu juga bisa istirahat dan Ayah janji akan menjaga Kamu dari Davin." sahut Ruli yang tidak bisa tenang kalau harus terpisah lebih jauh lagi dari putri nya.
Sekalipun di sana nanti ada keluarga besar nya, tetap saja Ruli khawatir.apalagi Mala adalah anak tunggal.Ruli menatap wajah putri nya dengan tatapan sendu bercampur takut.
" Hanya sebentar saja Yah,Mala nggak tau juga tiba-tiba pengen tinggal beberapa waktu di sana.Mala mohon Yah." pinta Mala yang sudah rapi dan bersiap meninggalkan rumah sakit.
" Baiklah,tapi Kamu harus janji selalu mengabarkan Ayah tentang apapun yang Kamu lakukan,Kamu juga harus tinggal di rumah kakek atau nggak di tempat Tante mu." Mala mengangguk dengan cepat,yang penting dia bisa segera menjauh dari Davin.Mala selalu merasa sakit hati setiap kali Davin berada di dekat nya.
" Mala... Tunggu dulu sayang.apa ini tidak bisa di bicarakan dengan baik."Maisya juga tidak rela berpisah dari menantu nya.apa ini artinya Mala serius dengan ucapan nya kemarin dan menyerah sebelum sempat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Andai saja bisa, pasti Maisya akan membujuk Mala agar tetap di sini,tapi sebagai manusia yang punya rasa kasihan dan kepedulian terhadap sesama ,Maisya sangat memaklumi kondisi Mala sekarang.tapi ia ingin membantu menantu nya meraih kebahagiaan itu sampai Davin lupa daratan.
" Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi Ma,Mala harus pergi,jika nanti Davin sudah mengurus surat cerai,Mala akan pulang untuk menandatangani nya.Mala juga tidak akan menuntut apapun dari Davin karena sedari awal kami menikah bukan karena cinta.Mala cuman mau bebas dan tenang saja."ucap Mala lagi.Mala memanggil Davin apa adanya tanpa di buat-buat lagi.
" Mama paham sayang,tapi Mama tetap mau kamu yang menjadi menantu Mama,bukan mereka yang ada di luar sana." Mala membalas pelukan mertua nya.
Mala sebenarnya tidak ingin pergi tapi ini adalah jalan terbaik nya,selama ini Maisya adalah mertua yang baik begitu juga dengan Papa mertua serta kedua adik ipar nya.tapi Mala sudah tidak sanggup lagi bertahan di samping Davin ,pria itu selalu mengganggu nya dan melakukan apapun yang dia inginkan tanpa memikirkan perasaan Mala .
" Suatu hari nanti Mama pasti akan mendapatkan menantu yang di cintai oleh Davin,selama ini Davin tidak pernah menganggap Mala istri nya,dari pada kami terus berselisih paham , lebih baik akhiri saja pernikahan ini."Mala mulai memainkan peran nya, berharap Maisya akan menyetujui keputusan nya meninggal kan rumah itu.
Maisya membisu kehabisan kata-kata untuk mencegah Mala.bahkan Maisya sangat merasa malu dengan sikap putra nya.begitu juga dengan Al.
" Mama izinkan Kamu pergi,tapi tidak untuk masalah perceraian, kembali lah ke rumah jika Kamu sudah merasa tenang."kata Maisya dengan sangat terpaksa.
" Terimakasih Ma." jawab Mala lirih.
" Mama dan Papa minta maaf atas apa yang sudah Davin lakukan kepada Kamu,Kami berdua akan selalu menyayangi Kamu."Maisya sudah berurai airmata.layak nya kasih sayang nya kepada Sasa putri bungsunya begitu lah rasa cinta Maisya terhadap Mala.sayang nya Davin malah tidak bisa melihat berlian ini dan lebih memilih batu kali yang sering hanyut terbawa arusnya.
Al lalu mengajak semua nya mampir untuk makan siang bersama, itung-itung sebagai salam perpisahan.setelah selesai makan siang bersama.Ruli hendak membawa pergi Mala tapi langsung di tahan oleh Al.
" Pak Ruli,izin kan sopir Saya yang akan mengantar kan Mala,kalau Pak Ruli yang menemani Mala,Davin pasti akan curiga.Saya jamin Davin tidak akan tahu kemana perginya Mala.jika pun nanti dia sampai tahu,yang jelas itu bukan dari Kami,saya pun ingin memberikan pelajaran kepada anak itu."Ruli terdiam mencerna ucapan besan nya,ada benar nya juga dan dia harus menutupi kepergian Mala dari menantu nya itu,di bawah perlindungan anak buah Al,Mala pasti akan aman dan kepergian ini pun tidak akan terdeteksi oleh Davin.
" Baiklah, tolong antar Mala dan pasti kan dia sampai ke kota B dengan selamat." Al mengangguk sambil tersenyum lebar.
Koper dan seluruh kebutuhan Mala sudah ada di dalam mobil berwarna hitam itu,Mala segera pergi dengan membawa sejumlah uang tunai pemberian mertua nya.Mala tidak berani menolak karena dia sangat membutuhkan uang ini agar bisa bertahan hidup.di kota B kakek nya bertahan hidup dengan mengandalkan hasil sawah dan ladang.Mala tidak ingin jika kedatangan nya hanya menjadi beban bagi keluarga Ayah nya yang juga serba kekurangan.
Kartu sakti pemberian Davin memang masih berada di tangan nya,tapi Mala sama sekali tidak berniat untuk memakai kartu tersebut.
" Di dalam amplop coklat itu,juga ada kartu ATM yang bisa kamu gunakan sesuka hati mu,Mama akan mengisi nya setiap bulan.kartu itu tidak akan terdeksi oleh Davin."pesan masuk dari ibu mertua nya, membuat Mala menangis haru.
" Terimakasih Ma." balas Mala cepat.
Andai saja Davin memperlakukan nya dengan baik, pasti Mala tidak akan pernah berencana untuk pergi.terserah pria itu mau melakukan apapun,Mala sudah tidak perduli lagi kepada pria itu.tempat tinggal keluarga ayah nya sangat jauh dari kota .Mala benar-benar akan menepi dari keramaian dan harus bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di sana.
Sepanjang perjalanan, waktu Mala habis untuk melamun dan juga tidur.Mala membuka ponsel nya lalu membuang kartu nya agar Davin tidak bisa menghubungi nya lagi.Mala tersenyum samar menyusun rencana agar hari-hari nya di kampung ayah nya berkesan dan juga menyenangkan.
Sementara itu, saat ini Davin baru saja sampai di kantor nya setelah bertemu dengan rekan bisnis yang super cerewet dan juga pelit,Davin melangkah dengan lebar tanpa menghiraukan keberadaan orang-orang di sekitar nya.
" Indra...Mana berkas yang harus Aku tanda tangani." tanya Davin yang tidak ingin membuang banyak waktu lagi,dia harus segera kembali ke rumah sakit agar istri nya tidak merasa kesepian.
Kenapa juga pria ini baru kepikiran itu sekarang, setelah banyak kejadian yang terjadi, perhatian Davin ini sungguh sangat terlambat.Davin mulai membaca dengan teliti setiap berkas yang dia pegang, meskipun sedang buru-buru tetapi mata elang Davin selalu siaga.jika ada berkas yang tidak sesuai dengan keinginan nya langsung dia robek,Indra asisten Davin dengan sigap meminta pemilik berkas itu untuk mengganti dengan versi terbaik.
" Setelah ini apa lagi jadwal ku?" tanya Davin sambil meregangkan otot-otot yang kaku.
"Pak Davin ada meeting lagi dengan manajer keuangan,lanjut sore nya dengan investor dari negara S." Davin mengangguk paham.
Rencana ingin pulang lebih awal terpaksa pupus di tengah jalan,Davin sudah berusaha menghubungi Mala untuk sekedar menanyakan keadaan wanita itu,namun sayang nya panggilan itu tidak masuk.Davin berusaha berpikir positif.mungkin Mala sedang tidur tidak mau di ganggu oleh siapapun.
Masalah kepulangan Mala dari rumah sakit,Davin sama sekali belum tahu karena memang setahu nya Mala akan berada di sana lebih lama lagi atas permintaan langsung dari dia yang ingin Mala benar-benar sembuh.
" Istri ku di mana?" tanya Davin kepada perawat yang sedang melintas di depan ruangan yang kemarin di tempati oleh Mala.
Perawat ini meneguk ludahnya dengan susah payah, tatapan mata elang milik Davin membuat perawat itu kehilangan kata-kata,padahal tadi Al sudah mengajari agar tidak sampai salah.
" Kamu tuli ya?" bentak Davin emosi.
Karena sikap gampang emosi ini lah dia kehilangan anak nya dan Mala semakin benci kepada nya,Davin sudah berusaha berubah menjadi lebih baik tapi kalau di provokasi emosi nya langsung terbakar.
" Maaf Tuan ,Nona Mala sudah pulang sejak siang tadi." jawab perawat ini dengan satu tarikan nafas.
Duar...
" Pulang?" tanya Davin memastikan dan perawat itu mengangguk dengan yakin.
Davin mengusap kasar wajah nya,kenapa dia tidak di libatkan dalam masalah ini? Davin mengamati kamar rawat VVIP ini, sudah bersih satu pun jejak Mala tidak ada yang membekas.
" Aku mohon maaf kan Aku,Mala!" Davin tertunduk sedih.
Bersambung
bagus mala harus berani melawan Davin jgn lemah d perlaku kan kasar oleh davin.lw perlu tinggal pergi pulang ke rumah org tua mu aja Davin, biar tau rasa tu davin.dan buat Davin menyesal telah menghina dan menyakiti mu setiap hari.
dan jgn lupa author buat Davin yg ngerasain mual muntah dan pusing kepala setiap hari,biar tau gimana susahnya mala mengandung anaknya,jgn tau marah2 aja dan ngatain Mala jorok dll....mau enaknya aja dia,sakitnya ngk mau .enak betul udh habis nanam benihnya lalu ngk mau repotnya jga.