Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melupakan hanya sebuah alasan
Entah berapa lama mereka saling memeluk, kini hanya tersisa luka yang sama-sama menganga. Dikta menatap punggung Delvia yang semakin menjauh, gadis itu benar-benar meninggalkannya tanpa ragu, bahkan untuk menoleh saja enggan dia lakukan. Dikta mengusap sisa air matanya dengan kasar, untuk saat ini menjaga jarak dari Delvia adalah cara teraman agar Delvia tidak menghilang dari pandangannya. Lalu apakah Dikta benar-benar menyerah dan merelakan Delvia sesuai permintaan gadis itu?
Jawabannya tidak!
Bagi Dikta, mencintai dan memiliki adalah hal yang saling bersangkutan. Dikta meyakini satu hal, jika dia mencintai seseorang maka dia harus memilikinya, apapun caranya. Dikta tidak menyerah, dia hanya akan mengubah caranya untuk tetap berada di samping Delvia. Menunjukkan perasaannya secara terang-terangan rupanya tidak berhasil untuk mendapatkan Delvia, maka dia akan menggunakan cara yang lebih halus. "Jangan khawatir, aku tetap berada disini, menunggumu dengan rasa cintaku!"
Kepulangan Delvia membuat tanda tanya besar di benak Maya, wanita itu takut jika terjadi sesuatu yang tidak beres dengan pernikahan putrinya. "Kenapa kamu pulang sendiri? Dimana suamimu? Kalian tidak bertengkar kan?" cecar Maya.
Delvia tersenyum gusar, bahkan mata bengkaknya tidak membuat Maya khawatir dan menanyakan keadaannya. Maya hanya mencemaskan pernikahan konyol itu. "Mas Wira ke luar negeri," jawab Delvia acuh. Sepertinya keputusannya untuk pulang adalah pilihan yang salah. Delvia begitu muak, dia tak ingin berlama-lama berhadapan dengan mamanya, gadis itu berlalu begitu saja, meninggalkan Maya yang terus mengoceh menanyakan kondisi pernikahannya bersama Wira.
"Delvia, mama belum selesai bicara. Apa kamu sudah izin mommy Nila kalau kamu mau menginap di rumah mama?" Maya mengekori Delvia dan terus mencecar putrinya dengan pertanyaan yang sama.
Brakkk....
Delvia menutup pintu dengan keras, setelahnya terdengar suara pintu terkunci dari dalam. "Aku lelah mah, aku ingin istirahat. Tolong jangan ganggu aku! Dan aku sudah izin kepada mommy!" ucap Delvia dari dalam kamar.
Terdengar suara langkah kaki Maya menjauh dari kamar, Delvia lantas melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Hari ini energinya kembali terkuras, dia sangat ingin tidur dan melupakan segalanya. Sialnya, isi kepala Delvia terlalu berisik, matanya memang terpejam, namun dia sama sekali tak bisa tidur.
"Sial," umpat Delvia kesal, gadis itu kembali bangun, melangkahkan kakinya menuju lemari dan mengambil sesuatu dari dalam laci. Delvia mengeluarkan dua buah pil dari botol kecil dan langsung menelannya tanpa bantuan air. Setelahnya, Delvia menatap botol berisi obat tidur yang dia dapatkan dari Psikiater beberapa hari sebelum pernikahan. "Mari tidur dan lupakan segalanya!"
Dengan bantuan obat, Delvia akhirnya terlelap. Gadis itu baru terbangun saat alarm ponselnya berbunyi. Tanpa bermalas-malasan, Delvia segera bersiap untuk pergi ke butik. Bekerja adalah satu-satunya hal yang bisa melipur lara hatinya.
Ting...
Sebuah notifikasi pesan masuk, Delvia membaca pesan itu seraya menuruni anak tangga. Rupanya dia mendapat pesan dari Dikta. "Aku menyuruh seseorang mengantar mobilmu ke rumah. Tolong jaga kesehatanmu." Delvia mengabaikan pesan itu dan kembali menyimpan ponselnya di dalam tas.
Sebelum berangkat, Delvia pergi ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa di makan, sayangnya kulkas besar di rumahnya hanya berisi beberapa botol air mineral saja. Delvia tidak terlalu kaget karena sejak dulu Maya memang tidak pernah mengisi kulkasnya dengan bahan masakan karena Maya tidak suka memasak. Untuk keperluan makan sehari-hari, Maya selalu mengandalkan jasa pesan antar makanan. Mungkin hal ini juga menjadi salah satu alasan Benny berpaling dari Maya.
"Sudah mau berangkat?" tanya Maya yang tiba-tiba berada di dapur.
"Ya," jawab Delvia seraya menutup pintu kulkas.
"Mommy dengar butikmu sekarang ramai ya? Hmm, sepertinya menikahkanmu dengan Wira adalah keputusan yang tepat. Berkat Wira, butikmu jadi terkenal," Maya merasa bangga pada dirinya sendiri karena menemukan pria yang tepat untuk putrinya.
"Aku berangkat," pamit Delvia tanpa memperdulikan ocehan Maya.
"Hati-hati. Nanti jangan pulang ke rumah mama lagi, pulang saja ke rumah mommymu. Mama tidak mau mommy mu berpikir kalau kamu dan Wira sedang ada masalah!" teriak Maya karena Delvia telah melangkahkan kakinya keluar dari rumah.
Delvia terpaku di depan rumah, bukan karena ucapan Maya yang cukup kasar, namun karena mobilnya benar-benar sudah ada di halaman rumahnya. Delvia pikir Dikta hanya mengirim pesan omong kosong, tak disangka pria itu benar-benar telah memperbaiki mobilnya dan mengantarkannya ke rumah. Tanpa pikir panjang Delvia segera masuk ke dalam mobil, mengendarainya dengan kecepatan tinggi menuju butik.
Pekerjaan pertama yang harus Delvia selesaikan adalah memilih kandidat pelamar kerja yang akan menjadi asistennya. Delvia cukup galau karena ada dua pelamar yang menarik perhatiannya, namun akhirnya pilihannya jatuh pada seseorang yang dia kenal sebelumnya, Puspita Sari. Saling mengenal bukan alasan Delvia menerima Sari, namun karena kriteria yang dia butuhkan ada pada Sari dan Sari memiliki pengalaman yang cukup memadai diusianya yang masih terbilang muda. "Nona Puspita Sari, mulai besok kamu mulai bekerja di butik saya!"
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan