Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden
Hari ini Brian benar-benar sudah sembuh, kemarin walaupun panasnya sudah turun ... dia tetap di kamar untuk istirahat dengan di temani oleh Kaila.
Tentang kejadian Isabela yang marah-marah kemarin pagi, wanita itu tak menampakkan batang hidungnya seharian ini.
"Karena Brian sudah sembuh, gimana kalau kita jalan-jalan keluar di sekitar vila?" usul tante Wanda.
"Hem boleh tuh ma, gimana kalau piknik aja di dekat air terjun?" kata Natalia yang juga memberikan usulan.
"Papa setuju, sudah lama nih gak mancing ikan." sahut om Andreas.
Sebagai informasi, tak jauh dari vila memang ada sungai dan kolam air terjun ... ya meskipun tak terlalu tinggi seperti air terjun pada umumnya, namun pemandangan yang tersaji begitu sangat indah. Di sekitar sana juga di bangun gazebo yang cukup besar untuk beristirahat dan ada ruangan yang bisa di gunakan untuk bilik ganti, tempat itu juga merupakan kawasan pribadi milik keluarga Davis.
"Karena banyak yang setuju jadi mumpung masih pagi kita harus segera bersiap dan langsung berangkat." kata tante Wanda. "Bik Ningsih dan mang Dayat juga ikut, jadi ayo bantu saya menyiapkan segala sesuatunya." kata tante Wanda lagi.
Mereka semua mulai sibuk mempersiapkan segalanya. Selain makanan dan minuman, mereka juga menyiapkan alat pancing dan panggangan ikan yang akan di bawa.
Semuanya membawa pakaian ganti karena rencananya memang akan menyegarkan diri dengan berendam di bawah air terjun yang segar.
Di sepanjang perjalanan, Brian tak sekalipun melepaskan genggaman tangannya pada Brian sehingga membuat seseorang menjadi marah.
"Kamu kenapa?" tanya Lucas yang merasa tangannya di cengkraman dengan kuat oleh Isabela seperti betul pelampiasan rasa marahnya. "Sakit tau." keluh Lucas.
"Eh maaf Luc, aku gak sengaja." kata Isabela yang langsung melepaskan cengkramannya begitu mendengar keluhan dari Lucas. "Aku cuma takut terpleset aja." sambungnya lagi memberi alasan.
"Bukan karena kamu cemburu lihat mereka?" tanya Lucas dengan melirik ke arah dimana Brian dan Kaila berada yang kebetulan tepat di depan mereka posisi berjalannya.
"Ish apaan, ya enggak lah Luc." elak Isabela. "Akukan sudah punya kamu yang bisa bikin aku puas dan terbang ke awang-awang." sambung Isabela berusaha untuk meyakinkan Lucas agar tak marah.
Lucas tak lagi membahas apa pun dan mereka benar-benar menikmati indahnya pemandangan di sepanjang jalan.
"Sukurlah Lucas percaya sama alasan yang aku buat, kalau enggak sudah bisa di pastikan kalau besok atau paling lama setelah pulang dari sini aku tak kan bisa berjalan." gumam Isabela dalam hati dengan perasan lega.
Setelah berjalan sekitar hampir dua puluh menit, akhirnya mereka sampai juga. Tadi mereka sempat berhenti beberapa kali kalau tidak sekitar sepuluh sampai lima belas menitan sudah ada di sana. Maklumlah mereka saat ini juga mambawa kakek Bili dan nenek Rosa, jadi mereka membutuhkan istirahat istirahat mengingat kondisi mereka yang tak muda lagi.
❤️
"Kakek dan nenek tak apa?" tanya Kaila menghampiri dia orang lansia tersebut yang saat ini duduk di gazebo dengan berselonjor kaki.
"Gak apa-apa cu, walaupun sudah tua tapi kamu sering berolahraga ... jadi ini tak terlalu banyak berpengaruh." jawab kakek Bili.
Pasangan itu memang rajin jalan sehat di pagi hari untuk menjaga kesehatan mereka berdua.
"Mau aku bantu oleskan minyak gosok di kaki kakek sama nenek agar tak terlalu pegal?" tawar Kaila.
Kekek Bili dan nenek Rosa saling pandang sejenak dan setelah itu menganggukkan kepalanya. Tentu saja mereka tak akan menyia-nyiakan tawaran ini.
Dengan telaten Kaila mulai menggosokkan minyak di kaki kakek Bili dan nenek Rosa secara bergantian sambil sesekali memberikan pijatan lembut di sana.
"Brian tak salah memilih kekasih." kata kakek Bili dengan tiba-tiba. "Kamu begitu baik dan berbakti, hampir sama dengan Gina ... mami Brian." kata kakek Bili dengan tiba-tiba.
"Kami percayakan Brin padamu cu, kami yakin dengan bersama kamu maka Brian akan menemukan kebahagiaannya." timpal nenek Rosa.
"Terimakasih atas kepercayaan kakek dan nenek, dan terimakasih juga karena sudah sudi menerima aku di tengah-tengah keluarga kalian dengan tangan terbuka." ucap Kalila dengan sungguh-sungguh.
"Kak, ayo!" seru Natalia memanggil Kaila dengan berteriak dari tepat yang tak jauh dari gazebo.
"Pergilah bersenang-senang dengan yang lain." kata nenek Rosa yang di angguki oleh Kaila.
Pemandangan yang indah, bahkan bisa di katakan menakjubkan dengan udara yang begitu segar karena jauh dari polisi udara membuatnya siapa pun akan betah berlama-lama di sana.
"Ayo turun kak, airnya seger loh." ajak Natalia.
Di dalam sana sudah ada Ica yang ada di sisi kanan yang kebetulan lebih dangkal. Sedangkan Brian, Nathan, Lucas juga Rafael ada disisi kiri yang jauh lebih dalam. Untuk para orangtua memilih untuk memancing ikan yang akan mereka bakar untuk makan siang nanti, lumayan masih ada waktu beberapa jam.
Natalia masuk ke dalam air terlebih dahulu, sedangkan Kaila masih berdiri di tepi.
Di belakang Isabela tersenyum licik, dia tak akan mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini.
Byur
"Oops sorry, gak sengaja." kata Isabela dengan enteng.
Brian dan yang lainnya begitu melihat Kaila masuk ke dalam kolam akibat di dorong Isabela pun langsung datang menghampiri. Brian yakin jika Isabela melakukan itu dengan sangat sengaja agar Kaila celaka.
Tinggi air memang hanya sepaha orang dewasa namun karena turun dengan tak siap dan di bawah adalah bebatuan hal itu membuat Kaila terluka.
"Kak Kai tak apa?" tanya Natalia. "Ya ampun kak dahi kakak berdarah." pekiknya yang membuat Brian mempercepat langkahnya supaya cepat sampai dan memastikan sendiri kondisi Kaila.
"Kai." panggil Brian. "Ayo naik, kita ke gazebo buat obatin luka kamu." ajak Brian. Hatinya terasa berdesir kala melihat Kaila terluka di depan matanya. "Kalian lanjutin aja senang-senangnya." kata Brian pada yang lain.
Brian memberikan tatapan tajam pada Isabela. "Aku akan membalas semua ini Bel." lirihnya ketika berjalan melewati wanita itu.
❤️
Kekek Bili dan nenek Rosa yang melihat Kaila kembali bersama Brian dengan Kaila yang terluka merasa kaget.
Di belakang sepasang kekasih pura-pura itu juga ada tante Wanda yang langsung mengikuti keduanya ketika mengetahui insiden yang di alami oleh Kaila.
"Kaila kenapa Bri?" tanya nenek Rosa yang melihat Brian datang dengan mengendong Kaila.
"Tadi ada insiden kecil nek, nanti aku jelasin setelah obatin lukanya Kaila." jawab Brian sambil mengambil mendudukkan Kaila.
"Biar tante yang obatin Bri." tawar Tante Wanda dengan kotak obat di tangannya.
"Gak usah tan, biar aku aja." tolak Brian.
Dia langsung mengambil kotak obat dari tante Wanda, membukanya dan mengeluarkan yang sekiranya dia butuhkan.
"Ish." desis Kaila saat kapas muali menyentuh lukanya untuk di bersihkan.
"Sakit?" tanya Brian yang di jawab dengan anggukan kepala dan mata berkaca-kaca dari Kaila. "Tahan sebentar ya, ini gak akan lama kok." ucap Brian dengan suara yang begitu lembut.
Ternyata tak hanya di dahi, tapi di siku tangan dan lutut kaki Kaila juga terluka. Memang yang paling parah di dahinya, karena lukanya paling lebar dan lumayan mengeluarkan banyak darah. Dan itu membuat hati Brian terasa sesak sekaligus berbarengan dengan rasa marah.