Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Terbaik
Waktu terus berlalu hingga tiba satu hari sebelum aku pergi ke sekolah Elliot.
Semuanya aku lewati begitu saja setelah kepergian Laura, aku merasa telah kehilangan semangat hidupku saat tak bisa melihat sosok cantik dari wanita rubah itu.
Namun, aku tak ingn terus hanyut dalam kesedihan. Aku pun berusaha sekuat tenaga untuk melakukan hal-hal penting dan terus melatih jurus-jurus yang sudah diajarkan Laura padaku. Terlebih aku juga semakin memantapkan jurus dari kelima goblin.
Yah, hanya ini satu-satunya cara agar aku bisa tumbuh lebih kuat. Kemudian, aku bisa pergi ke tempat Laura dengan mengandalkan kemampuanku sendiri.
Karena itu, aku harus berhasil masuk ke sekolah Elliot lebih dulu dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya di sana. Kalau bisa, aku juga ingin lulus sebagai ksatria sihir terbaik agar bisa mendapatkan izin untuk pergi dari benua Roxane.
"Kami sudah siap nih, Brian. Apa kita akan memulainya sekarang?"
Suara Catrine dan Helena membuyarkan pikiranku, sosok mereka pun muncul di kedua sisiku setelahnya.
Bukan main, keduanya benar-benar sudah siap dengan gaun tidur tipis yang bisa memperlihatkan keindahan tubuh masing-masing. Belum lagi, mereka sudah tidak mengenakan apa-apa di balik gaun tidur itu.
Catrine dan Helena sepertinya ingin memberikan pelayanan terbaik sebelum aku pergi ke sekolah Elliot besok pagi. Makanya mereka tak ingin melewatkan malam ini karena aku mungkin baru bisa kembali lagi setelah melewati tahun pertama di sekolah itu.
"Ayo kita mulai, Catrine, Helena. Aku pasti akan memberikan yang terbaik sebelum kita berpisah," ucapku membalas, lalu aku bawa kedua wanitaku ke atas ranjang.
Aku langsung merebahkan diri di sana usai melepas seluruh pakaian yang menempel pada tubuhku, sementara Catrine dan Helena tampak mulai sibuk melakukan pemanasan dengan cara masing-masing.
Helena dengan sigap memainkan benda pusaka ku di bawah sana, sementara Catrine asik menyerang bibir, leher, hingga dadaku dengan begitu gemasnya.
Hm, aku hanya bisa merasakan kenikmatan tiada tara saat semua titik sensitifku diserang oleh Catrine dan Helena secara bersamaan. Kenikmatan semacam ini sungguh tak pernah aku bisa dapatkan ketika masih hidup di dunia sebelumnya.
Dan memang gila sekali permainan kedua wanitaku ini, mereka menyerangku dengan liar dari depan dan belakang.
Entah dari mana mereka belajar semacam ini, yang pasti aku tak akan bisa bertahan lama kalau sudah seperti ini urusannya.
Catrine bahkan berani memasukan benda pusaka itu hingga mentok di mulutnya, sontak membuatku semakin tak karuan karena merasa semakin nikmat akan permainan dari wanita kucing itu.
Helena juga tak ingin kalah dari permainan Catrine, mulutnya kini berpindah ke bola bergelantung dan langsung memainkannya dengan liar.
"Aduh ... Kalian sungguh nakal sekali, aku bisa keluar cepat kalau kalian bermain pakai cara seperti itu," ucapku, agak sedikit protes.
Sayangnya protesku malah menjadi pemicu bagi Catrine dan Helena, mereka tampak semakin gencar menyerang kepunyaanku dengan pemainan mulut mereka.
"Sialan ... Aku tak bisa menahannya lagi ...."
Akhirnya, aku menyemburkan cairan cinta di dalam mulut Catrine, sungguh tak bisa bertahan lama setelah mendapatkan serangan luar biasa dari kedua wanitaku.
Catrine pun melepas benda itu dari mulutnya, lalu memberikannya kepada Helena untuk membersihkan sisa-sisanya.
Hap!
Lagi-lagi aku mendapatkan kenikmatan tiada tara dari kedua wanitaku.
Pasalnya, Catrine juga ikut membantu membersihkan cairan cinta dari bagian batangnya, sementara Helena membersihkan di bagian kepalanya.
"Stop! Punya bisa patah kalau terus kalian serang seperti itu .,. Aduh ... duh ... Kalian benar-benar berlebihan ...."
Namun, ucapanku tak dihiraukan Catrine dan Helena, mereka terlihat masih asik bermain dengan benda pusaka yang kini mulai menegang kembali.
"Kamu boleh duluan, Helena. Soalnya aku sudah mendapatkan jatah barusan," ucap Catrine sembari mengarahkan benda kepala benda pusaka tempat Helana.
"Terima kasih, Catrine." balas Helena tersenyum sekilas, lalu membenamkan benda itu ke dalam miliknya yang sudah sangat banjir.
Jeeeb!
Dengan mulus, benda pusaka ku memasuki Helena. Dan rasanya jauh lebih sempit dari terakhir kali aku memasukinya.
"Kenapa rasa punyamu agak berbeda dari biasanya? Kamu seperti perawan lagi," ucapku sembari merem melek saat Helena mulai menggoyangkan pinggulnya.
"Kamu suka nggak? Punyaku memang sengaja aku buat seperti perawan biar kamu bisa menikmatinya lebih puas," balas Helena, mulutnya menyerang dadaku secara bergiliran.
"Kami sudah minum ramuan buatan ibu Helena, makanya punya kami akan terasa lebih nikmat layaknya lubang perawan," sambung Catrine, menyodorkan lubang nikmatnya ke depan wajahku.
"Benarkah? Kalian akan menjadi perawan lagi?" tanyaku memastikan, lidahku otomatis menjilat pinggiran lubang nikmat Catrine untuk merasakannya sendiri.
"Buktinya sudah kamu rasakan dari punya Helena. Punyaku juga akan terasa seperti itu kok, jadi kamu tak usah khawatir," ujar Catrine dengan senyum manisnya.
"Ya, kamu tak usah khawatir, Brian. Pokoknya, kamu akan merasakan kenikmatan luar biasa dari kami malam ini,” tambah Helena semakin gencar menggerakan pinggulnya maju mundur.
“Terima kasih, sayang. Aku bersyukur punya wanita seperti kalian,” ucapku tanpa sadar, entah kenapa terasa berat untuk meninggalkan kedua wanitaku ini.
Catrine dan Helena tampak senang saat aku panggil dengan sebutan sayang, keduanya pun semakin bersemangat untuk memuaskan kebutuhanku sebagai seoang pria.
Aku pun benar-benar kehabisan kata untuk setiap permainan yang telah diberikan Catrine dan Helena, karena mereka tak henti-henti menyerang di titik lemahku hingga aku tak bisa bertahan lama seperti biasanya.
Sungguh, malam ini adalah malam perpisahan terbaik sebelum aku memulai petualangan baru di sekolah Elliot.
“Brian …. Ahh … Aku mau sampai … Ahh … Brian … Aku suka banget punya kamu yang sangat besar ini … Ahhh … Keluar … Aku keluar ….”
Helena meracau keenakan saat meraih puncak pelepasan, tubuh halusnya seketika bergetar hebat untuk menikmati pelepasan pertamanya.
“Ah … Aku juga mau sampai, Brian … Ahh … Aku keluar …”
Catrine juga meracau tak lama berselang, ia keluar cukup banyak di depan wajahku.
Kedua gadis itu lalu ambruk di atas tubuhku dari arah atas dan bawah sehingga wajah mereka bisa bertemu satu sama lain.
Aku sekali lagi merasa kagum akan permainan Catrine dan Helena, tak pernah membayangkan bisa menikmati dua wanita cantik itu sekaligus.
Dulu aku hanya bisa bermain dengan Anggie, itu pun dengan syarat yang sangat rumit dan permainan kami biasa-biasa saja.
Namun, kini aku bisa merasakan hal berbeda dari Catrine dan Helana, yang membuatku merasa seperti sedang bermimpi.
Karena itu, aku berniat menghabiskan malam ini untuk bersetubuh dengan Catrine dan Helena sampai benar-benar puas. Aku pastikan kedua wanitaku akan langsung kalah begitu aku masuk mode serius.
…