Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 (Kabar Baik)
Selama 1.5 jam pementasan drama itu berlangsung, akhirnya selesai juga. Para penonton yang hadir berdiri dan bertepuk tangan dengan meriah sebagai bentuk apresiasi pada semua pemain yang terlibat dalam pementasan drama yang baru saja disuguhkan. Semua pemain yang berada diatas panggung memberi penghormatan kepada penonton dengan membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih, telah menonton mereka dari awal sampai pementasan itu berakhir. Setelah itu satu persatu pemain turun dari panggung dan langsung menuju ke ruang ganti, mengganti kostum yang tadi mereka kenakan.
"Silva, tadi akting kamu keren banget, udah kayak aktris yang di televisi gitu" puji Flea.
"Iya, Sil, aku setuju sama Flea, kalau misalkan kamu jadi aktris, pasti bakal sukses tuh" Hilda menimpali.
"Kalian lebay deh, akting kalian berdua juga gak kalah kerennya" Silva berbalik memuji kedua sahabatnya.
"Tapi, apa yang dikatakan Flea sama Hilda itu emang benar banget loh, Sil, akting kamu itu emang bagus banget, ekspresinya juga dapat banget, emang pantas kalau pak Jenda milih kamu sebagai pemeran utama" seseorang yang mendengar percakapan ketiganya juga turut memuji akting Silva.
"Makasih yah, Del, untuk pujiannya, kamu juga bagus sih aktingnya" kata Silva sambil tersenyum.
Setelah selesai satu persatu dari mereka mulai berjalan keluar menuju parkiran.
"Piu! Cewek!" Seseorang memanggil seperti menggoda kearah Silva dan kedua sahabatnya. Mereka bertiga sontak menoleh ke asal suara itu.
"Eh, sayang!" Silva sangat bahagia melihat pria kesayangannya itu dan langsung menghampirinya. Flea dan Hilda mengikuti langkah Silva, menghampiri Marco.
"Selamat malam tuan putri Gendis" Marco menyapa Silva dengan menggunakan nama karakter yang tadi diperankan saat pementasan.
"Apa sih kamu, Co, lebay deh" Silva tersipu malu saat Marco menyapanya dengan cara seperti itu.
"Hai, Fle, Da" Marco juga menyapa kedua sahabat Silva.
"Hai juga, Marco" Flea dan Hilda membalas bersamaan.
"Tadi kamu nonton kan? Gimana akting aku, sayang? Bagus gak?" Silva meminta pendapat kekasihnya itu.
"Hmm.... Gimana yah" Marco berpura-pura berpikir sambil melirik kearah Silva, ingin melihat reaksi kekasihnya itu. Silva seketika memberengut, karena dia yakin kalau penilaian Marco tidak akan sesuai dengan harapannya.
"Udah, gak usah dijawab, aku udah tahu kok kamu mau ngomong apa" kata Silva dengan wajah datar, tanpa ekspresi.
"Pastinya bagus dong, sayang, bagus banget malah" jawab Marco sambil mencubit pelan pipi Silva. Ekspresi wajah Silva yang cemberut itu menggemaskan dimata Marco. Silva memukul pelan lengan Marco karena telah menjahilinya.
"Kamu itu emang berbakat, sayang, kalau suatu saat nanti kamu jadi aktris, pasti bakal sukses" Marco menambahkan.
"Aaaa.... Sayang, kamu bisa aja deh" balas Silva dengan gaya manjanya.
"Ehem!" Flea dan Hilda berdehem, karena sedari dari diacuhkan oleh dua sejoli itu.
"Sorry, Fle, Da" Marco meminta maaf karena telah mengacuhkan kedua sahabat dari kekasihnya itu. Kedua sahabat Silva itu berpura-pura cemberut.
"Kamu cuma muji Silva doang nih ceritanya" Flea seolah iri mendengar pujian Marco pada Silva.
"Iya, yang main kan bukan cuma Silva aja loh" Hilda menimpali.
"Tuh, sayang, kamu sih, mereka jadi manyun gitu kan" Silva berbisik pada Marco.
"Iya, sorry, sayang" balas Marco dengan suara lirih.
"Iya, kalian juga bagus kok aktingnya" Marco melihat kearah Flea dan Hilda, berusaha agar kedua sahabat Silva itu tidak lagi merasa iri. Mereka berdua terkekeh mendengarnya, karena telah berhasil mengerjai dua sejoli itu.
"Oh iya, sayang, kamu kok bohong sama aku, katanya pemeran utama prianya itu Teddy, tapi, tadi pas pementasan malah kamu dipasangkan sama Alex, gimana sih" protes Marco dan menunggu penjelasan Silva. Silva pun menjelaskan semuanya, sesuai dengan kenyataannya. Flea dan Hilda juga turut membantu Silva, agar Marco percaya kalau Silva mengatakan yang sebenarnya.
"Itupun juga 30 menit jelang pementasan, pelatih kita baru memutuskan akan diganti dengan Alex, karena berharap Teddy datang, tapi, ternyata tidak muncul juga, jadi, ya udah daripada kacau kan, mending digantikan, gitu, sayang" Silva mengakhiri penjelasannya.
"Oh... Jadi gitu ceritanya, aku udah ngerti sekarang" Marco mengangguk dan menerima apa yang telah dijelaskan oleh Silva.
"Oh iya, udah jam segini nih, balik yuk" kata Hilda sambil melihat jam ditangannya.
"Iya, balik yuk, soalnya aku mau ke bandara besok pagi, aku gak boleh telat" Flea menimpali.
"Bandara? Emang mau kemana?" Tanya Silva penasaran.
"Gak kemana-mana sih, cuma kebetulan om aku kerja di salah satu maskapai penerbangan, dia mau bantuin aku agar bisa kerja disitu dan mulai besok aku kerjanya, jam 9 pagi" terang Flea.
"Yaah.... Gak ada teman hangout dong" Hilda merengut.
"Tapi, gak apa-apa, aku senang karena kamu udah kerja, semoga kerjaan kamu lancar dan bisa meraih kesuksesan nantinya" lanjut Hilda dengan raut wajah yang bahagia.