Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BABY DAYS OUT
Sore menjelang, semua anak bermain di sebuah taman villa. Mereka bermain gobak sodor. Tiana menatap dari kejauhan. Semua pengawal diminta menikmati libur mereka. Rosa sudah lebih baik. Gadis itu jadi pemandu sorak tim Harun yang melawan tim Bastian.
“Kamu mikirin siapa Na?” tanya Lerroy salah atu bodyguard Herman.
“Inget adik-adikku. Aku mau bawa mereka jalan-jalan suatu hari,” jawab gadis itu lirih.
“Kau bisa melakukan itu Na. Coba kamu minta cuti dan kamu bisa menikmati liburanmu bersama adik-adik dan ibumu,” saran Lerroy.
Tiana mengangguk, ia belum tiga bulan bekerja di keluarga hangat ini. Tentu ada syarat dan ketentuan dalam mengajukan cuti. Lagi pula ia juga tak mau cuti berlama-lama karena tak ingin kehilangan moment bersama para perusuh.
“Eh ... mau kemana baby Al dan Baby El?” tanya Tiana melihat pergerakan dua kembar paling rusuh.
Lerroy menoleh, pemuda berusia sama dengan Kean ini mengikuti pergerakan dua bayi berusia tiga tahun itu, Tiana mengikutinya. Gadis itu hendak memanggil, namun Lerroy menahannya.
“Jangan, kita ikuti saja. Aku yakin akan ada keseruan nantinya,” ujarnya berbisik.
“Tapi nanti ketua marah. Dua anak itu adalah kesayangan semua!” tolak Tiana, ia sangat khawatir.
“Ayo lah ... kita bisa lihat kehebatan duo starligth kapan lagi!” rayu Lerroy.
“Aypi!” pekik Zora.
Duo Bara menoleh, Zora melangkah tertatih. Bayi sepuluh bulan itu memang lebih mahir menggunakan dengkulnya.
“Tanti teusil ... tamuh syana aja!” suruh El.
“Amuh susil anti?” sahut Zora galak.
“Imi peulbainan nanat lati-lati!” sahut Al bara.
”Atuh nanat sisilan walus iput!” ujar Zora melipat tangannya di dada.
“Palow pidat ...,” Zora menghentikan ucapannya sambil melirik para orang tua yang heboh mendukung putra-putra mereka yang tengah bermain.
“Ah ... pidat selu!” gerutu Al protes.
“Syudah ... pita ajat saja!” ujar El terpaksa.
Zora senang, ia digandeng oleh duo Bara. Bayi cantik itu melangkah lebar sama dengan langkah dua kemenanakan besarnya. Lerroy dan Tiana masih setia mengikuti tiga bayi yang hendak berpetualangan itu.
“Wewat syini. Papa mama Tinti podidal eundat jadha pisyimi!” ucap El.
Mereka berbelok ke sebuah koridor sebelah kiri. Memang di sana tak ada bodyguard yang berjaga. Lerroy memberitahu via handset yang ada di telinganya.
“Sebelah selatan villa minim penjagaan ganti,” ujarnya berbisik.
“Diterima ganti!” sahut seseorang di balik layar ponsel yang menatap tiga bayi yang berkeliaran.
Rupanya para penjaga sengaja membiarkan anak-anak berjalan untuk mengetahui kelemahan penjagaan mereka.
“Mereka jeli juga melihat tempat-tempat yang kosong penjagaan!” ujar Fio malu.
Rupanya jalan yang digunakan tiga bayi adalah jalur para petugas kebersihan villa yang lalu lalang. Mestinya, mereka jaga ketat setiap tempat keluar masuk.
“Ah ... kita melewatkan tempat ini!” decak Tiana.
Lerroy mengangguk setuju, dua pengawal beda jenis itu masih setia mengikuti tiga bayi yang memiliki keingintahuan tinggi.
Sedangkan di ruangan lain. Luisa mencari keberadaan putrinya. Ia hanya melihat Vendra yang berjoget meledek kekalahan tim Bastian.
“Mana putriku?” tanyanya sambil memutar tubuhnya mencari keberadaan Zora.
“Baby Zo!”
“Ma cari siapa?” tanya Nai sang menantu.
“Baby ZO hilang!” seru Luisa panik.
“Apa ... bagaimana bisa!” Nai ikutan panik.
“Sayang ada apa?” tanya Andoro.
“Baby Zo hilang!”
Semua panik, anak-anak berhenti bermain dan mencari keberadaan satu bayi paling kecil itu. Lidya juga tak menemukan dua jagoannya.
“Babies Bara!” teriaknya.
Semua menatap Lidya, Demian ikut mencari keberadaan dua putranya yang memang tak bisa diam itu. Triple Starlight tengah digendong oleh para pengawal cantik jadi mereka tak berulah.
“Baby ... liat kakakmu nggak?” tanya Arimbi pada Faza.
“Eundat Mama,” jawab bayi itu.
Sedang tiga bayi yang lelah berjalan menatap troli pembawa pakaian kotor. El Bara menatap saudara kembarnya.
“Al, pita nait ipu yut!” ajaknya menunjuk satu troli pendek.
“Pial pita eundat jalan tati ladhi!” lanjutnya memberi penjelasan.
Lerroy dan Tiana tengah mengawasi sekitar dan melaporkan beberapa titik bagian yang juga tak ada penjagaan. Mereka berdua tak mengawasi pergerakan tiga bayi yang berbelok.
“Eh ... baby?” Tiana kehilangan ketiganya.
“Kak, babies hilang beneran!” pekiknya.
Gadis itu berlari dan berteriak memanggil ketiganya. Lerroy juga ikut berteriak. Dua orang dewasa itu sampai hampir menangis hingga ....
“Wawas ... bita bawu pelunsur!” pekik El.
Troli pendek pengangkut timba besar dinaiki tiga bayi. Troli itu meluncur cepat dengan kaki Al dan El yang menjadi penggeraknya. Entah dari mana ide dua bayi itu. Zora terpekik senang.
Mata Tiana dan Lerroy membesar, mereka mengejar troli yang melaju kencang. Jalan lorong memang sedikit menurun dan membuat laju roda makin cepat.
“Naitin tatimu EL!” perintah Al pada saudara kembarnya.
El menurut menaikan kakinya. Tiga bayi berteriak kencang karena laju troli makin lama makin cepat. Tiana dan Lerroy mengejar troli yang makin cepat lajunya.
Tiana melihat jalur koridor akan mencapai pintu di ujung gang. Ada dua arah jalan menuju luar bangunan. Pintu itu bisa terbuka secara otomatis jika ada benda yang menghantamnya.
Tiana melihat sekelilingnya, ia mundur tiga langkah dengan perhitungan yang matang. Gadis itu mulai berlari dan melompati beberapa boks besi.
Lerroy seperti melihat film action kung fu. Tiana laksana terbang menggunakan ilmu meringankan tubuh. Gadis itu menggunakan tubuhnya untuk menjadi tameng troli yang akan menghantam pintu.
“Tiana!” pekik Lerroy nyaris menahan nafas ketika troli hendak menghantam tubuh gadis itu, namun tak ada benturan terjadi.
Troli berbelok ke jalur lain menuju luar gedung dan masih meluncur dengan keras. Semua mata yang menyaksikan aksi tiga bayi dalam troli nyaris tak percaya.
“Apa tadi barusan Baby Al membelokkan laju troli itu?” tanya Fio yang kembali memutar kejadian.
“Baby Zo memegang kemudi troli dan membelokkannya ketua!” sahut Rio dengan mulut terbuka.
“Dari mana kekuatan bayi sepuluh bulan itu?” desis Fio tak percaya.
Rio memang pengawal senior, tetapi ia adalah bawahan Fio yang muda. Istri dan putrinya juga tengah bermain di sana.
“Semua pengawal berada di jalur belakang mencegah babies ke luar jalan!” perintah Fio.
“Siap ketua!”
Semua bergerak cepat, sedang di ruangan lain. Virgou nyaris pingsan melihat aksi tiga keturunan yang di luar akal orang dewasa.
“Cucu ku memang keturunan mafia!” ujarnya bangga.
Tiba bayi kini menunduk, Zora melindungi dua keponakannya. Dia menjadi tameng dan mengatakan jika itu adalah idenya.
“Anan mayahin aypies Mama ... nini lalah Oya!”
Luisa memang ingin anaknya menjadi perusuh, tetapi melihat tayangan tadi. Ia berpikir dua kali jika anak kembarnya melakukan hal yang membahayakan itu.
Semua bayi heboh, mereka juga mau naik troli yang meluncur deras seperti tadi. Tentu saja Terra dan para ibu lainnya melarang.
“Tidak!” cegah Virgou.
“Naikkan mereka ke troli. Ini hukuman semua pengawal yang membiarkan bayi-bayiku menentang maut seperti tadi!” lanjutnya menyeramkan.
Lima puluh pengawal harus mengejar troli yang berisi anak-anak. Tiana juga harus melakukan itu bersama Lerroy.
“Sayang,” peringat Khasya.
Semua anak dalam troli tertangkap oleh para pengawal. Semua menahan napas mereka ketika berhadapan Virgou.
“Enak saja mengumpan keturunanku untuk mengetahui di mana saja tempat yang minim penjagaan!” umpatnya pada semua pengawal yang menunduk termasuk Budiman dan Dahlan.
“Sayang ... sudahlah,” ujar Khasya lagi menenangkan pria dengan sejuta pesona itu.
Virgou masih mendumal panjang pendek. Budiman dan Dahlan mengakui kesalahan, mereka akan memperbaiki sistim penjagaan dan memperbaiki sistem mereka.
“Tapi saya masih penasaran dengan kekuatan Nona Zo ketua!” ujar Fio gemas.
Dahlan berdecak kesal, tetapi ia memang salut dengan kekuatan bayi yang baru berusia sepuluh bulan itu. Terlebih tubuh Zora paling kecil dari semua bayi.
“Kau tak tau Nona baby keturunan siapa?” desisnya.
Bersambung ...
Sudah terkontaminasi dengan nanat sisilan dan nanat fifiya ya Abi.
Next?
semoga pas bangun gak lupa......🥰
2b continue