Nana Martir adalah gadis yang cantik secara fisik dan juga pintar, dia lahir dari keluarga yang sederhana . Ayahnya hanyalah seorang tukang dan ibunya berjualan makanan. Tetapi dia banyak disukai karena berbagai prestasi yang boleh dia gapai , dia juga orang yang sangat berprinsip. Nana juga memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Joshua Martir, yang juga seorang anak dengan prestasi tidak kalah dari kakaknya.
Nana Martir selalu memegang prinsipnya "Aku adakah Aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Christi Jawan Tenda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesuatu Yang Tak Terduga
"Terima kasih dr. Marco sudah membantu Pris."ucap Tuan Ahas.
"Sudah kewajiban saya Tuan, apalagi kami dulu adalah rekan kerja. Saya juga rekan bisnis rumah sakit ini." Saya dokter rumah sakit Suprapto Jakarta."
"Kamu anaknya Prof Rudy?" pertanyaan Tuan Yusuf dan mendekati Marco.
Suasanapun tidak menjadi canggung lagi, karena ternyata dr. Marco adalah rekan bisnis dan rekan kerja Pris.
Tuan Ahas mengamati cara dr. Marco memperlakukan anaknya sangat lembut dan penuh perhatian.
Marco pamit untuk menemui Kevin juga ke ruangan Nana. Disana dia melihat Kevin mendampingi Nana dan memanggilnya bunda.
Absalom dan Easter juga ada di ruangan Nana, yang cukup banyak orang ini. Maklumlah keluarga besar apalagi ada Opa Saul yang terus mengamati Nana.
"Kevin, ayo sayang, istirahat dulu. Sedikit merunduk dan mengarahkan kedua tangannya dari depan pintu ruangan.
"Kevin, disini saja uncle sampai bunda siuman."
"Baiklah, saya titip Kevin, menatap Belsazar. Marcopun berjalan meninggalkan ruangan itu. Dia menuju Cafe dan memesan kopi juga makanan ringan, sambil memandang ke arah taman.
"dr. Marco, maaf mengganggumu." sapaan Tuan Ahas.
"Mari silahkan Tuan."
"Pris adalah putriku satu-satunya, aku membesarkan anak ini tanpa kasih sayang seorang ibu. Pribadinya sangat keras tapi hatinya begitu lembut. Aku ingin mendengar ceritamu ketika kalian masih rekan kerja."
Dr. Marcopun mulai menceritakan pertemuannya dari awal, tanpa dia menyadari Tuan Ahas sudah bisa membaca isi hati dokter tampan dan berbakat ini terhadap putrinya.
"Jalan kehidupan tidak perna kita tahu, nasib Pris begitu tragis, mendekati hari pernikahannya , calon suaminya ditembak tepat didepan cafe ini dan meninggal. Kejadian itu telah menutup hati Pris." Tuan Ahas merunduk kecewa.
Marco menatap Tuan Ahas dan memberi penguatan. Melihat Marco diapun merasa pribadi anak ini mirip dengan Sadrakh.
"TUHAN, apakah Marco adalah obat yang KAU berikan untuk luka hati Pris?" ucapan dalam hati Tuan Ahas.
Mereka berduapun kembali ke ruangan Pris. Wanita ini sudah sadar dan sedang berbincang-bincang dengan keluarga.
Pris kaget melihat papanya dan Marco masuk bersama, tapi dr. Marco langsung memeriksa Pris selayaknya pasien. Pris merasa ada sesuatu yang berubah dari sikap lelaki yang dia kenal dulu.
"Pris, kami pulang dulu, tubuh kami sudah tua dan harus istirahat. Jadi papa titip kamu kepada dr. Marco." ucap.Tuan Ahas dan memberi kode kepada Tuan Yusuf, Ny. Dorkas dan Oma Hada. Merekapun mengerti dan segera pulang.
"Pa." Pris mencoba bangun , tapi luka diperutnya sakit. Marco segera mendekat dan membaringkannya kembali, walau tatapan sinis Pris seakan anak panah yang siap dilepas.
"Istirahatlah, aku akan duduk menjauh darimu. Jangan takut, aku tahu diri , aku tahu posisiku dihatimu. Kebencianmu padaku terlalu besar, bahkan jikalau aku mati ddidepanmu, kau pasti akan senang. Cepatlah sembuh dan hukum aku." ucap Marco.
Pris terdiam karena dia tidak mengharapkan Marco mati. Diapun telah melihat perubahan besar dari pria itu bahkan kehadiran Marco kali ini lebih penyabar dan penyayang.
Pris ingat dengan detail setiap kejadian di pengadilan dan usaha Marco menyelamatkannya.
"Aku haus." ucap Pris. Jantung Marco berdetak kencang, tapi tetap berusaha tenang karena bahagia. Diapun mendekati Pris dan membantunya minum. Kemudian kembali ke kursi dan berakting sibuk dengan laptop, padahal dia seakan-akan ingin melompat kegirangan.
Suasana di ruang Nana. Nana yang sudah sadar dan dipeluk Kevin, memberi rasa cemburu tak beralasan Belsazar. Keluarga yang melihat itu tertawa.
"Nana, permintaan Gembul terjawab." Belsazar menciumnya.
"Apakah aku hamil?
"Iya, sudah lima minggu."
Suami istri ini berpelukan bahagia.
"Hore, Kevin punya dede dari Bunda dan Om."
"Kevin, jangan panggil Om, panggil ayah saja." ucap Ar. Dia merasa anak ini sepertinya dulu, karena itu Ar juga menyayanginya.
Keluarga semuanya pamit, diruang itu hanya mereka bertiga saja.
"Ayah, aku lapar." menatap Belsazar.
Panggilan ini membuatnya terharu, diapun memeluk anak ini dan mengelitiknya. Nana tertawa melihat candaan kedua pria yang berbeda zaman ini.
Beberapa saat kemudian masuklah pengawal Belsazar dengan membawa sekotak ayam, susu, roti, buah dan cemilan lainnya. Kevin sangat senang dan mulai melahapnya. Setelah selesai anak inipun mengantuk. Namun Belsazar mengarahkan dia ke kamar mandi untuk gosok gigi dan membersihkan dirinya, kemudian mengganti pakaian yang sudah disediakan pengawalnya. Kevinpun tertidur dipangkuan Ar dan kemudian dipindahkan ke tempat tidur untuk penjaga pasien.
Zzzzzzzzzxzzzzz
Absalom.dan Easter masuk ke ruangan Pris, dan pemandangan yang indah mereka saksikan, Marco sedang menyuapi Pris. Tatapan mata Marco penuh kasih sayang, itu bisa dirasakan Pris.
"Permisi." suara Absalom yang memecah susana keheningan diruang itu.
"Masuklah kalian berdua." ucap Pris dan menatap cincin yang melingkar di tangan Easter.
Marcopun menyerahkan Pris kepada mereka dan mohon pamit untuk melihat Kevin. Pris menyaksikan itu membuatnya agak kagum kepada Marco karena berbeda dengan karakter waktu itu.
Pris terus menggoda mereka berdua, walaupun sesekali dia merasa nyeri dibagian perut.
Diruangan Nana, Marco mendapati Kevin sudah tertidur lelap. Belsazarpun mempersilahkan dia masuk dan mereka berbincang-bincang akrab.
"dr. Marco. Maaf ada hal yang ingin aku tanyakan tapi agak pribadi." menatap Marco namun kontak mata Marco menghindar. Marco tahu kehebatan Nana dalam menggali informasi sesuai dengan profesinya.
"Apakah kau mencintai Pris?" pertanyaan Nana ini membuat suaminya Ar menatap tegas istrinya, karena langsung teringat Sadrakh.
Marco hanya merunduk dan diam tapi begitu gelisah.
"Bukankah kalian rekan kerja di rumah sakit milikmu?" tanya Nana lagi.
Belsazar baru tahu jika Marco dan Pris adalah rekan kerja.
"Dua tahun kalian sangat akrab , bahkan digosipkan berpacaran."
Marco semakin gelisah, tapi yang lebih heboh adalah suami dari Nana, dia bahkan bingung istrinya ini mendapatkan informasi seperti ini darimana. Informasi ini didapat dari opa Saul yang juga mengenal ayah dr. Marco. Memang Opa Saul keren.
"Jujurlah."
"Aku memang sangat mencintainya, tapi perasaan itu tidak ada dihati Pris. Dia hanya mencintai Sadrakh bahkan aku adalah orang yang paling dibencinya, bahkan jika aku mati akan menjadi kabar baik baginya. Tapi aku bersyukur bisa bertemu dan membantunya dalam keadaan kritis."
perkataan Marco juga didengar Pris, Absalom dan Easter yang mendorong kursi roda, karena Pris ingin memberikan selamat kepada Nana juga ingin melihat Kevin.
"Cinta tidak harus memiliki, melihatnya bahagia dari kejauhan sudah cukup bagiku." ucapan Marco yang membuat Nana mengerti.
Pris segera kembali ke ruangan, agar jangan Marco mendapati mereka mendengar isi hatinya.
"Pris, kau harus membuka kembali hatimu. Agar kau tidak menyesal." ucap Absalom.
"dr. Marco adalah pria yang baik. Masa lalu biarlah berlalu, jika dia perna melakukan kesalahan berikan dia kesempatan memperbaikinya." Easter memberi pengertian.
Kami pamit sebentar, aku sangat lapar. Absalom memegang perutnya. Pasangan inipun meninggalkan Pris.
Marco pamit ingin melihat Pris diruangannya, benar sekali filling dari Marco, Pris mencoba turun dan memegang tiang infus menuju toilet tapi luka diperutnya begitu menyayat. Dia hampir tidak mampu menahan sakit.
"Izinkan aku membantumu." Marco menggandeng dan mengantarnya ke toilet. Pris memintanya menunggu diluar, tapi ternyata begitu kesulitan. Marcopun menerobos masuk dan membantunya.
"Maafkan aku lancang, tapi aku harus membantumu." Pris diam dan mengikuti perintah Marco.
Marco menggendong Pris dan meletakkannya ditempat tidur pasien. Kemudian mengatur kembali infusnya.
"Tidurlah , aku menjagamu sampai mereka datang." Marcopun mendekatinya dan membantu mengganti perban juga meletakkan obat disana.
"Aku sudah memaafkanmu." ucap Pris yang membuat Marco seakan ingin melompat bahagia.
"Terima kasih, jikapun maut menjemputku sekarang, aku bisa pergi dengan tenang."
Pris mengayunkan tangannya kearah dada Marco dan menangis. "Kenapa selalu menginginkan kematian, kenapa harus selalu berbicara kematian. Hentikan kata-kata itu."
Marco memeluknya dan menenangkannya, kemudian mengusap kepalanya hingga tertidur.Karena itulah kebiasaan Pris dan Marco megetahuinya.
Belsazar melihat adegan itu dan mengerti, sudah saatnya Pris membuka hatinya untuk orang lain, Sadrakh biarlah menjadi bagian hidup Pris dalam ruang hatinya.
Sementara itu, Absalom di ruangan tersembunyi pada ruangan kerjanya, sedang menikmati ciuman hangat, yang larut dalam hasrat mereka berdua. Hasrat yang Absalom tahan begitu lama begitu juga Easter. Ruang itu dikuasai desahan dari keduanya bahkan kegagahan Absalom ditonjolkan saat itu. Penyatuan mereka berdua terjadi dan mereka begitu menikmatinya.
"Terima kasih Easter." dia mencium keningnya karena keperawanan Easter yang dia ambil, lelaki yang seutuhnya memiliki Easter.
Easter tertidur karena kelelahan, bahkan baginya ini sosok lain dari Absalom, dia sangat bahagia karena mereka berdua akhirnya bisa bersama.
Rasaku melayang diawan
liur manis bagaikan madu
hempasan nafas beradu
suara nyanyian merintih candu
kau lepaskan gagah hasrat
terpancing jiwa meronta manja
Ah, nikmat suara menggoda
Naik turun bagaikan gelombang
Tak ingin berhenti
Mencapai puncak cinta memuaskan
Kecurigaan Nana tentang hub Marco dan Nana
Dukungan membuka hati
Pedekate Marco yang sabar
Protektifnya Belsazar
Keromantisan Absalom.dan Easter.
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜