Adinda Khairunnisa gadis cantik yang ceria, yang tinggal hanya berdua dengan sang ayah, saat melahirkan Adinda sang bunda pendarahan hebat, dan tidak mampu bertahan, dia kembali kepada sang khaliq, tanpa bisa melihat putri cantiknya.
Semenjak Bundanya tiada, Adinda di besarkan seorang diri oleh sang ayah, ayahnya tidak ingin lagi menikah, katanya hanya ingin berkumpul di alam sana bersama bundanya nanti.
Saat ulang tahun Adinda yang ke 17th dan bertepatan dengan kelulusan Adinda, ayahnya ikut menyusul sang bunda, membuat dunia Adinda hancur saat itu juga.
Yang makin membuat Adinda hancur, sahabat yang sangat dia sayangi dari kecil tega menikung Adinda dari belakang, dia berselingkuh dengan kekasih Adinda.
Sejak saat itu Adinda menjadi gadis yang pendiam dan tidak terlalu percaya sama orang.
Bagaimana kisahnya, yukkk.. baca kisah selanjutnya, jangan lupa kasih like komen dan vote ya, klau kasih bintang jangan satu dua ya, kasih bintang lima, biar ratingnya bagus😁🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Uggghhh.....
"D-din-da," panggil Aldo, saat dia tersadar dari pingsannya.
"Nak. Kamu sudah sadar sayang." panggil sang mama saat mendengar suara lirih Aldo.
"Mama." panggil Aldo lemah.
"Iya sayang, ini mama, apa yang sakit nak, kasih tau mama." ujar sang mama berkaca kaca, semua keluarganya mengngerubungi Aldo, sambil menatap haru, karena Aldo sudah sadarkan diri.
"Adinda mana ma?" tanya Aldo lirih, saat bangun yang di cari Adinda, bukan mama atau kelurganya yang lain.
"Ada sayang, Dinda ada di sana, dia juga belum siuman, tadi pingsan saat nungguin kamu." ujar sang mama.
"Ma, apa Adinda terluka parah ma, dia nolongin Aldo tadi, dia melawan preman sampai babak belur." ujar Aldo dengan wajah panik, dia ingin duduk dan melihat Adinda.
"Jangan bergerak dulu Al, kamu butuh istirahat, kamu baru habis operasi, Adinda baik baik saja kok." tegur sang papa.
"Klau dia baik baik aja, kenapa dia ngak sadarkan diri pa." omel Aldo, dia merasa bersalah, karena gadis cantik yang sangat dia kagumi itu sedang tidak baik baik saja, apa lagi Adinda sampai seperti itu karena menolong dirinya.
"Dia kelelahan, lukanya tadi sempat ke buka lagi, trus dia juga sempat mendonorkan darahnya untuk kamu, ya sudah di tumbang." ujar abang Aldo dengan santainya.
"APA.....! Adinda me donorkan darahnya untuk aku!" pekik Aldo, sungguh dia kaget mendengar ucapan sang abang.
"Iya, dia memaksa dirinya untuk mendonorkan darahnya ke kamu, gara gara kamu ke habisan darah, di rumah sakit tadi persedian darah sedang habis, menunggu kami terlalu lama, jadi dia berinisiatif medonorkan darah untuk kamu, klau dia tidak mendonorkan darahnya sama kamu, entahlah. Mama ngak tau apa yang akan terjadi." ujar sang mama menatap sendu tirai penghalang Antara Aldo dan Adinda.
"Astaga. Adinda, kenapa kamu melakukan itu, sekarang kamu yang tidak baik baik saja." gumam Aldo penuh sesal.
"Sudah. Jangan di pikirin, Adinda tidak apa apa kok, dia hanya butuh istirahat saja." ujar sang papa menenangkan Aldo.
"Aku mau lihat dia pa." melas Aldo.
"Kamu lihat dari sini aja ya, mama buka tirainya." ujar sang mama, membuka tirai pembatas antara Aldo dan Adinda.
Saat tirai di buka, terpampanglah wajah pucat Adinda, yang masih menutup mata rapat, di pipinya terlihat luka lebam bibir sedikit sobek.
"Astaga, dia sampai seperti ini, gara gara menolong aku." gumam Aldo menatap penuh sesal kearah Adinda.
"Dia gadis baik, jiwa penolongnya tinggi banget, saat menolong orang, dia tidak perduli akan dirinya sendiri." gumam sang mama.
"Iya." Aldo mengangguk setuju, karena Aldo bisa melihat bagaimana perlakuan Adinda kepada teman temannya di kampus.
Ceklek .....
Pintu ruang rawat Aldo terbuka dari luar, semua mata tertuju ke arah pintu.
"Ehhh.... Maaf mengganggu." ujar Lusi tidak enak hati, dia tadi memang keluar untuk membeli keperluannya sebentar.
"Tidak apa apa lok nak." sahut mama Aldo tersenyum lembut ke arah Lusi.
Lusi mengabaikan semua orang yang masih memandang setiap kegiatanya.
Lusi dengan telaten mengurus Adinda mengelap wajah Adinda menggunakan tisu basah, karena dari tadi wajah itu belum di bersihkan, tak lupa dia memberi Salaf untuk di luka memar Adinda.
Cup....
"Cepat membaik my hero, jangan lama lama bobonya ya, tidak taukah kamu, kami sangat menghawatirkan kamu." gumam Lusi yang masih di dengar oleh semua orang di sana.
Tampak wajah sendu gadis itu menatap wajah sahabat baiknya.
"Lusi." panggil mama Aldo.
"Ehhh... Iya tante." sahut Lusi kaget dan juga malu, ternyata dari tadi semua mata sedang tertuju kepada dirinya.
Mama Aldo tersenyum melihat Lusi yang salah tingkah.
"Sudah lama kenal sama Adinda?" tanya mama Aldo.
"Sudah dari SMP tante, dia sahabat baik aku." ujar Lusi.
"Anaknya baik banget ya." kepo mama Aldo, yang lain hanya diam dab ikut menyimak, ingin tau juga tentang Adinda.
"Sangat sangat baik tante." sahut Lusi memandang sendu wajah Adinda.
"Boleh tante tau ceritanya, tante jadi penasaran." pinta mama Aldo.
Lusi mengangguk dan mulai bercerita.
"Dinda, teman kami ini sangat baik tante, dulu saya kenal Dinda saat smp, tapi tidak terlalu dekat, karena saya tidak terlalu suka berteman, sementara Adinda gadis yang ceria, dia banyak di sukai orang, karena dia sangat baik dan pintar, dia ngak sungkan sungkan untuk mengajarkan kami, kalau kami tidak mengerti tentang soal yang guru berikan."
"Saya mulai dekat sama Adinda saat kami pernah satu kelompok, dia tau saya pendiam, teman teman juga tidak terlalu dekat sama saya, namun Adinda selalu mengajak saya ngobrol, bertanya ini itu, tidak pernah membeda bedakan saya dengan teman lainnya, jadi saya nyaman berteman dengan dia, yang tidak munafik dalam pertemanan, dari situ kami akrab sampai sekarang."
"Kami kuliah di sini juga tinggal di rumah Adinda tante, tanpa membayar biaya sewa rumah dan makan, saya dan Adinda kebetulan dapat beasiswa, tapi dua teman saya tidak, Adinda yang membayarkan kuliah dan biaya hidup kami di sini, maklum kami keluarga kurang mampu, jadi semua Adinda yang menanggung hidup kami di sini." tutur Lusi.
Haaa....
Semua orang di buat melongo mendengar ucapan Lusi itu, bagaimana bisa gadis remaja itu bisa membiayai hidup teman temannya, sementara dia juga masih kuliah.
"Bagaimana bisa, bukannya Adinda juga masih kuliah, dan yatim piatu." ujar kakak Aldo.
Lusi tersenyum mendengar ucapan kakak Aldo itu.
"Adinda memang yatim piatu, tapi peninggalan ayahnya lumayan banyak untuk Adinda, namun dia ingin berbagi dengan kami sahabatnya, katanya biar sukses bersama sama." ujar Lusi yang tidak ingin menjabarkan aset aset Adinda, takutnya mereka akan mencari keuntungan terhadap Adinda.
"Ya Allah, mulia sekali anak ini." gumam Mama Aldo.
Aldo semakin kagum kepada gadis pujaan hatinya, dia tidak menyangka Adinda gadis yang sangat baik.
"Ehhh... Kak Aldo sudah sadar." kaget Lusi yang baru ngeh kalau Aldo melihat Adinda tanpa kedip.
"Sudah, sudah dari tadi kok." sahut Aldo tersenyum lembut ke arah Lusi. Lusi sampai melongo melihat senyum manis Aldo itu, baru kali ini dia bisa melihat kulkas empat pintu itu tersenyum seperti itu.
"Lus, heii... Lusi, kenapa jadi bengong gitu." ujar mama Aldo melambai lambaikan tangan ke arah mata Lusi.
"Eehhh... Maaf tante." gagap Lusi.
"Iya ngak pa apa, kamu kenapa bengong?" tanya mama Aldo lagi.
"Hehehe... Aku cuma kaget aja tante, ternyata kulkas berjalan itu bisa tersenyum manis juga." kekeh Lusi tanpa dosa.
Aldo hanya bisa mendengus kesal dengan ucapan Lusi, ternyata gadis ini ngeselin juga.
Hahaha....
Semua yang ada di sana terpingkal dengan pengakuan Lusi dan melihat wajah kesal Aldo.
"Maaf ya nak, emang begitu stelan dari pabriknya, mungkin karena belum ketemu pawangnya, nanti klau sudah ketemu pawangnya dia bisa tersenyum." kekeh papa Aldo.
Aldo hanya memutar mata males.
"Dah lah, aku mau tidur." kesal Aldo menutup mata.
Yang lain hanya terkekeh melihat wajah kesal Aldo, Lusi pun ikut terkekeh, lucu aja melihat Aldo ternyata bisa merajuk juga.
"Ya sudah nak, kamu istirahat juga ya, sudah malam ini." ujar mama Aldo menutup tirai pembatas.
"Iya tante." sahut Lusi tersenyum lembut.
Bersambung.....