"DUARRR"
Akhirnya Zevana mengetahui dibalik sikap dingin suaminya. Gadis bernama lengkap Zevana Azalia Hermina Salim itu harus menelan pil pahit dalam rumah tangganya. Ia baru saja mengetahui kalau suami yang baru seminggu menikahinya itu ternyata memiliki tambatan hati. Pantas selama ini suaminya bersikap dingin, bahkan mereka tidak tidur satu kamar.
Apakah pernikahan itu akan terus berlanjut? Atau Zevana akan mencoba membuat suaminya jatuh hati padanya? Bukankah akan sangat melelahkan dan menyakitkan bila bertahan? Dan apakah suaminya mau melepas Zevana jika ada seseorang yang mau membahagiakan Zevana?
Inilah kisah Zevana seorang Putri dari orang ternama nan alim dan disegani. Siapa sangka rumah tangganya begitu nelangsa. Beri support ke author yahh..
Sebelumnya mohon maaf bila ada kesamaan antara nama tokoh, alamat, ataupun yang lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Trihandayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WWK BAB 25
"Walah... Iki mah aku arep ndue buyut." Gumam Kakek Panji dengan senyuman yang merekah di bibirnya. (Halah... Ini mah aku akan punya buyut.)
Tiga hari setelahnya keluarga William mendatangi kediaman Yai Halim sesuai permintaan. Yah, kemarin Yai Halim menghubungi Rama perihal pertemuan keluarga untuk menyelesaikan masalah rumah tangga Rayhan dengan Zevana.
Disinilah kini Kakek Panji, Rama, Lydia, dan juga Rayhan. Ruang tengah menjadi penuh karena kedatangan empat tamu, apa lagi disana juga ada Yai Halim, Husna, dan Zevana. Dimana Zevan? Dirinya harus ke rumah sakit karena ada urusan mendesak.
"Bismillah, sesuai dengan yang kita sepakati tempo hari. Kedatangan kami kemari untuk menyelesaikan masalah rumah tangga cucu saya Rayhan dengan Zevana. Saya berharap masih ada jalan terbaik untuk mereka berdua." Ucap Kakek Panji memulai pembicaraan.
"Kondisi kamu bagaimana, Nduk?" Tanya Kakek Panji yang sudah beralih menatap cucu mantunya.
Zevana mendongak menatap wajah teduh senja itu, "Alhamdulillah, Zevana baik-baik saja Kek." Senyum tipis terukir di wajah Zevana.
"Syukur alhamdulillah. Bagaimana dengan calon buyut ku? Sehat juga kah?" Tanya Kakek Panji lagi.
"DEGGGHHH"
Dari mana Kakek Panji tahu? Pikir Zevana. Ah, dirinya lupa siapa lawan bicaranya. Manik mata Zevana mengerjab beberapa kali tanda dirinya cukup terkejut.
"Tidak perlu kaget begitu, info seperti itu kecil untuk Kakek bisa tahu." Saut Kakek Panji seolah tahu apa yang ada di pikiran Zevana.
"Rayhan, apa kamu benar-benar sudah tidak ada hubungan lagi dengan wanita itu?" Kini Yai Halim yang bertanya.
"Iya, Ayah."
"Rayhan sudah tidak ada hubungan lagi dengannya. Kalau tidak percaya bisa tanyakan pada antek-anteknya Kakek yang selalu buntuti Rayhan beberapa minggu terakhir." Jawab Rayhan melirik kearah Kakeknya sekilas.
Yups, Kakek Panji memang meminta beberapa orang untuk membuntuti kemanapun Rayhan pergi. Itu juga yang membuat Kakek Panji tahu kalau hubungan Rayhan dengan Zevana tidaklah harmonis. Tapi Kakek Panji bersyukur karena akhirnya Rayhan memutuskan hubungan dengan wanita uler keket itu.
"Itu benar Halim, Rayhan tidak ada hubungan apapun lagi dengan uler keket itu." Ucap Kakek Panji membenarkan ucapan Rayhan tadi.
Zevana menahan tawa kala mendengar Kakek Panji menyebut Katherine dengan nama makhluk yang cukup membuat bulu kudunya merinding.
"Tapi kalau-kalau kamu masih lihat Rayhan bersama wanita itu, bisa jadi wanita itu belum terima dengan keputusan Rayhan. Orang suruhan ku memberikan informasi kalau wanita itu diam-diam masih mendekati Rayhan. Bahkan saat di pesta salah satu kolega bisnis Rayhan, dia berani menyampur minuman dengan obat laknat itu." Jelas Kakek Panji.
Mendengar penjelasan Kakek Panji membuat Zevana ingat kejadian itu. Berarti benar, ada yang sengaja menyampurkan minuman itu dengan obat perangsang.
"Tapi aku bersyukur walau disatu sisi juga menyesal. Karena kejadian itu Zevana harus merasakan trauma. Namun, di balik itu aku benar-benar bersyukur karena bukan wanita itu yang Rayhan tiduri. Mungkin ini salah satu bentuk jalan yang Allah beri untuk masalah ini, dengan menghadirkan calon buyut ku di kandungan Zevana." Ujar Kakek Panji kembali.
Yai Halim hanya diam menyimak setiap ucapan sesepuh William itu. Sesekali dirinya mengangguk tanda mengerti. Begitu juga dengan Husna yang masih stay menggenggam telapak tangan Putri kesayangannya.
"Papa dan Mama berharap kamu mau memberikan Rayhan kesempatan, Zevana. Papa tahu betul bagaimana Rayhan kalau sudah menyesal dan mengaku salah. Apa lagi saat ini kamu tengah mengandung buah hatinya. Setidaknya lihat perubahan sikap Rayhan nanti sampai kamu melahirkan. Kalau Rayhan kembali menyakiti mu, kamu bisa pikirkan kembali untuk berpisah." Kini Rama yang berucap panjang kali lebar.
"Nana, bagaimana dengan mu? Kakek Panji dan Rayhan sudah menjelaskan semuanya. Rayhan benar-benar menyesali sikap dan perbuatannya." Tanya Yai Halim seraya menatap Putrinya.
Ahh, wajah Putri kesayangannya terlihat pucat setelah dua hari kemarin tidak mau makan. Bukan tidak mau tapi tidak bisa, karena setiap makanan yang masuk pasti akan keluar kembali. Bahkan makanan apapun sudah mereka coba berikan, tapi hasilnya sama. Yai Halim memaklumi karena begitulah wanita yang tengah hamil muda. Tapi, kalau benar-benar tidak ada asupan nutrisi yang masuk bisa gawat.
Wajah Zevana mendongak, menatap wajah Rayhan beberapa detik. Kemudian dirinya beralih menatap Ayahnya.
"Zevana mau ngobrol berdua dengan Mas Rayhan boleh?" Tanya Zevana.
Ahh, panggilan itu entah mengapa Rayhan rindu dengan panggilan Zevana padanya.
Yai Halim mengangguki ucapan Zevana, "Boleh, coba bicara dari hati kehati. Jangan sampai emosi menguasai mu, sayang. Ingat ada setan yang selalu berusaha untuk memisahkan dua orang insan dari ikatan pernikahan." Ucap Yai Halim memberi wejangan kepada Putri dan menantunya.
Zevana mengangguk dan segera beranjak dari sofa.
"Kita ngobrol dikamar Zevana saja, Mas." Ucap Zevana melangkah pergi di ikuti Rayhan yang mengekor.
.
.
Sesampainya di kamar Zevana duduk di tepian ranjang sedangkan Rayhan duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang.
"Apa yang ingin kamu bicarakan, Na?" Tanya Rayhan dengan nada lembut.
Zevana mengerjabkan matanya beberapa kali. Apa benar ini Mas Rayhan suaminya? Bukankah biasanya Mas Rayhan berbicara dengan nada dingin? Apa ini salah satu usaha Mas Rayhan untuk memperbaiki semuanya? Entahlah, Zevana tidak mau ambil pusing.
"Mas Rayhan benar sudah putus dengan Mbak Katherine?" Definisi pertanyaan yang di balas dengan kata tanya juga.
Rayhan menarik sudut bibirnya keatas mendengar sebutan "Mbak" untuk mantannya itu. Ahh, Rayhan sebenarnya enggan mengakui wanita itu sebagai mantan.
Rayhan tersenyum, "Seperti yang kamu dengar dari Kakek Panji tadi. Aku dan wanita itu sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Aku serius ingin memperbaiki semuanya, Na. Apa lagi akan ada si mungil nantinya. Aku minta maaf untuk semuanya, aku mohon beri aku kesempatan sekali saja untuk memperbaiki semua. Kita mulai dari awal ya?" Ucap Rayhan di akhir kalimat tatapan Rayhan nampak sendu. Dirinya benar-benar memperlihatkan rasa bersalahnya serta kesungguhan untuk memulai semua dari awal.
"Zevana ada syarat untuk itu." Saut Zevana akhirnya.
"Apa itu?" Tanya Rayhan dengan dahi yang sudah mengernyit dan mata yang menyipit.
"Pertama Zevana ingin lanjut spesialis, kedua Zevana mau kalau nantinya ini terulang lagi seluruh harta Mas Ray jadi milik ku. Biar tahu rasa wanita yang sudah rebut Mas Ray dari ku. Sisanya nanti kalau keinget." Jawab Zevana dengan nada agak lantang.
Rayhan menahan tawa karena kalimat terakhir Zevana. Sungguh dirinya tidak menyangka kalau istrinya akan berkata seperti itu.
"Iya, Sayang. Apa pun akan aku usahakan dan berikan untuk mu. Jadi sekarang kita baikan kan?" Ucap Rayhan dengan nada menggoda di akhir kalimat.
"DEGGHHH"
Jantung Zevana berdesir kala mendengar Rayhan menyebutnya "Sayang". Mendadak suasana menjadi canggung serta kikuk. Pipi Zevana pun sudah bersemu merah.
To Be Continued...