Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.
Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.
Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.
Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi, supranatural.
mohon tinggalkan jejak ya, beri like atau komen agar author semangat upload.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
Evan yang menonton tayangan di buku hologram, tertegun sampai tidak berkedip dan tidak bisa berkata apa apa. “Ctak,” Li Tian kembali menjentikkan jarinya dan buku hologram di depan wajah Evan menghilang. Evan menoleh melihat Li Tian yang masih jongkok di depannya,
“Ja..jadi kakak benar benar dari dunia lain dan hebat,” ujar Evan.
“Aku benar benar berasal dari dunia lain, mengenai hebat atau tidak nya, kamu saja yang menilai, apa kamu mau berlatih agar bisa seperti ku ?” tanya Li Tian.
Setelah menonton tayangan di buku barusan, tanpa ragu ragu, Evan mengangguk berkali kali sambil menatap Li Tian, tentu saja Li Tian langsung senang dan berdiri, kemudian dia menjulurkan tangannya kepada Evan sekali lagi. Evan menyambut tangan Li Tian dan berdiri,
“Kakak ini hantu atau bukan ?” tanya Evan.
“Aku ? aku sendiri tidak tahu, aku tinggal di buku ini bersama istri ku Qing Yun yang kamu lihat di tayangan tadi, jadi jangan tanya aku ini apa,” jawab Li Tian.
“Apa yang lain juga sama ?” tanya Evan.
“Mereka sama, tapi mereka berasal dari dunia yang berbeda dari dunia ku,” jawab Li Tian.
“Be..begitu,” ujar Evan.
“Baiklah, sekarang aku akan menawarkan empat kitab untuk kamu pelajari, pertama kitab tinju bumi timur, kedua kitab tendangan api selatan, ketiga kitab cakar harimau barat dan keempat kitab telapak es utara, pilih salah satu karena empat kitab, empat cara kultivasi, kamu sebaiknya fokus satu dulu,” balas Li Tian.
Evan tertegun, dia bingung apa yang harus dia pilih walau dia sudah melihat ke empatnya di tayangan barusan. Li Tian mengamati tubuh Evan yang ceking seperti tengkorak dan tinggi,
“Hmm ok, aku saja yang pilihkan, ini,”
Muncul sebuah gulungan berwarna merah di tangan Li Tian, dia membuka gulungannya dan memperlihatkan lembaran di dalam nya kepada Evan, ternyata gulungan itu adalah kitab tendangan api selatan yang mengedepankan jurus jurus kaki untuk menyerang dan bertahan. Li Tian duduk bersila di lantai dan Evan mengikuti nya, Li Tian meletakkan lembaran gulungan yang panjang di lantai kemudian meminta Evan menaruh tapaknya di atas lembaran nya.
“Begini ?” tanya Evan yang menaruh telapak tangannya di atas lembaran.
“Swoooosh,” lembaran beserta gulungannya masuk ke dalam tubuh Evan, tapi Evan heran karena dia tidak merasakan apa apa.
“Nah sekarang mari berlatih, caranya mudah, setiap hari kamu harus berjalan kaki kemana pun, jauh atau dekat kamu berjalan kaki, tanpa alas atau sepatu,” ujar Li Tian.
“Hah...tanpa sepatu ?” tanya Evan.
“Ya, tujuannya agar telapak kaki mu menyerap aliran qi bumi dan memanfaatkan nya untuk tubuh mu, alasannya karena kamu tidak memiliki aliran qi di dalam tubuh mu, itu wajar karena kamu hidup di dunia ini tidak pernah berlatih qi sama sekali, berbeda dengan ku yang sejak kecil latihan berkultivasi,” jawab Li Tian.
“Be..begitu ya,” balas Evan.
“Kedua, setiap jalan, langkah pertama mu harus lebar sampai maksimal dan setelah itu dua langkah normal, ulangi terus setiap berjalan,” balas Li Tian.
“Um...bisa beri contoh ?” tanya Evan.
Li Tian berdiri, dia melangkah sangat lebar kemudian berjalan biasa sebanyak dua kali dan kembali melangkah sangat lebar. Evan memperhatikan caranya, kemudian dia berdiri dan mencobanya,
“Ya benar begitu,” ujar Li Tian.
“Oh benar ya, terima kasih,” ujar Evan girang.
“Ketiga, aku ajari kamu bernafas dan setiap kamu berjalan kaki, kamu harus bernafas seperti ini,”
Li Tian menarik nafasnya dan menahannya, kemudian bagian bawah perutnya mengembang dan terlihat ada yang bergerak ke ulu hati nya.
“Tahan nafas mu, alihkan ke perut kecil lalu ke ulu hati lalu kembali lagi ke perut kecil kemudian lepaskan,” ujar Li Tian mengajari Evan.
Evan mencobanya, awalnya dia kesulitan namun berkat di arahkan oleh Li Tian, akhirnya dia bisa melakukannya. Tapi ada sesuatu yang membuatnya penasaran,
“Kak, kenapa harus melangkah lebar waktu berjalan ?” tanya Evan.
“Agar suatu hari nanti kamu bisa seperti ini,”
Li Tian mengangkat kakinya lurus ke atas dan memegangnya, kemudian dia menekannya sampai ujung kakinya berada sedikit di belakang kepalanya. Mata Evan membulat karena melihat kaki Li Tian yang nampak lentur dan kuat,
“Wow....hebat,” ujar Evan kagum.
“Baiklah, sekarang kamu kembali ke dunia mu, kamu lakukan semua yang ku ajarkan setiap hari agar bisa menggunakan jurus di kitab itu, aku akan terus memandu mu selama sebulan, aku yakin hanya dalam waktu singkat kamu akan bisa menggunakan jurus pertama di kitab itu,” balas Li Tian.
“Baiklah kak, terima kasih,” ujar Evan.
“Ctak,” Li Tian menjentikkan jarinya dan “prak,” dunia seakan akan retak, “praaang,” dunia pecah berantakan, “waaaaaaa,” Evan jatuh ke dalam kegelapan dan panik,
“Jangan takut, lihat titik cahaya di bawah itu, fokus saja ke titik itu,” ujar Li Tian memberi petunjuk.
Evan yang tidak bisa bicara karena jatuh, berbalik dan melihat titik putih yang semakin lama semakin membesar di depannya. Matanya terus menatap titik itu sampai akhirnya dia melewati nya,
“Whoaaah,”
Evan terbangun dan duduk kembali bersender di pintu, dia menoleh memeriksa sekeliling, hatinya benar benar lega karena dia berada di kamarnya. Dengan perlahan dia berdiri, namun ketika dia hendak berjalan, “ngek,” kakinya tertahan dan tidak bisa bergerak.
“Loh...apa ini ?” tanya Evan sambil melihat kakinya yang tidak memakai apa apa.
[Li Tian : ah benar, aku memberi kaki mu beban, jadi sekarang kamu harus terbiasa menggunakan beban itu. Lama lama kamu akan merasakan beban itu tidak ada lagi di kaki mu.]
“Hah...lalu bagaimana kalau aku buru buru ke kamar mandi ?” tanya Evan.
[Li Tian : ya tahan, kalau tidak tahan apa boleh buat.]
“Aduh...ternyata berat ya,” ujar Evan dalam hati.
“Hgngh,” dengan sekuat tenaga, Evan mengangkat kakinya, pergelangan kakinya terasa seakan akan mau lepas, “blugh,” kakinya menapak jauh di depan.
“Huff...huff...baru selangkah udah kayak gini...ampun,” ujar Evan.
[Li Tian : kamu mau menjadi kuat kan, jangan mengeluh, tenang saja, latihan ku memang paling berat di banding mentor lain, tapi hasilnya kamu akan menjadi orang yang berbeda dari sekarang.]
“Ba..baiklah, aku akan berusaha,” ujar Evan dalam hati.
Dengan memperkuat tekadnya dan di bakar amarah ketika mengingat kejadian yang menimpa dirinya juga ibunya sewaktu dia berusia 5 tahun, di tambah kejadian yang dia alami di sekolah dan tadi pagi di depan gang rumahnya, Evan melangkah selangkah demi selangkah walau hanya berputar putar di dalam kamar. Keringatnya mengucur deras sampai membasahi lantai namun dia tetap berjalan. Tiba tiba,
“Tok,”
“Tok,”
Tedengar suara ketukan di pintu rumah nya, Evan yang sedang ngos ngosan membuka pintu kamarnya, dia berjuang berjalan ke arah pintu rumahnya dengan susah payah dan penuh perjuangan. “Klek,” dia membuka pintunya dengan nafas terengah engah, namun mata nya membulat seketika karena yang berdiri di balik pintu adalah seorang gadis cantik, bertubuh jenjang dan seksi, mengenakan seragam asal asalan hingga terkesan urakan, sedang tertegun dengan mulut menganga melihat dirinya yang penuh dengan keringat.
“Kenapa lo ?” tanya sang gadis heran.
“Be..Bella ? lo kenapa kesini ? emang sekolah udah selesai ?” tanya Evan.
“Lo yang kemana, udah selesai dari tadi, lo kenapa ga masuk, cepetan cerita ?” tanya Bella sedikit memaksa.
Evan langsung menoleh ke arah jam dinding setelah mendengar pertanyaan Bella, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 15:00 atau jam 3 sore.
“Huh...berarti gue tidur seharian dong dari pagi, trus kok dia bisa tahu rumah gue sih, tau darimana,” ujar Evan di dalam hati.