Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 31
Di Jakarta, Zeline dan Galang sedang berdiskusi melalui pesan singkat.
"Em, Gal, kita kan belum kasih tahu Arhan dan Amora tentang rencana pernikahan kita," tulis Zeline.
"Iya, benar. Aku juga belum sempat kasih tahu Arhan kalau di kantor. Wah, bisa ngamuk tuh tuan muda kalau nggak kita kasih tahu!" jawab Galang bercanda.
"Hahahaha, bisa jadi kamu dipecat atau ditembak sama Arhan, hahaha!" Zeline menggoda.
"Tega banget sama aku," Galang membalas.
"Bercanda, sayang. Kamu lagi ngapain?"
"Ngurus kerjaan dikit, tapi udah selesai,"
"Udah makan kan?" tanya Zeline
"Udah, sayang. Kamu sendiri, udah makan?"
"Udah tadi. Em, sayang, besok kan libur. Gimana kalau kita ke rumah Arhan dan Amora? Takutnya nanti kita malah lupa," kata Zeline.
"Iya, sayang, tapi kabari Amora dulu, dia di rumah atau nggak."
"Siap, sayang."
"Malam-malam jangan tidur larut, ya. Nggak baik," Galang mengingatkan.
"Kamu juga. Iya, sudah. Good night, sayang. Sweet dreams."
"Good night too. Jangan lupa mimpiin aku," balas Galang.
Kembali ke rumah Arhan dan Amora...
Pagi itu Amora kembali merasakan mual. Arhan yang mendengar segera bangun dan bergegas ke kamar mandi, menemani Amora.
"Gimana, sayang?" tanya Arhan cemas.
"Udah, Kak," jawab Amora dengan suara lemah.
"Minum dulu," Arhan menyodorkan segelas air.
"Terima kasih, Kak. Maaf ya ganggu tidurnya Kakak."
"Ini memang waktunya bangun, Ara. Kamu mau sarapan apa?" tanya Arhan, berusaha mengalihkan perhatian.
"Enggak, Aku belum ingin makan."
"Ya sudah, nanti kita ke rumah sakit, ya?" Arhan mengusulkan.
"Iya, Kak."
Setelah pukul 9 pagi, mereka sampai di rumah sakit dan menuju ruang dokter kandungan.
Arhan bertanya dengan penuh harap, "Bagaimana, Dok?"
"Selamat, Tuan Muda. Nyonya positif mengandung. Usia kandungannya baru 4 minggu," jawab dokter dengan senyum.
Arhan menghela napas lega. "Dok, bisa nggak memberikan obat supaya istri saya nggak sering mual?"
"Maaf, Tuan. Itu memang bawaan dari bayi. Biasanya terjadi di awal kehamilan. Tenang saja, itu normal," kata dokter.
Amora khawatir. "Apakah janin saya sehat, Dok?"
"Menurut pemeriksaan saya, cukup sehat, Nyonya. Meskipun begitu, Nyonya harus berhati-hati. Jangan kelelahan atau stres karena kandungan Nyonya masih sangat muda dan rentan keguguran," jawab dokter.
Amora mengangguk. "Baik, Dok. Saya akan menjaga kandungan saya."
Dokter tersenyum. "Saya akan beri resep vitamin. Ada lagi yang ingin ditanyakan?"
Arhan dengan agak canggung bertanya, "Selama istri saya hamil, apakah kami bisa... melakukan itu, Dok?"
Amora langsung memelototi Arhan, matanya membulat, dan seketika mencubit lengan Arhan karena malu.
"Kak..." bisiknya.
Dokter tertawa kecil. "Gapapa, Nyonya. Ini pertanyaan yang bagus. Maaf, Tuan. Kalian boleh melakukannya setelah kandungan Nyonya berusia lebih dari 3 bulan. Untuk sementara, jangan dulu."
Arhan mengangguk. "Baik, Dok. Terima kasih. Kalau begitu, kami permisi."
"Ya, Tuan. Jangan lupa vitaminnya diminum, ya, Nyonya. Dan Anda bisa cek kandungan 1 bulan dua kali," tambah dokter.
Amora dan Arhan keluar dari ruang dokter, berpegang tangan dan tersenyum bahagia.
Di dalam mobil, Amora hanya berdiam diri menatap keluar jendela. Arhan yang merasa khawatir langsung bertanya, "Sayang, kamu kenapa sih? Hm?"
Amora menghela napas. "Gpp, Kak."
Arhan terus mengamati wajahnya yang tampak sedikit cemberut. "Kamu marah sama aku?"
Amora menatap Arhan dengan kesal. "Habisnya ya, Kak Arhan... kenapa tanya hal kayak gitu ke dokter? Aku kan malu."
"Owh, soal tadi... Maaf, sayang. Tapi kata dokter itu kan bagus, jadi kita bisa tahu," jawab Arhan dengan lembut, mencoba menenangkan.
Amora terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Iya juga sih."
"Sudah nggak marah kan?" tanya Arhan lagi, lebih lembut.
"Enggak sih... tapi aku mau Kakak berhenti," jawab Amora.
Arhan menatapnya bingung. "Berhenti? Kenapa?"
"Berhenti dulu," kata Amora sambil mengarahkan pandangannya ke luar mobil.
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁