Zu Satria Paksa

Satria dan Eria kini telah sampai dikamar milik Satria. Dengan perasaan tak nyaman Eria duduk dipinggiran tempat tidur.

Karena tahu Eria sedang marah Satria memilih masuk kamar mandi dan membersihkan dirinya yang lengket.

Padahal tadi sudah mandi.

Eria menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Didalam sana terdengar jelas jika Satria tengah mandi.

"Nggak nyangka kalau aku bakal nikah muda. Entah apa salah ku hingga aku tertimpa nasib buruk seperti sekarang ini"

Eria bicara sendirian rasanya ingin sekali membanting apa saja yang ada.

Tapi itu bukan sifatnya.

Eria mengamati seluruh sudut kamar. Kamar yang sangat luas dibanding kamarnya dikampung.

"Lebih nyaman dikamar ku dari pada disini"

"Tentu saja. Karena lo belum terbiasa disini"

Eria menoleh cepat, kaget mendengar suara Satria yang menyahuti perkataannya.

Eria merasa tidak enak dan takut Satria tersinggung, tapi ya biarkan saja anggap saja itu pembalasan kesakitan hatinya yang dinikahkan paksa dengan dia.

Dibilang hamil pula? Astaga.

"Mandi sana, udah gue siapin air anget"

Satria menuju lemari mengambil satu stel pakaian.

"Nih, buat lo pakai"

Satria menaruh pakaian miliknya ditepian tempat tidur, disebelah Eria.

"Nggak butuh!"

Ketus Eria karena masih sangat marah, tentu saja belum menerima nikah paksa ini, berharap ini semua adalah mimpi.

Eria mencubit lengannya.

Tapi sakit berarti ini nyata.

Satria tersenyum sinis.

"Bukan urusan gue kalau lo nggak mau pake, itu hak lo. Mau pake yang sukur nggak ya nggak masalah buat gue"

Satria cuek mengambil rok0k didalam laci nakas beserta koreknya.

Satria membuka kelambu dan pintu balkon. Dia merok0k disana sambil menikmati indahnya pemandangan malam yang semakin larut.

Eria melotot kearah Satria yang memunggunginya. Rasanya ingin sekali mencekik dan melemparnya dari atas balkon situ.

Dengan kesal dan marah Eria membawa pakaiannya Satria kedalam kamar mandi. Tanpa Eria sadari dia telah melanggar kata-katanya sendiri yang menolak pake baju Satria.

Tanpa Eria sadari Satria juga diam-diam meliriknya dengan ekor mata.

Satria tersenyum penuh arti menatap punggung Eria yang hilang dibalik pintu.

Didalam kamar mandi Eria berendam dengan air hangat yang sudah disiapkan Satria.

"Enak banget berendam kaya gini. Aroma teraphinya juga seger banget"

Sejenak Eria melupakan kekesalan dan kesedihannya.

Eria memejamkan mata menikmati pijatan-pijatan dari air hangat yang menyentuh tubuhnya.

15 menit berlalu.

Satria membuang puntung rok0k yang tinggal sedikit. Satria masuk kedalam kamar menutup pintu balkon dan kelambunya.

Satria menatap jam yang ada dilayar atas hapenya sudah jam 10 malam kurang 5 menit. Sudah semakin larut dan Satria merasa lelah Satria ingin tidur meletakkan HP diatas nakas.

Satria mematikan lampu dan menggantinya dengan lampu tidur karena Satria tidak terbiasa tidur jika terlalu terang.

Satria memposisikan diri memeluk guling dan memakai selimutnya.

"lho kok gelap? Satria kamu udah tidur?"

Eria keluar kamar mandi sudah dengan memakai baju milik Satria.

Ya, nyaman nggak nyaman Eria harus pake karena Eria tidak sempat bawa baju ganti.

"Satria kamu jangan tidur disitu kamu tidur diluar sana"

Eria menarik selimut yang dipakai Satria tapi satria menahannya.

"Lo aja yang tidur diluar. Ini kamar gue kalo lo lupa"

Ucap Satria tak jelas karena kesadarannya tinggal seperempat.

Eria mengerucut bibir.

Iya sih ini kamar punya Satria tapi kan aku bisa disini gara-gara dia.

"Enak aja. Kalo kamu nggak mau pindah aku aduin ke Mama sama Papa kamu!"

Eria mengancam dan menarik selimut Satria dan membuangnya kelantai.

Bukannya takut dan mengalah Satria justru mengeratkan pelukannya dibantal guling. Sama sekali nggak menghiraukan ancaman Eria.

Eri kesal karena Satria seolah menuli dan tidak memikirkan dirinya.

Eria keluar kamar ia berniat melihat-lihat seisi rumah besar orang tua Satria.

Baru saja mau turun undakan tangga Eria melihat cowok remaja yang masih dibawah umurnya sedang menuju keatas dan dia berhenti didepannya.

Dia adalah Zo Paksa.

"Lo siapa? Kok disini?"

Zo menatap Eria jeli mengira siapa kah gerangan kenapa ada dirumahnya.

"kenalin aku Eria"

Dengan tersenyum khasnya Eria mengulurkan tangan.

Zo menatap uluran tangan itu.

"Gue Zo" Menerima uluran tangan Eria.

Lalu keduanya melepas jabatan tangan.

Zo menatap sekitar.

"Lo abis dari kamar Abang?"

Abang?

Oh jadi Zo adiknya Satria?

"I-iya" Jawab Eria ragu.

"Ngapain kekamar dia. Abang suka rese' tauk"

Eria nyengir tidak tahu mau jawab apa.

"Mama sama Papa mana?"

Eria menggeleng karena dia juga tidak tahu dimana kedua mertuanya itu berada. Padahal tadi mobil mereka ada didepan motor Satria pas perjalanan kerumah ini.

Zo bingung, menatap sekeliling.

"Kalo boleh tahu lo sia--"

"Kepo!"

Diambang pintu sini Satria berdiri melipat kedua tangan didada. Menatap Eria dan Zo bergantian.

"Eh lo jadi cewek gaje banget sih. Masuk cepetan!"

Satria menatap Eria menunjuk kamarnya dengan dagunya.

Eria menatap Satria jengah.

"Nggak! aku nggak mau. Zo ada kamar lain nggak dirumah ini?"

Eria justru menatap Zo.

"Ada kamar tamu dibawah"

Eria menggandeng lengan tangan Zo.

"Anterin aku kekamar tamu"

Satria melotot tidak terima Eria menggandeng tangan cowok lain meskipun itu adiknya sendiri.

"Zo awas lo ya! Eria tunggu!"

Satria menuruni tangga mengejar langkah Zo dan Eria menuju kamar tamu.

"Apa sih Sat?"

Eria mengibas tangan Satria yang menggapainya. Pemandangan itu tentu saja disaksikan oleh Zo.

Dengan masih kebingungan Zo menyimak pertengkaran abang dan Eria yang Zo belum tahu siapa sebenarnya.

"Ria jangan gitu dong. Kalo lo tidur dikamar tamu gue ikutan"

"Siapa juga yang mau sekamar sama kamu. Kamu itu nyebelin tadi aja kamu nggak mau ngalah buat tidur diluar!"

Eria tersulut emosi juga setelah tadi ia tahan-tahan.

"Et. Tunggu-tunggu. Kalian bilang apa tadi tidur sekamar?"

Zo menatap Satria dan Eria bergantian.

"Kalian mau mesum dirumah ini. Oh my good kelakukan lo ya Bang. Gue aduin ke Mama"

"Aduin aja gue nggak takut!"

Satria mendorong Eria masuk kedalam kamar tamu.

Melihat itu tentu saja Zo terbelalak apa lagi mendengar suara pintu dikunci dari dalam.

"Bang, lo gila ya lo nggak takut dimarahin papa!"

Zo menggedor pintu kamar tamu tapi hanya percuma karena pintunya kedap suara. Jadi Satria dan Eria tidak akan mendengarnya.

"Zo kamu sedang apa disitu?"

Zo menoleh saat mendengar suara Papanya.

Zo melotot.

"Papa dari mana?"

"Nemenin mama belanja. Udah malam ini kenapa belum tidur?"

"Habis main Pa"

"Tidur sana besok harus sekolah kan?"

"I-iya pa"

Zo segera menuju kamarnya.