Setelah Danton Aldian patah hati karena cinta masa kecilnya yang tidak tergapai, dia berusaha membuka hati kepada gadis yang akan dijodohkan dengannya.
Halika gadis yang patah hati karena dengan tiba-tiba diputuskan kekasihnya yang sudah membina hubungan selama dua tahun. Harus mau ketika kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan seorang pria abdi negara yang justru sama sekali bukan tipenya.
"Aku tidak mau dijodohkan dengan lelaki abdi negara. Aku lebih baik menikah dengan seorang pengusaha yang penghasilannya besar."
Halika menolak keras perjodohan itu, karena ia pada dasarnya tidak menyukai abdi negara, terlebih orang itu tetangga di komplek perumahan dia tinggal.
Apakah Danton Aldian bisa meluluhkan hati Halika, atau justru sebaliknya dan menyerah? Temukan jawabannya hanya di "Pelabuhan Cinta (Paksa) Sang Letnan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Bukan Pil KB
Haliza berlari menuju kamarnya yang kini sudah rapi, di sana ia tersungkur dan menangis sejadi-jadinya atas apa yang didengarnya barusan.
Sumpah demi apapun, jika rumah tangga yang baru saja dibinanya enam bulan lebih bersama Aldian harus kandas begitu saja, ia tidak siap. Kalau benar-benar Aldian menggugat cerai, pasti yang akan malu adalah dia. Sebab di dalam gugatan Aldian pasti akan disertakan bukti yang akan menjelaskan kenapa Aldian menggugat cerai.
Akan sangat malu jika di dalam persidangan gugatan cerai itu, dinyatakan bahwa Haliza tidak pernah patuh apa yang dikatakan suami serta menjumpai lelaki lain saat suami sibuk di kantor.
"Oh tidak. Itu jangan sampai terjadi, jika terjadi, mau disimpan di mana muka ini?" sangkal Haliza sembari menutup wajah dengan tangannya.
Lama termenung dan menangis di kamar, Haliza memutuskan keluar dari kamar itu untuk menghindari bertemu muka dengan Aldian, bagaimanapun dia sangat malu jika saat ini bertemu Aldian.
Sembari keluar kamar, di tangannya menjinjing semua benda yang telah menjadi sekumpulan sampah di dalam kantong kresek. Alat make up dan skincare miliknya yang sudah pecah dan berantakan oleh amukan Aldian, ia bawa dan ia bereskan ke dalam satu kantong kresek untuk dia buang nanti saat Aldian pergi dari rumah.
Setelah membereskan kamar yang tadi berantakan bagai kapal pecah akibat ulah Aldian, Haliza sempat berlari sejenak untuk menuju dapur untuk mengambil air minum dan meneguk obat sakit kepala. Kepalanya sempat sakit dan berat setelah pertengkaran tadi. Akan tetapi, justru di dapur ia menemukan Aldian tengah menyesap rokok dan menghubungi seseorang. Di situlah ia mendengar percakapan Aldian yang mengatakan ingin menggugat cerai dirinya.
Haliza kembali ke kamar termenung dan menangis sejenak di sana, lalu kini ia memutuskan untuk segera keluar dari kamar itu untuk menenangkan diri di kamar satunya lagi dan menghindari Aldian untuk sementara. Biarlah dia merenung di sana untuk meredam kemarahan Aldian yang sedang memuncak. Karena dimungkinkan Aldian akan emosi lagi jika melihat dirinya di kamar itu.
Haliza memasuki kamar yang tidak ada penghuninya itu. Meskipun sering kosong, tiap dua hari sekali selalu dibersihkan Bi Kenoh. Kemudian ia membuka gorden yang menutupi jendela kamar sehingga kamar itu menjadi terang oleh cahaya siang.
Haliza terduduk di atas ranjang kamar itu, kembali merenung pertengkarannya tadi dengan Aldian. Dia sadar ia yang salah. Aldian sudah melarang untuk keluar. Tapi dirinya keras kepala dan justru pergi secara sembunyi-sembunyi dari Aldian.
"Kenapa Mas Aldian bisa tahu aku di alun-alun itu, apakah selama ini ia sudah memata-matai aku? Dan kenapa Bi Kenoh tidak kembali ke rumah, apakah disuruh Mas Aldian langsung pulang?" Masih belum berhenti Haliza merenung memikirkan kejadian di kamar tadi sembari meraba dan melihat kembali alat make up yang kini sudah jadi sampah dalam satu kantong kresek.
"Sayang sekali skin care dan alat make up ini, padahal masih banyak dan terbilang baru," sesalnya mengamati satu per satu kemasan skin carenya yang isinya sudah berhamburan keluar. Semua benda yang jadi sasaran amukan Aldian ada di sana termasuk pil KB yang ikut diinjak oleh sepatu tentara Aldian.
Agak lama Haliza mempermainkan pil KB yang sudah hancur yang dia akui pada Aldian sebagai vitamin penambah stamina. Namun, entah kenapa Haliza sangat penasaran dengan nama merek pil KB itu. Untung saja kemasannya tidak ikut hancur, bahkan tulisannya masih bisa dibaca.
Dalam kemasan itu tertulis zxcvbnm, dengan cekatan dan penasaran Haliza meraih Hp nya lalu memasuki aplikasi market online langganannya. Di sana ia mengetik merek yang sama dengan kemasan yang diduganya pil KB.
Namun apa yang dia lihat, ternyata merek itu merupakan merek sebuah vitamin penambah stamina yang secara kebetulan bentuknya kecil mirip pil KB. Bodohnya lagi, Haliza saat menerima dan membuka paket, tidak lagi memeriksa merek pil KB yang dia beli dari pasar online itu.
"Ini merek vitamin penambah stamina. Jadi, selama ini yang aku konsumsi adalah vitamin penambah stamina? Lalu siapa yang menukar pil KB itu? Apakah kesalahan dari toko atau ada yang sengaja menukarnya?"gumamnya bingung. Pikiran Haliza kini melayang-layang pada paket pertama yang diterimanya, ia baru ingat kalau paket itu sedikit berbeda dan seperti ada yang sudah membuka.
"Apakah hanya perasaanku saja kalau dua kali paket aku isinya sengaja ada yang menukar?" tanya kembali masih bingung.
***
Di saat Haliza masih bingung dengan pil KBnya yang selama ini dia konsumsi yang ternyata hanya vitamin, Aldian kini memasuki kamar yang tadi sudah kena amukannya. Dia penasaran apa yang saat ini dilakukan Haliza dalam kamar itu. Sesaat Aldian merasa menyesal karena perbuatannya tadi.
Tiba di dalam kamar, Aldian cukup tercengang, sebab kamar yang berantakan tadi, kini sudah rapi kembali. "Haliza sudah membersihkan kamar ini?Tapi di mana dia?" Aldian penasaran akan keberadaan Haliza. Ia mencarinya ke seluruh ruangan kamar, tapi tidak ada. Di dalam kamar mandi pun tidak ada.
Aldian berpikir aneh-aneh dengan Haliza, tanpa pikir panjang ia segera mencari Haliza di sekitar lantai atas. Semua tempat ia sisir, sampai tiba di kamar satunya yang tidak ditempati. Kamar itu tidak dikunci, perlahan Aldian membuka pintu itu.
Dan benar dugaannya, di kamar itu ada Haliza tengah duduk di tepi ranjang sembari mempermainkan sebuah kantong kresek yang dalamnya belum dia ketahui. Sepertinya kehadiran Aldian belum Haliza sadari saking fokusnya dengan benda di dalam kantong kresek itu.
Aldian semakin mendekat dan kini ia berada di samping Haliza menatap ke dalam kantong kresek yang diamati Haliza. Kemasan vitamin yang ditukar Aldian itu yang kini jadi pusat perhatian Haliza.
Aldian membiarkan Haliza tetap fokus dengan obyek yang ia amati tanpa mau membuyarkannya. Di sana terlihat jelas, Haliza sangat kecewa dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui.
"Jadi, ini hanya vitamin?"
"Iya, vitamin penambah stamina dan bukan pil KB yang kamu beli dari pasar online itu. Kenapa, kamu kaget bahwa yang kamu konsumsi bukanlah pil KB melainkan vitamin?" sela Aldian tiba-tiba.
"Mas Aldian!" bisiknya terkejut.
Haliza cukup tersentak mendengar suara dan mendapati keberadaan Aldian di kamar itu. Dia benar-benar terkejut dibuatnya, tangannya sampai ikut meraba dadanya kini berdegup kencang.
Aldian menatap Haliza sembari menyunggingkan senyum kecut, ia tidak menduga pil multivitamin itu akhirnya ketahuan Haliza sebagai multivitamin. Aldian cukup kecewa saat reaksi Haliza cukup menyesal kala mengetahui kalau pil itu ternyata hanya pil multivitamin. Dengan begitu Aldian bisa menyimpulkan kalau Haliza benar-benar tidak ingin hamil darinya.
Tadinya amarah Aldian sudah mulai redam saat melihat kondisi kamar sudah rapi kembai oleh Haliza. Namun amarah itu semakin menyala saat didapati di dalam kamar itu Haliza sedih bahwa pil yang selama ini ia konsumsi hanyalah sebuah multivitamin.
"Kenapa, kamu kecewa kalau itu hanyalah sebuah multivitamin? Kalau begitu, nah ini minum pil KB yang sebenarnya supaya kamu tidak hamil-hamil," ucap Aldian seraya melempar dua kebet pil KB betulan ke samping Haliza.
Haliza shock dan takut, saking takutnya dia hanya mematung menatap pil KB yang dilempar Aldian.
Bagaimana nasib pernikahan Aldian dan Haliza, apakah Aldian akan melanjutkan keinginannya untuk menggugat cerai Haliza? Nantikan episode selanjutnya ya. Jangan lupa like dan hadiahnya.
do'a yang sama untuk author