Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Semua anggota keluarga sudah selesai sarapan. Mereka memulai sarapan setelah menunggu Bryan sekitar 10 menit. Kini mereka sedang berkumpul di halaman belakang. Anak-anak Flora sedang menikmati berenang di kolam yang cukup luas itu, keduanya di temani oleh Bryan.
Shaka dan Jihan serta Tasya dan Sean tengah duduk di salah satu sudut halaman belakang, masih di sekitar area kolam renang. Mereka berempat terlibat obrolan ringan, sedang bernostalgia ketika mereka masih sama-sama muda. Banyak cerita lucu yang menggelitik ketika di ingat lagi saat mereka sudah berusia lebih dari setengah abad.
Sementara itu, Flora dan Daniel duduk di salah satu kursi tepi kolam. Keduanya terlihat sangat romantis dan mesra, tidak ada yang berubah, masih sama seperti saat mereka menjadi sepasang kekasih. Bisa jadi karna pembawaan Daniel yang dewasa, bijak dan bisa mengayomi Flora yang usianya 9 tahun lebih muda darinya. Jadi hubungan mereka aman-aman saja. Walaupun terkadang ada pertengkaran-pertengkaran kecil, namun tak berpengaruh pada hubungan mereka yang selalu romantis.
"Bryan, Raina kamu apakan.?!" Pekik Tasya dengan mata melotot tajam. Ibu dua anak itu di buat syok sekaligus jengkel pada Bryan lantaran putrinya yang belum genap 3 tahun itu di tenggelamkan di dalam kolam sampai tidak terlihat lagi kepalanya.
"Sedang mengajarinya teknik pernapasan." Sahut Bryan enteng.
Daniel juga ikut panik, dia reflek berdiri dan berjalan ke sisi kolam renang di seberangnya untuk menghampiri putrinya.
Bryan lantas mengeluarkan Reina ke permukaan, sampai kepalanya terlihat. Balita itu justru terkekeh setelah di tenggelam beberapa detik oleh Om nya.
"Mau lagi Om." Pinta Reina. Bocah itu terlihat baik-baik saja, yang ada malah ingin di tenggelamkan lagi. Rayyan bahkan bertepuk tangan setelah melihat adiknya berhasil menahan nafas di dalam air.
"No, Mami tidak mau melihat Reina seperti itu lagi. Kalau mau belajar berenang dan atur pernapasan, nanti les renang saja saja pada ahlinya." Kata Flora, dia juga ikut menyusul suaminya untuk mengeluarkan Reina dari kolam renang. Bisa senam jantung kalau di biarkan berenang bersama Bryan.
"Ayo naik, Rayyan dan Reina sudah terlalu lama berenang." Pinta Daniel, dia sudah berjongkok di tepi kolam, siap-siap untuk mengangkat anak-anaknya.
Bryan tampak berdecak kesal melihat sepasang suami-istri itu karna tidak seru sama sekali.
"Ck,, kalian orang tua yang payah." Cibir Bryan seraya mengangkat rubuh Raina dan mengerahkan pada Daniel, dia juga melakukan hal yang sama pada Rayyan. Kedua bocah itu jadi merengek lantaran di paksa keluar dari kolam.
"Kamu kalau ingin mengajari anak-anak berenang, lebih baik menikah dan buat anak sendiri. Ingat umur." Cibir Flora.
Bryan mendengus kesal. padahal hanya ingin mengajari keponakannya berenang, apa hubungannya dengan menikah dan buat anak.
"Wanita itu sangat merepotkan, apalagi kalau seperti Kakak. Lebih baik aku tidak menikah." Sahut Bryan mencibir.
Flora melotot tak habis pikir, sepertinya jaringan syaraf di otak adiknya memang ada yang salah. Bisa-bisanya Bryan berfikir untuk tidak menikah. Kalau seperti ini, Flora makin curiga saja kalau adiknya memang perlu di bawa ke psikolog.
"Mommy,, Daddy.!!" Teriak Flora hingga membuat keempat orang yang sedang bercengkrama itu kompak menoleh.
"Tadi Bryan bilang, katanya tidak mau menikah." Flora mengadu, lalu tersenyum mengejek pada Bryan seraya menjulurkan lidahnya dan buru-buru menggandeng Rayyan pergi dari tepi kolam.
Daniel yang melihat kelakuan istri serta adik iparnya itu hanya bisa menggelengkan kepala. Walaupun sudah sama-sama dewasa, tapi kalau kumpul pasti masih sering ribut dan berdebat. Saling mencibir dan meledek satu sama lain.
"Putra mu itu benar-benar." Jihan hanya bisa menghela nafas berat. Dia sudah tidak muda lagi, tapi di buat stres dengan kepribadian putranya yang berbeda dari kebanyakan laki-laki di luar sana.
Padahal Jihan merasa putranya sangat sempurna. Wajah Bryan cukup tampan, itu sudah pasti karna berasal dari bibit unggul dan berkualitas. Bryan juga pintar, terbukti bisa mendirikan perusahaan sendiri hingga bisa sesukses ini. Postur tubuhnya bahkan bak model-model yang sering di kontrak oleh perusahaan pakaian dalam ternama. Otot-ototnya terbentuk sempurna karna rajin olahraga raga. Bahunya juga lebar, sudah pasti sangat nyaman di peluk dan di jadikan tempat bersandar. Seharusnya Bryan bisa mendapatkan wanita manapun yang dia mau.
"Sudahlah sayang, mungkin Bryan masih ingin menikmati masa mudanya, biarkan saja. Aku bahkan menikah di usia 30 tahun." Perkataan Shaka membuat Jihan melirik sebal. Dulu sudah sepakat akan mencarikan jodoh untuk Bryan kalau usianya sudah 25 tahun, sekarang malah terkesan membebaskan Bryan tanpa mengkhawatirkan jodohnya.
"Tipe-tipe seperti Bryan harus di jodohkan dan di paksa menikah, kalau tidak seperti itu, kamu juga tidak akan di nikahi oleh Shaka. Ayah dan anak sama saja." Seloroh Tasya.
Shaka langsung memasang wajah masam pada Kakaknya. Sementara itu, Jihan malah sibuk dengan pikirannya sendiri setelah mendengar ucapan Tasya.
...******...
Beberapa hari kemudian.
Bryan turun ke bawah dengan menyeret koper dan membawa tas. Hari ini dia akan pergi ke Batam untuk beberapa hari karna urusan bisnis. Bryan jiga ingin mengecek proyeknya yang ada di sana.
Di ruang keluarga, Jihan tampak terkejut ketika Bryan menghampirinya sambil menyeret koper.
"Kamu berangkat sekarang.? Mommy pikir nanti malam."
"Lain kali jangan dadakan seperti ini dong kasih taunya." Keluh Jihan. Dia gemas sendiri dengan putranya.
Baru 1 jam yang lalu Bryan pulang dari perusahaan dan bilang kalau nanti harus terbang ke Batam. Jihan pikir, Bryan pulang siang karna ingin istirahat dulu sebelum berangkat ke Batam. Ternyata langsung pergi lagi.
"Maaf, kemarin-kemarin Bryan lupa ngasih tau Mommy. Ya sudah, Bryan berangkat dulu, pesawatnya take off 40 menit lagi." Bryan buru-buru pamit. Di sana hanya ada Jihan, sebab Shaka masih di perusahaan.
...*****...
Bryan masuk ke dalam pesawat kelas bisnis. Di belakangnya ada Annelise yang sedikit jaga jarak. Walaupun pada akhirnya harus duduk bersebelahan.
Saat Bryan memasuki pesawat, Annelise sempat melihat beberapa pramugari menyapa Bryan dengan tatapan mata yang aneh. Seperti wanita-wanita yang kecentilan.
Annelise hanya menggeleng pelan. Mereka belum tau saja kalau pria berwajah tampan itu sangat aneh dan menyebalkan.
"Pukul 7 nanti, kita ada undangan makan malam dari Pak Halim." Ujar Bryan sesaat setelah pesawat lepas landas.
Annelise memutar malas bola matanya. "Pak Bryan kenapa tidak bilang dari kemarin.? Saya tidak bawa baju selain baju kerja dan baju santai." Protes Annelise reflek. Tidak mungkin dia menghadiri undangan makan malam menggunakan baju kerja, apalagi baju santai. Setidaknya harus pakai baju semi formal yang sopan.
"Kenapa kamu jadi protes ke saya.?! Pak Halim baru mengabari saat kita baru sampai bandara." Bryan tak kalah sewot menjawab perkataan Annelise.
Wanita berambut panjang itu menghela nafas memilih diam untuk tidak memancing amarah Bryan.
Untuk makan malam nanti, Annelise dipastikan memakai baju kerja. Sebab dia tidak akan punya waktu untuk membelinya.
Mereka akan tiba di bandara Batam pukul 6, masih ada waktu 1 jam untuk perjalanan ke hotel, bersiap dan pergi ke tempat undangan makan malam.
wajar klo sll salah paham...