Tiga ribu tahun setelah Raja Iblis "Dark" dikalahkan dan sihir kegelapan menghilang, seorang anak terlahir dengan elemen kegelapan yang memicu ketakutan dunia. Dihindari dan dikejar, anak ini melarikan diri dan menemukan sebuah pedang legendaris yang memunculkan kekuatan kegelapan dalam dirinya. Dipenuhi dendam, ia mencabut pedang itu dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kuroten, pemimpin pasukan iblis Colmillos Eternos. Dengan kekuatan baru, ia siap menuntut balas terhadap dunia yang menolaknya, membuka kembali era kegelapan yang telah lama terlupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusei-kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Negeri Kecil yang Diselimuti Salju
Satu bulan setelah serangan Tartaros ke Kerajaan Virelia dan munculnya iblis kesatria suci di Silvarea, kehidupan di Veslandia dan sekitarnya perlahan kembali normal. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Tartaros, begitu pula dengan aktivitas Kuroten dan iblis yang ia bangkitkan. Tenebris Arcanum juga tidak terdengar kabarnya. Namun, kehati-hatian tetap menjadi prioritas setiap negeri. Sistem keamanan diperketat, patroli dilakukan lebih sering, dan gerbang-gerbang kota selalu dijaga ketat untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang.
Di tengah situasi ini, Akademi Altais yang sebelumnya melarang siswa menjalankan misi di luar Veslandia mulai melonggarkan aturan mereka. Kini, siswa diizinkan mengambil misi luar negeri dengan syarat ketat: tim harus terdiri dari minimal empat anggota, mencakup satu penyihir penyembuh, satu ahli pertarungan jarak dekat, dan dua ahli pertarungan jarak jauh. Langkah ini diambil untuk memastikan setiap misi dapat diselesaikan dengan aman tanpa mengorbankan keselamatan siswa.
Salah satu misi yang diajukan adalah mengawal tim farmasi Veslandia menuju negeri bersalju, Arcatria. Negeri ini terkenal dengan jamur Cryomorphia, tanaman langka yang hanya tumbuh di suhu ekstrem dan menjadi bahan utama obat penyembuh luka parah seperti patah tulang. Namun, sejak serangan Tartaros di Kerajaan Ereboska, pengiriman Cryomorphia dari Arcatria mengalami kemacetan, hingga saat serangan Tartaros ke Kerajaan Virelia, pengirimannya sudah terhenti sepenuhnya tanpa penjelasan. Veslandia, yang sangat bergantung pada pasokan jamur tersebut, memutuskan untuk menyelidiki langsung ke sumbernya.
Misi ini dipercayakan kepada dua kelompok siswa kelas 4 dari Akademi Altais: Tim 2 yang terdiri dari Katsuya Shirogane, Kaito Mizuhara, dan Yuki Sakurai; serta Tim 5 yang terdiri dari Yusei Shimizu, Sai Enoki, dan Hiyori Mizuhara. Susunan ini memenuhi semua persyaratan, dengan Kaito dan Hiyori sebagai penyihir penyembuh, Sai dan Katsuya sebagai penyerang jarak jauh, serta Yusei dan Yuki sebagai petarung jarak dekat. Dalam kondisi tertentu, Kaito juga mampu bertarung di jarak dekat, menambah fleksibilitas tim.
Setelah misi disetujui, para siswa mempersiapkan diri dengan cermat. Mereka membawa perlengkapan bertahan di cuaca dingin, senjata, dan peralatan sihir. Tim farmasi membawa bahan penelitian, sementara dua pengemudi kereta kuda memastikan logistik perjalanan selama tujuh hari. Perjalanan dimulai di pagi hari, saat matahari baru saja terbit. Derak roda kereta kuda mengiringi langkah mereka saat keluar dari gerbang Akademi Altais, menandai awal perjalanan panjang menuju Arcatria.
Mereka melewati pemukiman Veslandia yang damai. Warga sibuk dengan aktivitas pagi, anak-anak bermain di tepi jalan, dan para pedagang membuka kios mereka. Kehidupan seolah kembali normal setelah ancaman Tartaros mereda. Saat kereta melewati jembatan di atas sungai jernih, sinar matahari pagi memantulkan warna keemasan di permukaan air, memberikan pemandangan yang menenangkan. Para siswa menikmati momen itu, menyadari bahwa perjalanan ke depan akan semakin sulit.
Siang hari, mereka melewati ladang dan sawah yang luas. Para petani yang beristirahat melambai ke arah kereta, memberikan semangat kepada para siswa. Namun, suasana berubah ketika sore tiba. Mereka sampai di kaki Gunung Shimozora, gunung megah yang menjulang tinggi dengan puncaknya selalu tertutup salju. Mendaki gunung ini akan menghemat waktu, tetapi risiko menghadapi angin kencang dan hewan buas membuat mereka memilih rute memutari kaki gunung. Keputusan ini menambah waktu perjalanan menjadi dua setengah hari.
Setelah memutari gunung, mereka memasuki Hutan Shiranui, hutan besar yang gelap dan sunyi. Suara ranting patah dan hewan liar membuat mereka waspada sepanjang malam. Hiyori, yang memiliki insting tajam, beberapa kali mendeteksi gerakan mencurigakan di balik pepohonan, tetapi tidak ada yang menyerang mereka. Mereka berhasil keluar dari hutan di pagi hari, menandai bahwa mereka telah meninggalkan wilayah Veslandia.
Mereka memasuki wilayah yang tampak terlupakan oleh waktu. Rumah-rumah reyot berdiri di tengah semak-semak tinggi, dan penduduk terlihat waspada terhadap orang asing. Saat kereta lewat, pintu-pintu rumah ditutup rapat. Suasana sepi dan sunyi membuat udara terasa semakin dingin. Sai mencoba memecahkan ketegangan dengan lelucon, tetapi Yusei hanya memberikan senyum tipis, pikirannya tertuju pada kemungkinan bahaya di depan.
Setelah melewati jalanan berbatu dan udara yang semakin menusuk, akhirnya mereka tiba di Arcatria, negeri yang diselimuti salju abadi. Pemandangan di depan mata mereka menakjubkan—pepohonan membeku, rumah-rumah tertutup lapisan es, dan lembah-lembah putih sejauh mata memandang. Namun, suasana mencekam segera terasa. Jalanan kosong, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tim farmasi yang mereka kawal mulai merasa khawatir, sementara Yusei dan yang lain segera mempersiapkan diri mereka.
“Kenapa tempat ini begitu sepi?” tanya Yuki, matanya mengamati sekeliling.
“Aku juga tidak suka suasana ini,” jawab Sai sambil mempersiapkan diri jika ada sesuatu yang terjadi.
Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, rombongan akhirnya mencapai pusat Arcatria yang sunyi. Rumah-rumah tampak kosong dan tertutup rapat, seolah-olah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Salju yang tebal menyelimuti setiap sudut jalan, membuat suara derap langkah kuda dan roda kereta terdengar semakin jelas. Suasana semakin mencekam ketika angin mulai bertiup kencang, membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Saat malam mulai turun, rombongan memutuskan untuk berhenti dan mencari tempat berlindung dari badai salju yang kemungkinan besar akan datang.
Harapan muncul ketika mereka melihat cahaya dari sebuah rumah di kejauhan. Tidak banyak rumah di Arcatria yang menunjukkan tanda kehidupan, sehingga cahaya itu menjadi petunjuk yang sangat berarti. Dengan semangat, mereka mengarahkan kereta menuju rumah tersebut. Sesampainya di depan, seorang pria tua dengan wajah ramah menyambut mereka di pintu. "Selamat datang, para pengembara. Masuklah, malam ini terlalu dingin untuk berada di luar," katanya dengan suara parau namun penuh keramahan.
Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Borzak, salah satu dari sedikit penduduk yang memilih untuk tetap tinggal di Arcatria. Rumahnya cukup besar, dengan ruang tamu yang hangat berkat api unggun yang menyala di perapian. Rombongan langsung merasa lega ketika mereka dipersilakan masuk dan beristirahat.
Setelah makan malam sederhana yang terdiri dari sup hangat dan roti keras khas daerah bersalju, mereka mulai berbincang dengan Borzak. Dari percakapan tersebut, mereka mengetahui bahwa sebagian besar penduduk Arcatria telah memilih untuk meninggalkan negeri ini. "Banyak yang pergi ke Veslandia atau Silvarea. Mereka merasa tidak aman di sini setelah mendengar serangan Tartaros ke negeri-negeri lain," ujar Borzak sambil mengaduk teh herbal yang harum. "Namun, aku dan beberapa orang lainnya tetap tinggal. Kami percaya pada keberuntungan kami."
Borzak melanjutkan ceritanya, menjelaskan bagaimana penduduk yang tersisa bersembunyi di bukit-bukit atau membuat tempat perlindungan di bawah tanah. "Kami tahu bahwa serangan bisa datang kapan saja, tapi hidup di sini adalah pilihan kami. Kami tidak ingin meninggalkan tanah kelahiran kami."
Arcatria adalah negeri kecil yang memiliki sejarah panjang sebagai wilayah yang sering diabaikan oleh negeri-negeri besar. Dengan cuaca yang ekstrem dan sumber daya alam yang minim, negeri ini tidak pernah menjadi sasaran penjarahan atau perebutan kekuasaan. Namun, satu hal yang membuat Arcatria tetap bertahan adalah keberadaan jamur Cryomorphia, tanaman yang tumbuh subur di tanah bersalju.
Jamur ini memiliki khasiat luar biasa untuk menyembuhkan luka berat, bahkan patah tulang. Di luar Arcatria, Cryomorphia dianggap sebagai tanaman yang sangat langka dan bernilai tinggi. "Di sini, Cryomorphia tumbuh seperti gulma," kata Borzak sambil tertawa kecil. "Ironisnya, jamur ini yang membuat Arcatria tetap hidup."
Borzak menawarkan untuk mengantar mereka ke tempat tumbuhnya Cryomorphia keesokan harinya. "Tapi malam ini, beristirahatlah dulu," ujarnya sambil menambahkan kayu bakar ke perapian. Ia memperingatkan mereka tentang kemungkinan badai salju yang dapat terjadi sewaktu-waktu di tengah malam. "Jika badai datang, tidak ada gunanya mencoba melanjutkan perjalanan. Kalian harus bersiap dengan stamina penuh."
Rombongan setuju untuk beristirahat malam itu. Para siswa Akademi Altais saling berbagi cerita tentang perjalanan mereka dan apa yang mereka harapkan dari misi ini. Yusei tampak merenung, memperhatikan bagaimana suasana Arcatria yang sunyi mengingatkannya pada kejadian tragis di masa lalu. Hiyori dan Kaito, dua penyihir penyembuh di tim, mendiskusikan cara terbaik untuk mengumpulkan Cryomorphia dalam jumlah besar.
Borzak, sambil meminum teh terakhirnya malam itu, memberi mereka peringatan terakhir. "Hati-hati di Arcatria. Tidak semua yang terlihat tenang itu aman. Kami mungkin tidak menjadi target Tartaros, tapi ada sesuatu di hutan salju ini yang lebih tua dan lebih berbahaya daripada yang kalian kira."
Kata-kata Borzak menutup malam dengan nuansa misterius. Para siswa mulai merasakan bahwa misi ini mungkin lebih dari sekadar pengumpulan jamur. Di luar rumah, angin semakin kencang, membawa butiran salju yang membentuk bayang-bayang di bawah sinar rembulan. Sementara mereka mencoba untuk beristirahat, badai yang sesungguhnya mulai merangkak perlahan ke arah Arcatria.