Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Dikta yang aku nikahi
Dua gadis sebaya berdiri berhadapan, keduanya tampak terkejut melihat satu sama lain, sesaat setelah itu, wajah terkejut mereka tampak berseri, mereka saling melempar senyum dan memeluk satu sama lain.
"Delvia."
"Sari."
Bak Dejavu, Delvia sama sekali tak menyangka mereka akan kembali bertemu. Meski sebelumnya mereka pernah berjanji untuk saling menemui, namun harapan mereka telah lama terlupakan sejak Delvia kehilangan ponsel dan mereka putus hubungan. Takdir memang penuh misteri, jarak ratusan kilo meter pun tak menjadi alasan bagi mereka untuk bersua kembali.
"Aku pikir aku tidak akan bertemu denganmu lagi, aku sangat merindukanmu," ucap Sari sedih, genangan air matanya tumpah seiring kerinduan yang terobati.
Delvia melepas pelukannya, menatap Sari yang tengah menangis lalu menyeka air mata Sari dengan lembut. "Aku juga sangat merindukanmu Sari," kedua mata Delvia pun berkaca-kaca, sungguh pertemuan yang sangat menguras emosi.
"Kenapa nomormu tidak bisa di hubungi?" Sari segera menanyakan hal yang selama ini mengganggunya. "Kamu tidak sengaja mengganti nomormu kan agar aku tidak bisa menghubungimu lagi?"
"Ponselku hilang di dekat stasiun Sar!" jelas Delvia. "Kita wawancara dulu, setelah pekerjaanku selesai aku akan mengajakmu berkeliling!"
"Butik ini milikmu?" tanya Sari dan Delvia hanya mengangguk, Sari sama sekali tak percaya jika dia mendaftar kerja di tempat Delvia.
Seperti janjinya, setelah menyelesaikan wawancara, Delvia segera menyusul Sari di cafe yang berada di sebelah butiknya. Lagi-lagi Delvia dibuat terkejut karena bukan hanya Sari yang berada di Cafe. "Mas Tofa," ujar Delvia seraya menatap pria yang dulu menjadi ketua kelompok pendaki.
Tofa menoleh dan tersenyum. "Bagaimana kabarmu mbak?" tanyanya seraya mengulurkan tangan.
Delvia segera menjabat tangan Tofa. "Saya baik mas. Bagaimana dengan mas Tofa?"
"Saya juga baik!"
"Kalian berdua?" Delvia menatap Sari dan Tofa secara bergantian, menuntut penjelasan bagaimana mereka bisa pergi ke Jakarta bersama.
"Duduk dulu, nanti kita jelaskan," Sari menarik tangan Delvia agar gadis itu duduk di dekatnya.
"Cepat ceritakan apa yang terjadi?" Delvia tak sabar mendengar penjelasan Sari.
"Mas Tofa ini kakak sepupuku. Kedua orang tuaku tidak tega membiarkan aku pergi ke Jakarta sendiri, jadi mereka menyuruh mas Tofa mengantarku." jelas Sari.
"Kebetulan saya juga ingin bertemu Dikta dan Bagas," sambung Tofa.
"Ah ya, apa kamu sudah bertemu mas Dikta?" tanya Sari penuh semangat, dia penasaran dengan kelanjutan kisah mereka.
"Hem, sudah!" Delvia memberi jawaban dengan sendu.
"Jadi bagaimana, apa kalian akan segera menikah? Aku dan mas Tofa terkejut saat mas Dikta pamit akan pulang ke Jakarta, dia juga bilang kalau dia akan mencarimu dan menikahimu. Saat itu aku yakin kalau kalian pasti akan bertemu lagi."
Wajah ayu Delvia semakin sendu, tak menyangka perasaan Dikta sedalam itu padanya. Barang sesaat, hati Delvia berselimut sesal, namun lagi-lagi dia tidak bisa berbuat apapun. "Aku sudah menikah," aku Delvia dengan sorot penuh kesedihan.
"Benarkah? Kenapa kalian tidak mengundang kami? Kalian jahat sekali?" bibir Sari mengerucut, mengira jika Delvia dan Dikta keterlaluan karena tidak mengundangnya ke pernikahan mereka.
"Kapan kalian menikah? Kenapa Bagas juga tidak mengabariku?" Tofa turut penasaran.
"Aku sudah menikah, tapi bukan dengan mas Dikta!"
"Apa?" Sari dan Tofa sama-sama terkejut. "Bagaimana bisa? Aku pikir kamu dan mas Dikta saling mencintai?" Sari kembali bertanya, namun tak seantusias sebelumnya.
"Mungkin kami tidak jodoh!" Delvia menjawab dengan senyuman getir.
"Tap..." Sari hendak bertanya lagi, namun Tofa menahannya saat menyadari kesedihan di wajah Delvia, pasti ada sesuatu yang membuat mereka tak bisa bersama.
"Dengan siapapun kamu menikah, kami mendoakan yang terbaik untukmu mbak," Tofa mencoba bijak, meski penasaran dengan kisah Delvia dan Dikta namun Tofa tidak ingin lancang dan menanyakan hal pribadi.
"Terima kasih mas!"
Sari akhirnya menyadari sesuatu yang aneh, dia lantas memeluk Delvia, memberi dukungan pada temannya meski dia sendiri tak yakin dengan apa yang sedang di hadapi Delvia. "Semuanya akan baik-baik saja!"
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan