NovelToon NovelToon
Tuan Muda Arogan

Tuan Muda Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kim Yuna

Seorang Ceo muda karismatik, Stevano Dean Anggara patah hati karena pujaan hatinya sewaktu SMA menikah dengan pria lain.

Kesedihan yang mendalam membuatnya menjadi sosok yang mudah marah dan sering melampiaskan kekesalan pada sekretaris pribadinya yang baru, Yuna.

Yuna menggantikan kakaknya untuk menjadi sekretaris Vano karena kakaknya yang terluka.

Berbagai macam perlakuan tidak menyenangkan dari bos nya di tambah kata-**** ***** sering Yuna dapatkan dari Vano.

Selain itu situasi yang membuat dirinya harus menikah dengan Vano menjadi mimpi terburuk nya.

Akankah Vano dan Yuna bisa menerima pernikahan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Siang nya sesuai jadwal, Vano dan Yuna bertemu dengan tamu penting di sebuah restaurant yang terbilang sangat mewah dan privat. Vano hanya ingin kerja sama nya dengan klien berjalan dengan lancar sehingga ia melakukan yang terbaik agar klien nya terkesan.

Di samping nya Yuna sibuk menyimak dan mencatat poin-poin penting dari pembicaraan Vano dan kliennya itu.

"Senang bekerja sama dengan perusahaan anda."

Vano mengangguk dan membalas jabat tanganku dari pria paruh baya di hadapannya.

"Anda mau ke suatu tempat dulu?" tawar Yuna yang melihat Vano tampak murung.

"Ya pergi makan siang dulu."

Tumben.

Biasanya Vano akan marah-marah dulu.

"Baik."

Mereka melaju menuju restaurant mewah yang menyajikan makanan khas Timur Tengah, kebetulan Vano sedang ingin makan daging-daging. Yuna menarik kursi mempersilahkan Tuannya duduk lalu ia memesan makanan juga.

Vano diam menatap jam tangannya, waktu berjalan dengan cepat. Tidak lama pesanan Vano datang. "Silahkan Tuan, nikmati makan siangnya. Saya tunggu di mobil."

"Jangan."

"Eh! maksudnya?"

"Kau di sini. Aku benci makan sendiri."

"Biasanya juga sendiri. Ck!"

"Yuna!"

"Apa Tuan?" tantang Yuna dengan ekspresi datar nya seperti biasa. Vano menarik nafas nya dalam-dalam, ia sangat sedih dan tidak mau marah-marah terus. "Disini saja." Yuna mengangguk, ia menarik kursi berniat duduk di depan sang tuan.

"Mau apa kau?"

"Duduklah Tuan, saya juga lelah."

"Jangan! kau berdiri saja."

"Ck!"

Vano makan dengan lahap karena perut nya memang keroncongan. Yuna memegang perutnya, ia juga lapar. Tadi pagi ia hanya makan selembar roti saja. Vano yang melihat itu Yuna yang seperti tertarik dengan makanan nya.

"Kau mau?"

"Boleh Tuan?" tanya Yuna dengan tatapan berbinar ternyata Tuan muda nya baik juga, pikirnya sebelum.

"Beli sendiri saja."

"Hhhh."

Vano tertawa, merasa lucu melihat wajah Yuna yang terlihat jelek jika kesal. Ya, menurutnya Yuna tidak cantik, yang cantik cuman Juwita, namun sayang gadis itu sebentar lagi akan jadi pengantin orang lain, benar-benar sial.

"Hei Yuna."

"Apa?"

"Kau jomblo yah?"

"Bukan tuan, saya single."

"Sama saja bodoh."

"Bukan bodoh." Vano mendelik, berani nya sekretarisnya mengatai dirinya bodoh.

"Ada apa tuan tanya?"

"Itu ehhhmm, untuk pesta pernikahan mantanku. Kau bisa menemaniku?"

"Tidak Tuan, saya sibuk."

"Kau menolak?"

"Ya Tuan, minggu depan hari libur saya, untuk apa saya bekerja. Capek!"

"Tapi aku atasanmu."

"Saya cuman menggantikan peras kakak saya sementara."

Vano bingung, dia tidak mau datang. Tapi nanti dikira dia sakit hati dan tidak terima meski kenyataan nya begitu.

"Tolonglah!"

"Anda memohon?" sesuatu yang langka jika Vano justru memohon kepadanya.

"Iya kali ini bantu aku."

"Baiklah, karena saya orangnya baik saya berkenan membantu anda sebagai orang yang membutuhkan." ucap Yuna dengan wajah yang menyebalkan. Aargggh!

Andai tak butuh bantuan, Vano ingin sekali menjedotkan kepala Yuna ke dinding.

***

"Kak!"

"Yuna, kok belum tidur?" Vano kaget pulang kantor mendapati adiknya yang menunggu di depan pintu.

"Sini kak, tasnya Riana bawakan."

"Heh apa ini, tidak usah."

"Ngga papa kak."

Vano mengenyitkan kening, bingung karena sikap adik angkatnya yanh semakin hari semakin aneh saja.

"Kak, kakak capek ga?"

"Capek Na, kenapa?"

"Sini aku pijat."

"Emang bisa kamu."

"Bisalah."

"Boleh." Vano duduk di sofa membiarkan adiknya memijat bahu dan kepalanya.

"Gimana kak?"

"Lumayan."

Riana senang sekali, Vano tidak menolak perhatiannya, ia berharap suatu saat nanti kakaknya tau apa yang di rasakan hatinya. "Udah, udah cukup!"

"Kakak belum makan?"

"Udah tadi di jalan."

Bibir Riana melengkung ke bawah, kecewa tentunya. Ia bahkan sengaja melewatkan makan malam agar bisa makan malam bersama sang kakak.

"Kenapa cemberut?"

"Riana pikir kakak belum makan."

"Kamu belum makan? kenapa?"

"Nungguin kakak."

"Duh manis sekali sih, ayo kakak temenin!"

"Beneran?"

"Iya bawel."

"Ih Riana ga bawel." Keduanya melangkah beriringan menuju ruang makan yang gelap. Vano mencari saklar dan menyalakan lampunya menemani adiknya makan.

"K-kak -"

"Buat kamu aja, makan yang banyak biar makin berisi."

"Kakak suka cewek berisi yah?"

"Iyah kebanyakan cowok begitu dek." Riana makan banyak setelahnya sampai pipinya mengembung, ia akan menaikkan berat badan nya mulai sekarang. "Pelan, nanti kamu tersedak."

Uhuk,

Uhuk.

"Kan, ini minum."

"Hehe makasih kak."

Vani dengan wajah mengantuk turun ke dapur mengambil minum. Ia ikut bergabung di ruang makan bersama Vano dan Riana. "Baru pulang kak?"

"Hhhmm."

"Jutek banget sih. Kakak masih marah?"

"Kamu nanya?"

"Ck,. gitu aja marah."

Vani mengambil buah apel dan memakannya. Ia heran melihat Riana baru makan malam sekarang. "Lah tadi kenapa ga bareng sekalian, Na?"

 "Ngga papa."

"Nungguin kakak yah?"

"Eeng-gak kok."

"Cie..." goda Vani tapi dalam konteks bercanda tentunya, ia tidak akan mungkin percaya kalau Riana menyukai kakaknya, mengingat awal-awal keduanya selalu adu mulut.

"Ini adik perhatian gak kayak kamu, Vani."

"Aku juga perhatian kali kak."

"Perhatian apa kamu?"

"Perhatian ngurusin percintaan kakak, wkwkww... Oh yah kak mungkin aku bakalan nginep di Bandung."

"Ngapain?"

"Di rumah Juwita lah. Kan aku jadi bridesmaid nya nanti. Udah gak sabar ih."

"Lah terus Axel Sheril? mau kemanain?"

"Gampang, nanti Vani titipin ke kakek dan neneknya biar mereka ada kerjaan. hahahaa."

"Kebangetan kamu."

"Biarin sih kak." Vani duduk di sebelah kakaknya yang masih asyik makan. "Kak."

"Hmmm?"

"Bantuin Devan ngapa kak."

"Kamu kira kakak nggak bantu."

"Huft, Vani capek."

"Kenapa sih?"

"Ngga papa." Vani memilih kembali ke kamar dan melanjutkan tidur.

***

Vano duduk di balkon menikmati kopi pahitnya, entah kenapa sejak dulu merasa curiga dengan Rama. Apa benar pria itu menyukai Juwita atau hanya pura-pura saja.

"Haruskah aku selidiki? jika benar dia cinta Juwita aku akan rela melepaskan mu Juwi. Tapi jika tidak aku janji akan merebut!" Bukan suuzon tapi ini sudah lama bersarang di pikiran Vano. Setiap melihat Rama menatap Juwita ia merasa tatapan nya seperti memiliki niat lain. Vano segera menelpon anak buahnya, tidak ada waktu lagi ia akan tenang setelah mengetahui niat sebenarnya Rama.

Di tempat lain Juwita telah menyelesaikan makan malam nya dengan keluarga. Ia duduk di depan meja rias, sebentar lagi ia akan menempuh hidup baru menjadi seorang istri dari Rama, teman masa kecilnya.

"Ini keputusan yang tepat kan?" mengingat Rama sudah banyak membantu keluarganya saat masa sulit tentu Juwita tidak bisa mundur lagi. Ia harus diri, ia harus menikah dengan Rama. Lagi pula dengan Vano, ia juga lebih cocok dengan Rama sekarang. Vano terlalu tinggi untuk ia gapai dengan segala kelebihannya. Lebih baik mencari yang sekufu saja, Juwita mengingat pesan guru ngaji nya.

***

Rama tertawa di dalam kamarnya yang gelap, akhirnya sebentar lagi ia akan menikah dengan Juwita. Orang yang sudah sejak lama menjadi obsesi nya.

"Sebentar lagi kamu akan jadi milikku, Sayang. Dan aku akan mengurung mu di sini. Di istana kita." Tidak ada yang tau Monster seperti apa di balik senyum cerah yang di tampilkan oleh Rama. Rama menderita penyakit skizofrenia turunan yang jika kambuh. Bisa saja melukai orang di sekitarnya meski itu orang yang ia kasihi. Rama menatap foto-foto Juwita sejak mereka masa kanak-kanak ada banyak sekali sampai tak terhitung jumlahnya.

"Aku akan memilikimu seluruhnya, Sayang. Sebentar lagi."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Aiysah Maharani
lanjtan ya mana 🥲
kagome
Luar biasa
atik
lanjut thor, semangat
atik
gambar Visual nya kok gak bisa kebuka ya d hp ku thor, sayang banget padahal lagi penasaran sama wajah2 mereka
Kim Yuna: saya juga bingung kirain pas update bisa di buka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!