NovelToon NovelToon
Wanita Kedua Suamiku

Wanita Kedua Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / patahhati / Balas Dendam
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.6
Nama Author: Herazhafira

Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.

Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.

"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.

"Dia juga istriku." Jawab Damian.

Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.

"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.

Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mati Lampu

"Aaaa." Teriak Anastasya mendengar suara gemuruh guntur, "Austin...!" Teriak Anastasya kembali.

"Ia aku disini, Tidurlah." Sahut Austin. Ia membuka bajunya karena merasa mulai gerah.

"Kamu di mana? Jangan jauh-jauh, aku takut." Anastasya meringsut di balik selimut.

"Tenanglah aku di kursi." Sahut Austin.

"Kenapa lampunya masih mati?" Tanya Anastasya.

"Itu dari PLN kita tunggu saja, mungkin ada masalah karena hujan lebat. Genset di apartemen juga lagi rusak, masih dalam perbaikan." Jawab Austin.

Anastasya diam, dia menangis dan tubuhnya gemetar ketakutan. Biasanya jika hujan lebat seperti ini, Damian selalu memeluk, mencium dan menenangkannya hingga dia tertidur.

"Hikss, hikss.." Suara Anastasya terdengar sangat pilu.

Austin beranjak dari kursinya kemudian duduk di sisi tempat tidur.

"Kamu menangis Sya?" Tanya Austin.

"Hikss, hikss"

"Baiklah, aku akan berbaring di sini, tidurlah!" Austin berbaring di samping Anastasya. Ia menyangga kepalanya dengan kedua tangannya.

Suara gemuruh dari atas langit semakin menggema, Anastasya histeris berteriak dan langsung memeluk Austin. Austin yang tadinya memejamkan mata kini matanya membulat, dua gundukan kembar berada pas di atas tubuhnya yang bidang. Dia kembali memejamkan mata menetralkan detak jantungnya yang mulai tak beraturan. Pikirannya makin kacau menahan keinginannya yang sangat bertolak dengan hatinya.

"Sya..! jangan memelukku seperti ini, aku takut tidak bisa mengontrolnya." Lirih Austin.

Jika saja lampu menyala, pasti Anastasya dapat melihat wajahnya yang memerah.

"Aku takut, biarkan seperti ini." Anastasya semakin mengeratkan pelukannya.

Austin membalas pelukan Anastasya, pelukan hangat yang ia berikan menenangkan Anastasya tapi baginya tidak. Wajah mereka makin dekat mengikis jarak hingga bibir keduanya menyatu.

Cup!

Kecupan sekilas yang di berikan Austin malah membuat dirinya menginginkan lebih. Ia mengangkat dagu Anastasya dan kembali mencium bibir Anastasya dengan lembut, ciuman itu semakin lama semakin dalam dan rakus saat tangan Austin mulai mengelus paha Anastasya ke atas.

Suara erotis Anastasya yang ia tahan akhirnya lolos tanpa ia sadari. Ia ingin menghentikan semuanya namun tubuhnya menginginkan lebih, belaian lembut yang Austin berikan membuatnya tidak ingin ini berakhir.

Austin semakin menggila, gairah yang ia tahan sejak di dalam jet kini datang kembali. Austin menyusupkan tangannya memainkan squisy di balik kain tipis yang kini sudah terangkat naik.

"Aku menginginkan mu Sya..!" Suara berat Austin menyadarkan Anastasya bersamaan dengan listrik yang kembali menyala.

Mereka berdua saling menatap di bawah sorotan lampu. Dengan posisi yang seperti itu siapa yang akan mereka salahkan.

Salahkan saja PLN yang menurut mereka lebih baik mati lampu sampai pagi.

Anastasya segera menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

"Maafkan aku Sya, aku nggak bisa menahannya lagi, sudah ku katakan jangan memelukku. Tapi kamu tetap saja melakukannya." Kesalnya.

Austin mendesah frustasi, mengusap kepalanya dengan kasar. Ia mengumpat dalam hati kemudian beranjak menuju kamar mandi. kali ini Ia harus mengakhirinya dengan mandi air dingin di bawah guyuran shower.

Setelah satu jam, Austin keluar dari kamar mandi dengan handuk masih terlilit rapi di pinggangnya. Ia melirik sejenak ke tempat tidur melihat wajah Anastasya yang terlelap tanpa dosa.

Austin tersenyum menekan pelipisnya, Anastasya berhasil membolak-balikkan perasaannya. Perasaan ingin memiliki sepenuhnya namun tetap ada tembok penghalang diantara mereka.

Austin segera mengambil pakaiannya dari lemari lalu memakainya, ia keluar dari kamar menuju dapur dan mengambil air minum dari dalam kulkas.

"Apa yang baru saja gw lakukan? hampir saja aku kelewat batas." Monolog Austin langsung meneguk air di gelasnya hingga habis.

Keesokannya harinya Anastasya bangun lebih awal, ia menyiapkan sarapan untuk Austin kemudian membersihkan diri di kamar mandi. Setelah selesai dan pakaian, ia mengambil pulpen dan kertas di di dalam laci nakas. Ia duduk di kursi meja makan kemudian menulis selembar surat.

Air matanya berlinang tak tertahankan, sungguh begitu berat hatinya berpisah dengan Austin. Austin sudah mengisi hari-harinya dengan cinta yang dia tawarkan namun Anastasya tidak dapat menyambutnya. Air matanya semakin deras saat menulis kata demi kata di atas kertas.

Dear Austin.

Saat kamu membaca surat ini, aku sudah pergi. Rasanya berat sekali berpisah denganmu. Seandainya Tuhan mempertemukan kita lebih awal, aku akan memilihmu sebagai pendamping hidupku.

Terimakasih telah berada di dekatku selama ini, kamu selalu menjadi perisai ku saat aku jatuh dan rapuh. Menjadi penyemangat hidupku dan memberiku hari-hari yang menyenangkan.

Terima kasih telah memberiku kebahagiaan. Aku tidak pernah menyesal pernah mengenal mu. Aku hanya bisa berharap suatu saat aku juga bisa melakukan hal yang sama padamu.

Maaf mengecewakan mu, aku takut jika kita terus bersama akan menjadi perselingkuhan. Apa bedanya aku dengan Damian jika aku juga melakukan hal yang sama. Aku tau yang kita lakukan ini salah, makanya aku memilih pergi.

Jika suatu saat kita bertemu, anggap saja itu takdir.

Aku berharap kamu menemukan wanita yang tepat untukmu. Semoga kamu selalu bahagia karena kamu pantas mendapatkannya.

Jangan sedih agar aku tidak berat untuk melangkah, sekali lagi maafkan aku.

Jangan lupa makan tepat waktu. Aku sudah buatkan sarapan spesial untukmu. Habiskan ya? ini mungkin makanan terakhir yang aku buat untukmu.

From Anastasya.

Anastasya berbalik menatap Austin yang masih tertidur pulas di sofa, Ia ingin beranjak mendekatinya tapi takut Austin terbangun."Hikss, hikss, Maafkan aku. Ini sangat berat tapi cepat atau lambat ini tetap akan terjadi." Lirih Anastasya.

Setelah menulis surat untuk Austin, ia menyelipkannya di bawah piring makan. Ia menarik kopernya lalu pergi dari apartemen.

Anastasya memesan taksi online menuju rumah Damian. Ia kembali menangis mengingat Austin. Ia mengambil ponselnya lalu mengganti kartunya. Ia sangat yakin jika Austin bangun dan melihat suratnya, dia pasti akan meneleponnya.

Saat sampai di halaman rumah, Anastasya turun dari mobil lalu melangkahkan kakinya masuk ke jalan rumah sambil menarik kopernya.

"Tok.. tok.. tok.."

Anastasya mengetuk pintu. Sementara penghuni rumah sedang menikmati sarapannya.

"Mbok, tolong liat di depan, siapa yang pagi-pagi datang bertamu." Perintah Weni.

"Biar aku aja Mah." Aku juga sudah selesai makan." Sela Kanaya kemudian berdiri menuju pintu.

Kanaya membuka pintu langsung kaget dengan keberadaan Anastasya di depan matanya. Ia mengucek matanya berkali-kali untuk memastikan yang ia lihat benar Anastasya atau hanya halusinasinya saja.

"Hantu...!" Teriak Kanaya syok kemudian jatuh pingsan di tempatnya.

"Kanaya" Anastasya berusaha membangunkan Kanaya.

"Siapa yang datang Naya?" Tanya Weni berjalan dari menghampiri mereka.

Weni tertegun kaget melihat Anastasya di depannya, dan akhirnya ia juga ikut jatuh pingsan di samping Kanaya.

"Mas Damian, tolong!" Teriak Anastasya.

Damian yang sedang minum air putih tersentak langsung menyemburkan minumannya.

"Mbok, seperti aku mendengar suara Tasya sedang meminta tolong." Tanya Damian memastikan.

"Iya Tuan, mbok juga seperti mendengar suaranya, apa jangan-jangan arwah Nyonya Tasya gentayangan kerena pembunuhnya belum ketemu?" Mbok Siti bergidik ngeri.

"Mbok Siti apa-an sih, nggak mungkin ada yang seperti itu." Kesal Damian.

"Mas Damian, tolongin!" Teriak Anastasya kembali.

"Tuh.. kan? Nyonya minta anda menolongnya." Ujar mbok Siti.

"Tapi suaranya seperti dari luar, Naya dan Mama mana lagi. Katanya mau liatin siapa yang datang." Damian beranjak.

"Mungkin mereka liat hantunya Nyonya Tasya Tuan." Tebak Mbok Siti.

"Omongan Mbok Siti makin ngaur. Ayo kita liat." Damian berjalan keluar di ikuti Mbok Siti di belakangnya.

Saat di ruang tamu langkah Damian terhenti begitupun Mbok Siti.

"Tasya." Lirih Damian.

"Mas! kenapa mereka pingsan liatin aku?" Tanya Anastasya lupa jika mereka mengira dirinya sudah meninggal.

Damian masih diam tidak percaya, wanita yang selama ini dia rindukan kini nyata ada di depan matanya.

"Aku nggak salah liat kan Mbok?" Tanya Damian berbalik melihat mbok Siti, namun ternyata mbok Siti juga sudah pingsan.

"Mas! cepetan ambil minyak kayu putih." Pinta Anastasya.

Damian tidak bergeming, ia malah melangkah menghampiri Anastasya. Ia memegang tangannya kemudian membawa Anastasya dalam pelukannya.

"Ini beneran kamu sayang....? kamu masih hidup?" Tanya Damian mengeratkan pelukannya.

"Iya mas, ini aku Tasya." Jawab Anastasya.

"Aku nggak percaya ini kamu, apa aku mimpi?" Tanya Damian.

"Tidak mas, kamu nggak mimpi, aku memang masih hidup." Anastasya meyakinkan Damian.

"Cubit aku sayang...!" Pinta Damian.

Anastasya langsung mencubit perutnya dengan kencang.

"Awww.. itu terlalu sakit." Pekik Damian.

"Siapa suruh minta di cubit." Kesal Anastasya.

"Ayo kita ke kamar sayang, aku sangat merindukan mu." Damian menarik tangan Anastasya menuju kamarnya.

"Mas kasian mereka jika nggak di tolongin." Ujar Anastasya.

"Biarin aja, nanti juga sadar sendiri. Mereka cuma pingsan kan?" Damian menutup pintu kamar dan menguncinya.

Ia kembali memeluk erat tubuh Anastasya, mencium aroma tubuh yang selalu ia rindukan.

"Mas, lepaskan aku." Lirih Anastasya.

"Nggak sayang, aku sangat merindukanmu." Tolak Damian.

.

.

.

Bersambung....

Sahabat Author yang baik ❤️

Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏

1
Indah Inayati
suka novelnya
Surati
bagus
Jarmini Wijayanti
pelapornya menang
Jarmini Wijayanti
baru baca udah gregetan
Elok Pratiwi
cerita yg tidak menarik
Elok Pratiwi
membosankan kebanyakan drama yg tidak perlu lgian karakter emeran utama nya sangat tidak menarik ... yg benar aja sudah berusaha dibunuh masih saja kembali ke suami bukannya menyelidiki siapa yg melakukannya ... klo bikin cerita jangan terlalu haluuu jadi nya jadi cerita yg tidak menarik
Vita Bayu
Luar biasa
Yati Syahira
gedeq sdh cemen bodoh lhi tasya
Yati Syahira
othor gimana si tasya bikin bodoh males bavanya
Yati Syahira
tasya jgn cemen menye mulu sdh tahu iblis kel damian ngapain nangis harus kuat
Yati Syahira
kejam laknat ntar terbunuh weni ,kanaya berbalik jgn jumawa
Yati Syahira
biar gila damuan austin ,jgn di kembaliin tasya berjodoh
Yati Syahira
lakor gila laki bodoh
Akun Tiga
athor goblok anjing smoga athornya mati kelindes mobil dujalan
Nitnot
Luar biasa
Rizah Emelya
kenpa gambarx org luar gapk org indonesia
biar trknal
Maznah Jasni
👍👍
Osie
lemes bgt mulut Jack...gak takut apa bakal ditinggal shintya
Osie
langsung dibalas kan kanaya..ente nabrak tanya.. anak ente ditabrak org..impas yoo..blm lg pas perlu tambahan darah..kelar dah loe kanaya..ketahuan radit bkn anak suami loe
Osie
wuuiaaaa skakmatt..keren tanya.. like it
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!