Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
"Gemes banget liat mereka."
"Ahh cocok bangat gak sih? Sama sama ngurusin masalah di sekolah lagi."
"Sebentar lagi pasti mereka jadian."
"Ahhh mereka yang romantis gue kok juga ikutan salting?"
Sebagian besar siswi berteriak karena tak tahan melihat keromantisan Rey pada Alena. Keduanya terlihat sangat serasi. Banyak yang memuji dan mendukung hubungan keduanya. Bahkan ada yang menggigit bibirnya sendiri karena gemas.
Saat ini, sudah waktunya pulang sekolah. Tak heran jika banyak orang yang heboh seperti itu. Apalagi Rey pasti akan pulang bareng bersama Alena.
"Ehh tapi Rey tunangan Lara."
"Tunangan? Sayang banget gak dianggap."
"Lihat Rey keliatan sayang banget sama adik tunangannya."
"Gue lebih setuju Rey sama Alena daripada kakaknya. Kesan pertama dia di sekolah aja kemarin angkuh banget."
"Benar, kalo cantik sih Lara cantik pake banget. Tapi sombong terus auranya serem juga."
"Pokoknya gue dukung Rey sama Alena. Lagian Lara gak dianggap juga."
"OMG REY CIUM PIPI ALENA DONG"
Suara suara manusia yang menyaksikan hal itu semakin histeris karena dua makhluk yang tengah menunjukkan keromantisan mereka di hadapan umum.
"Eh Eh jangan gitu ada tunangannya."
Sontak para siswa yang sedari tadi berteriak menjadi senyap karena kedatangan Lara. Bahkan banyak juga diantara mereka yang diam dia menahan tawa, sungguh malang nasib Lara, batin mereka.
Lara yang memang pada dasarnya tidak peduli sekitar, lantas berjalan menuju gerbang tanpa menoleh pada siapapun. Tapi mata gadis itu malah menangkap pemandangan dimana Rey tengah membonceng Alena pulang.
Lara menatap keduanya datar, hati Lara sekita berdenyut mata gadis itu seperti dilapisi kaca yang siap menetas membasahi wajahnya.
Brummm
Lagi lagi Lara masih mematung dengan tangan yang terkepal kuat. Lihat, sebagian orang mulai menertawakannya. Namun, di saat keadaan hati Lara sedang tidak baik tiba-tiba ponsel gadis itu berdering.
"Siapa sih?"
"Bagaimana, perlu bantuan? Tunangan kamu malah pulang dengan adik kamu sendiri ternyata"
Lara tak membalas, mata gadis itu melihat sekitar. Tidak ada sosok yang meneleponnya disini jadi bagaimana dia bisa tahu?
"Mencari ku hm?
"Om om gila."
Lara berlari keluar dari area sekolah ia langsung mendapati sebuah mobil yang terparkir tepat di depan gerbang. Ia yakin ini mobil Arthur karena pria tersebut mengantarkannya ke sekolah tadi pagi. dengan mobil ini. Sama persis.
Arthur menurunkan kaca mobil memberi kode pada Lara agar segera masuk. "Ayo, tunggu apa lagi? Saya punya hadiah buat kamu."
~-----~
"Ayah, ayah beli mobil baru."
Alena segera berlari mendekati Ravindra yang tampak sedang berbincang dengan si pengantar mobil tersebut. Tak hanya Ravindra, tapi Rania juga ada di sana.
"Nona yang bernama Clara?"
Alena seketika kecewa, padahal ia mengira Ravindra membelikan mobil baru untuknya. Tapi Alena salah, seharusnya ia sadar hanya orang luar di sini. Jadi tak usah berharap lebih pada Ravindra.
"Bukan saya." Alena menggeleng dengan senyum terpaksa. "Tunggu sebentar lagi pak, kakak saya pasti akan sampai. Lagipula apa tanda tangannya tidak bisa diwakilkan?"
"Tidak bisa, ini adalah perintah dari atasan saya langsung nona. Saya minta maaf."
Alena kembali diam, gadis itu menatap mobil impiannya yang sudah di depan mata. Sayang sekali mobil ini bukan untuknya.
"Mobilnya bagus, pasti mahal." Alena tahu berapa digit angka nol pada harga mobil tersebut, Mobil mewah yang dimiliki harga fantastis. Tentu saja itu adalah Rolls-Royce La Rose Noire Droptail. Alena mengigit bibir bawahnya, sungguh desain dan warna Rolls-Royce La Rose Noire Droptail yang terinspirasi dari mawar Black Baccara sangat Alena sukai.
Rania mengelus puncak kepala Alena penuh kasih. "Nanti mama akan belikan untuk kamu juga, jangan berharap pada ayah karena kita hanya orang luar."
Ravindra membeku. "Alena sayang, kamu tenang saja. Nanti mobil ini juga akan menjadi milikmu."
Ravindra tidak bisa membiarkan Alena bersedih karena ia sudah berjanji akan menebus kekosongan sosok ayah dalam hidup Alena selama ini.
Tenang saja nanti Ravindra meminta pada Lara agar mobil ini di berikan pada Alena. Apapun itu pasti akan Ravindra lakukan.
Alena seketika berbinar. "Benarkah, ayah?"
Ravindra mengangguk, "tentu saja nanti kamu akan langsung bisa mencobanya karena ini adalah milikmu."
Alena memekik senang, gadis itu sangat tidak sabar mencobanya. apalagi ia akan memamerkan pada orang orang bahwa ia memilik mobil mewah yang termasuk jajaran mobil paling mahal di dunia.
"Apa, mobil siapa yang akan menjadi milik Alena?" Lara harus berjalan dari gerbang mansion karena itu ia terlambat. Arthur tidak sempat mengantar Lara hingga ke dalam karena ada urusan yang mendesak.
Lara berjalan melewati Alena dan yang lainnya. Gadis itu segera menandatangani beberapa hal yang penting sebelum akhirnya Lara mendapatkan kunci mobil tersebut.
"Jadi bisa jelaskan?"
Ravindra segera mengambil paksa kunci mobil yang ada di genggaman Lara. Tidak bisa dibiarkan seperti ini, Lara tidak boleh membuat Alena murung.
"Aku meminta penjelasan ayah, kenapa kau malah ingin mengambil kuncinya?"
Ravindra menatap tajam Lara. "Mobil itu mulai sekarang milik Alena."
"Gak bisa dong punya alasan apa sampai ngebet banget ambil mobil aku."
Rania sangat geram dengan sahutan Lara yang sangat kurang ajar. Apa susahnya langsung menyerahkan kuncinya pada Ravindra? Tak perlu berdebat.
"Sudahlah Lara, kalian adalah saudara berbagilah dengan Alena. Lagipula mobil itu dibeli dengan uang ayah mu jadi Alena juga berhak." Rania tersenyum pongah kemudian melanjutkan ucapannya. "Lagipula kamu tidak membutuhkan mobil."
"Phhtt hahahahaaa sayang banget Tante salah. Mobil ini pemberian dari Arthur Stevano Wilson untuk saya."
Lara berkacak pinggang sambil menunjuk Alena. "Saya sangat membutuhkan mobil karena kalau tidak saya akan jamuran menunggu putri lembek kalian atau saya akan di tinggal seperti hari ini."
Rania, Ravindra, dan Alena seketika terdiam. Kalau begini bagaimana cara agar Alena bisa mengambil mobil milik Lara. Bahkan Alena yakin Ravindra tidak berani menyenggol orang yang disebutkan Lara tadi.
"Terkadang saya heran, dia orang luar lebih memperdulikan saya ketimbang keluarga saya sendiri yang memperlakukan saya seperti sampah."
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya